Sudah tradisi, mungkin itulah jawaban yang mudah ketika ada orang yang bertanya, mengapa pada hari perayaan Pentakosta kita memberikan persembahan syukur tahunan. Sebenarnya ada makna yang mendasari pada tradisi itu. Πεντηκοστή [ἡμέρα], Pentēkostē [hēmera], mempunyai akar atau tradisi pada Perjanjian Lama atau orang Yahudi. Hari raya Pentakosta (bahasa Ibrani: Shavuot, arti harafiah "Minggu-minggu") adalah sebuah hari raya pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen gandum. Pesta itu dirayakan tujuh Minggu (bahasa Yunani "Pentakosta" berarti: kelimapuluh) setelah hari Paskah. Sebab itu juga dikenal dengan nama Hari raya Tujuh Minggu Ulangan 16:10.
Pada hari Pentakosta itu bangsa Yahudi dari berbagai penjuru dunia datang untuk bersyukur membawa hasil panennya. Mengapa mereka bela-belain jauh-jauh datang bawa persembahan hasil panen? Jawabnya sederhana: Oleh karena mereka percaya jika hasil panen tersebut baik maka itu semua karena pertolongan Tuhan. Tuhan memberikan tanah yang subur, hujan yang cukup, dan tentu badan yang sehat untuk menggarap tanah. Tuhan juga yang menjauhkan dari hama dan binatang yang sering kali menjadi ancaman. Nah, jika bukan karena pertolongan Tuhan, mustahil mereka dapat memanen hasil yang baik. Mestinya keyakinan seperti itulah yang dimiliki oleh setiap orang percaya bahwa profesi apa pun, jika bukan Tuhan yang menolong maka tidak mungkin menghasilkan hasil yang baik. Pada saat ini pun ketika kita diajak menyiapkan memberikan persembahan syukur tahunan maka harus dilandasi dengan motivasi yang benar, yakni: bahwa dari Tuhanlah datangnya segala yang boleh kita nikmati. Maka wajarlah kalau kita mempersembahkan sebagiannya untuk pekerjaan pelayanan Tuhan di gerejaNya. Jadi jangan dibalik: kita memberikan persembahan supaya Tuhan membalasnya berkali lipat. Pemahaman begini bukan original kristiani. Tuhan kita bukan tuhan yang suka disuap!
Ketika orang-orang Yahudi dari pelbagai penjuru itu datang ke Yerusalem untuk memberikan persembahan panennya. Pada saat itulah pencurahan Roh Kudus terjadi sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:1-13. Maka tidaklah heran kalau di sana ada orang-orang yang berasal dari pelbagai daerah: Ada orang Partia, Media, Elam, Mesopotamia, bahkan Lybia dan Arab berkunjung ke Yerusalem. Hari itu jika dihitung dari kebangkitan Tuhan Yesus juga hampir sama yakni hari ke-50 (Pentakosta, hari kelimapuluh). Roh Kudus dicurahkan pada momen itu. Para murid spontan mendapat karunia. Mereka dapat berbicara, memberitakan Injil kepada orang-orang yang berlainan bahasa dengan mereka, namun mereka mengerti! Jadi bukan sebaliknya: Roh Kudus membuat orang berbicara dan tidak dimengerti oleh yang mendengarnya. Roh Kudus justeru memperjelas karya Yesus dipahami oleh segala bangsa dan bahasa! Sejak saat itulah Injil Yesus Kristus tersebar ke pelbagai penjuru.
Nah, sekarang marilah kita maknai kembali Pentakosta itu sebagai sebuah peristiwa atau kesempatan di mana kita BERSYUKUR KEPADA TUHAN DENGAN MEMBERI YANG TERBAIK, KARENA SEMUA JUGA BERASAL DARINYA. Dan yang kedua JADILAH MURID TUHAN YANG MAU DIUTUS MEMBERITAKAN INJIL DENGAN KATA DAN KARYA. Selamat Hari PENTAKOSTA, Tuhan memberkati!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar