Sebentar lagi pesta demokrasi DKI Jakarta digelar. Sekitar 5,65 juta warga DKI Jakarta yang resmi mempunyai hak suara, sementara data P3I (Pusat Pergerakan Pemuda Indonesia) menyebutkan ada 1,4 juta KTP hantu, jadi jika dijumlah ada 7 juta-an warga DKI Jakarta pada tanggal 11 Juli 2012 akan menentukan orang nomor satu dan dua di kota ini. Persaingan dan perebutan “hati” sudah dimulai bahkan jauh hari sebelum masa kampanye resmi. Enam pasang calon gubernur dan wakilnya tidak mau ketinggalan start, kalau tidak mau dibilang “mencuri start”. Pelbabai cara dilakukan. Mulai dari menciptakan “yel” atau jargon, menjual janji dan mimpi, beriklan di pelbagai media, sampai mendekati ormas-ormas dan tokoh-tokoh agama. Tujuannya jelas, masing-masing calon kepengen jadi penguasa.
Bagaimana dengan gereja? Apakah tidak tertarik dengan panggung politik? Ada seribu satu alasan ketika gereja, atau tepatnya orang yang merasa punya kewenangan di dalam gereja mendukung calon penguasa tertentu. Biasanya alasan itu katanya demi mempermudah pekerjaan Tuhan dinyatakan di bumi di mana gereja berpijak alias gereja tidak mengalami hambatan atau gangguan. Sangat logis! Oleh karena itu kita bisa memahami berita yang dilangsir oleh Warta Kotalive.com tanggal 7 Mei yang lalu:
“Sebanyak 1300 pendeta dari berbagai aliran gereja Kristen Protestan di DKI Jakarta menyatakan dukungannya terhadap Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli dalam Pilkada 2012 mendatang. Pernyataan dukungan itu diungkapkan dalam acara forum silahturahmi pemuka agama Kristen dari lima wilayah Kota di DKI Jakarta dan Kepulauan Seribu di Gedung Grand Mangaradja, di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (7/5) siang.
Ketua Sinode Gereja Bethel Indonesia, Pdt Jacob Nahuway, mengatakan sebanyak 1300 pendeta dari berbagai aliran gereja Kristen di DKI Jakarta telah sepakat memberikan dukungannya kepada pasangan Cagub-cawagub Fauzi Bowo- Nachrowi Ramli dalam Pilkada mendatang. Para pendeta yang menyatakan dukungannya itu di antaranya berasal dari aliran gereja Pantekosta, Bethel dan Kharismatik. Menurut Jacob, alasan utama para pendeta menyatakan dukungannya kepada Fauzi Bowo, karena dalam 5 tahun masa kepemimpinan Fauzi Bowo selama ini tidak ada konflik dan perselisihan antar umat agama yang terjadi di Jakarta.
Bagaimana dengan gereja-gereja lain? Konon, gereja-gereja di luar kelompok 1300 pendeta cenderung mendukung calon Jokowi-Ahok. Sudah dapat ditebak! Latar belakang dari kedua calon ini. Jokowi pro-pluralisme (yang disimbolkan dengan baju kotak-kotaknya)dan Ahok seorang aktivis gereja. Pengakuan Ahok, ia telah tiga belas tahun menjadi penatua di sebuah gereja. Wajarlah kalau didukung menjadi calon penguasa Jakarta oleh kalangan gereja. Lantas apakah calon-calon lain sepi dukungan dari gereja atau orang Kristen? Tentu saja tidak. Di setiap partai ada orang gereja bahkan partai yang seringkali dicap punya lebel Fundamentalis agama tertentu, menurut pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi, ternyata juga menggandeng calon gubernur, Didik J Rachbini yang berafiliasi pada pengusaha yang sangat mendukung misi kristiani.
Menguntungkan bila di semua kelompok atau pendukung calon-calon ada tokoh-tokoh kristiani, dengan syarat apabila kehadirannya di sana menggarami dan menerangi situasi politik yang kini sedang kehilangan etika moral. Namun, akan sangat merugikan kekristenan itu sendiri apabila dukungan yang diberikan berdasarkan niatan-niatan politik juga. Untuk kepentingan sesaat dan kenyamanan ruang-lingkupnya sendiri misalnya. Mengapa demikian? Sebab apa bedanya dengan kelompok yang lain. apa bedanya gereja dengan partai politik? Kerugian terbesar dari gereja jika salah memainkan perannya adalah terjadinya perpecahan di dalam gereja itu sendiri. Gereja menjadi tidak peduli lagi dengan Yohanes 17, tentang Doa Tuhan Yesus. bukankah inti doa itu adalah permohonan Yesus kepada Bapa-Nya agar para murid itu dikuduskan dalam kebenaran. Kata yang dipakai untuk “dikuduskan” adalah άγιαξειη(hagiazein) dari kata sifat άγιος (hagios) yang biasa diterjemahkan “kudus”.
άγιαξειη , berarti seseorang dipisahkan untuk dilengkapi dengan mutu akal-budi dan hati serta sifat yang diperlukan untuk tugas tertentu. Di Yesus tidak menyangkal bahwa para murid-Nya ada di dalam dunia dengan segala permainannya. Termasuk di dalamnya politik! Yesus berdoa kepada Bapa-Nya agar para murid itu tidak dibebaskan atau dijauhkan dari permainan-permainan dan pencobaan dunia ini. Namun, Ia memohon agar para murid itu diberi akal budi dan hati yang berbeda dari dunia di mana mereka ditempatkan, artinya tidak sama dengan dunia ini. Sehingga para murid itu akan mampu menerangi dan menggarami dunia di sekitarnya. Di samping itu Yesus memohon agar para murid itu tetap bersatu, tidak dicerai-beraikan oleh kepentingan-kepentingannya sendiri.
Yesus mendoakan kesatuan bagi para murid. Sebab di mana ada perpecahan, di mana ada ekslusivisme, di mana ada persaingan di antara gereja, maka kekristenan dirugikan. Bayangkan kalau gereja-gereja terpecah hanya karena yang satu mendukung calon A dan yang lain mendukung si B. Kabar sukacita, Injil akan tersandera apabila diberitakan dalam gereja yang bersaing. Yesus berdoa agar para muridNya bersatu seperti Dia dengan Bapa-Nya adalah satu. Doa Yesus yang satu inilah yang paling banyak dihambat oleh orang-orang Kristen sendiri, sehingga doa itu tidak mendapat jawaban.
Lalu apakah dengan demikian orang Kristen tidak turut serta dalam kancah politik? Jelas tidak! Orang Kristen harus melihat dan menempatkan politik bukan semata-mata untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan. Melainkan sarana untuk memberlakukan belarasa Allah bagi dunia: Kasih, perdamaian, keadilan dan keutuhan ciptaan. Itulah yang harus diperjuangkan. Maka gereja terpanggil untuk membekali warganya agar bejuang di jalan Tuhan itu.
Dalam menentukan pilihan, Kisah Para Rasul 1:15-26, mengajarkan kepada kita bagaimana dulu para rasul menentukan pilihan untuk menggantikan jabatan rasul yang ditinggalkan oleh Yudas si penghianat itu. Petrus yang mewakili para rasul lain menyatakan bahwa pengganti Yudas haruslah orang yang senantiasa datang berkumpul dengan para rasul Yesus Kristus sejak dari baptisan Yohanes hingga Yesus diangkat ke sorga. Dari sekian banyak orang itu, yang dianggap memenuhi kriteria adalah Yustus yang disebut Barsabas dan Matias. Pemilihan penggati Yudas ini jelas kriterianya. Mereka adalah orang yang selalu hadir sejak awal pelayanan Yesus sampai akhir. Sang calon adalah orang yang sungguh-sungguh tahu dan mengerti pelayanan Yesus. Ia adalah orang yang punya keprihatinan sama seperti Yesus dan murid-murid yang lain. Seorang calon pelayan atau pemimpin bukan hanya dilihat dari visi dan misi, apalagi janji-janjinya saja, melainkan trackrecord, masa lalunya. Apakah sang calon itu punya integritas: satunya kata dan perbuatan. Lalu apakah sang calon itu benar-benar punya belarasa terhadap kemanusiaan?
Yustus dan Matias adalah dua orang yang memenuhi kriteria itu. Sehubungan hanya satu orang saja yang dibutuhkan, maka para rasul harus memilih. Proses pemilihan kemudian berlanjut dengan doa. Isi doa itu ialah, “Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari ke dua orang ini untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu jabatan kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya.” (Kis.1:24-25). Melalui ayat ini kita diajar bahwa di atas upaya dan nalar manusia, Allahlah yang punya otoritas menentukan. Para rasul memohon agar Allah memberikan petunjukNya. Bagaimanakah sekarang kita mengerti atau mengenal petunjuk Allah itu? Jawabnya bisa mudah dan juga sulit. Namun, yang jelas adalah siapa yang berkenan kepada Allah pastilah ia akan mengerjakan apa yang menjadi keprihatinan Allah. Tetapi sebaliknya siapa yang tidak berada di pihak Allah maka ia melakukan sesukan hatinya. Berjuang, menjadi pejabat untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya. Memperkaya diri, dengan kebijakan-kebijakanya, memberikan kemudahan-kemudahan kepada pihak-pihak yang mendukungnya, sebaliknya mempersulit lawan politiknya.
Jika setiap orang Kristen memahami dan mengerti doa Yesus dan perjuangannya, pastilah ia akan berjuang mewujudkan doanya. Ia tidak akan menjual άγιος itu dengan kepentingan politik pratis. Ia akan berjuang mempertahankan keutuhan gereja. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar