“Ikan Salmon!” Itulah sindiran petinggi Partai Demokrat, Sutan Bathoegana terhadap beberapa politisi partai Golkar dan PKS yang ditudingnya sebagai ‘intelektual kagetan yang suka asal ngomong” yang katanya terus berusaha menggoyang Demokrat dan kepemimpinan SBY. Kegaduhan politik seolah terus tiada hentinya. Saya berpikir, kapan punya waktu para elite dan pimpinan negeri ini untuk menunaikan tugas panggilannya, baik sebagai wakil rakyat maupun sebagai pengemban amat rakyat dalam hal ini pimpinan negara kalau terus disibukkan dengan politik pencitraan dan perang wacana.
Ada baiknya kita belajar dari sindiran Pak Sutan Bathoegana tentang ikan salmon.. Salmon, merupakan ikan yang lahir di sungai tetapi besar dan hidup di laut. Siklus hidup ikan salmon bermula di perairan tawar (sungai), di sini telur telur ikan salmon menetas (biasanya pada bulan November) dan dari sinilah perjuangan hidupnya bermula. Tingkat kematian ikan salmon pada tahap ini sangat besar. Dari total jumlah telur yang dibuahi, lebih kurang setengahnya yang berhasil menetas. Ikan salmon yang baru menetas ini dinamakan “alevin” yang hidup di antara tumpukan kerikil di dasar sungai dengan memakan plankton. Setelah persediaan makanan habis, alevin akan keluar dari kerikil dasar sungai (bulan Mei/Juni), pada tahap ini ikan salmon dinamakan “Fry”.
Fry kemudian tumbuh dan berkembang menjadi “smolt” yang kemudian bergerak ke muara sungai menuju ke lautan lepas. Tahun pertama hidup di lautan merupakan tahap kritis ikan salmon menghadapi pemangsanya. Predator yang memangsa ikan salmon dalam jumlah banyak adalah anjing laut. Di samping itu, singa laut, beruang, burung dan manusia juga menjadi ancaman kelangsungan hidup ikan salmon. Lama berpetualang di lautan (4-7 tahun), ikan salmon tumbuh besar dan cukup dewasa untuk bereproduksi. Di sini letak keunikan ikan salmon, di mana hidupnya bermula (menetas dari telur) di sanalah ikan salmon melakukan proses reproduksi. Ikan salmon yang hidup berkoloni (berkumpul dalam jumlah yang sangat banyak) akan berkumpul dengan koloni ikan salmon lainnya untuk bermigrasi kembali ke perairan tawar yaitu sungai. Perjalanan pulang ikan salmon tidaklah sebentar, memakan waktu dengan hitungan bulan. Banyak rintangan yang menghadang perjalanannya, melewati batu karang, berenang melawan arus, melompat mendaki air terjun (daya lompat ikan salmon bisa mencapai 3 meter), hingga perjalanan ribuan mil yang melelahkan. Satu hal lagi, selama melakukan perjalanan pulang, ikan salmon tidak makan apa apa alias berpuasa. Cadangan lemak yang ada di tubuhnya merupakan sumber makanan hingga sampai ke perairan tawar.
Pemakaian cadangan lemak tubuh ini akan menyebabkan perubahan fisik pada ikan salmon. Pada tahap ini, banyak ikan salmon yang mati karena luka, keletihan ataupun pemangsa, hingga akhirnya hanya sedikit yang berhasil sampai ke hulu sungai.Dari sumber yang ada, belum ada yang bisa memastikan bagaimana cara ikan salmon dapat menemukan kembali jalan pulang ke sungai tempat mereka ditetaskan setelah berenang di lautan bertahun-tahun lamanya dan beribu ribu kilo jauhnya. Teori yang paling banyak di anut adalah ikan salmon menyimpan secara otomatis aroma di mana tempat dia ditetaskan, dan inilah yang nantinya akan menuntun perjalanan pulang kembali ke tempat asal. Sesampainya di hulu sungai (atau tempatnya ditetaskan), dalam keadaan lelah ikan salmon akan menggali tanah di dasar sungai membuat lobang (25-30cm) untuk sarang dengan menggunakan ekornya. Di lobang itulah ikan salmon betina mengeluarkan telur 3.000-8.000 butir dan kemudian dibuahi oleh sperma ikan salmon jantan.
Selesai melakukan pembuahan, ikan salmon jantan dan betina menutup kembali sarang tersebut dengan kerikil. Kedua ikan salmon akan tinggal beberapa hari disekitar sarang tersebut hingga akhirnya mati kehabisan energi. Sebagian bangkai ikan salmon akan dimakan oleh binantang yang hidup di dasar sungai, dan sebagian lagi akan membusuk dengan bantuan bakteri hingga menjadi pupuk alami. Pupuk alam tersebut akan dimakan oleh plankton dan serangga kecil di dasar sungai. Pada akhirnya, plankton dan serangga kecil ini akan menjadi makanan pokok bagi ikan salmon yang baru menetas satu bulan kemudian.
Begitulah perjuangan dan siklus hidup ikan salmon. Yatim piatu sejak menetas, menempuh perjalanan dengan resiko yang sangat besar dan berkorban demi kelangsungan populasinya di masa yang akan datang.
Didorong naluri, mereka berenang menentang arus, melintasi air terjun, dan mengitari dam-dam pembangkit listrik. Meski menghadapi ancaman elang, beruang, dan banyak predator lainnya, mereka berjuang mencapai tempat yang biasa digunakan para leluhur mereka untuk menaruh telur-telur.
Perjalanan induk ikan salmon tersebut sangat menguras tenaga karena harus melawan arus sungai yang menurun diakibatkan kedudukan sungai lebih tinggi daripada laut. Lompatan-lompatan itu kerap kali gagal untuk mencapai atas tangga sungai dan belum lagi telah menanti beruang atau pemangsa lapar lainnya yang tanpa susah payah memangsanya, serta harus melewati sungai yang semakin dangkal. Yang sangat tragis dan mengagumkan bahwa hanya sebagian kecil induk salmon yang berhasil mencapai hulu sungai dan bertelur, kemudian mati.
Perjalanan itu mengingatkan kita akan perjalanan manusia. Kita pun punya naluri untuk pulang. “Sebenarnya dalam pikiran manusia ada naluri alamiah untuk mencari Tuhan,” kata John Calvin. Kita dilahirkan dan hidup untuk tujuan yang jelas, yaitu mengenal dan mengasihi Allah. Dia adalah sumber kehidupan kita, dan hati kita selalu gelisah sebelum datang kepada-Nya. Itulah hakekat panggilan. Seperti Tuhan memanggil Samuel (1 Samuel 3), barangkali semula kita tidak mengerti bahwa itulah suara-Nya. Lewat bimbingan imam Eli, Samuel menanggapi panggilan Allah itu. Betapa pun kita mempunyai naluri kuat mendengar panggilan-Nya, kita tidak bisa mengabaikan orang-orang yang ada di sekitar kita.
Dari kisah ikan salmon yang luar biasa ini ada banyak hal yang bisa kita pelajari. Salah satunya, perjuangan yang dilakukan oleh ikan Salmon untuk berenang ke hilir sungai walaupun setelah bertelur mereka akan mati. Ikan Salmon mengajarkan bahwa hidup ini adalah perjuangan; perjuangan untuk menggenapi panggilan yang ditetapkan sang Pencipta. Selain kegigihannya dalam berjuang, ikan Salmon juga mengajarkan kehidupan yang penuh pengorbanan. Bayangkan bila ikan Salmon menjadi egois dan tidak mau berjuang berenang ke hilir sungai. Mereka akan menjadi punah, banyak makhluk hidup mati dan keseimbangan alam akan terganggu. Pengorbanan yang ditunjukkan ikan salmon ini sangat berbeda dengan kebanyakan manusia yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain/masyarakat. Kita harus hidup bukan untuk mencapai ambisi dan kepentingan diri sendiri saja. Kehidupan ini akan bermakna bila hidup kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Tuhan Yesus memanggil para murid bukan supaya mereka menikmati berkat-Nya saja. Melainkan agar mereka meneruskan berkat itu sehingga keselamatan dialami oleh setiap orang.
Apakah hari ini Anda gelisah karena terdorong ketidakpuasan dan kerinduan akan “sesuatu yang lebih”, yang sukar dipahami? Yesus Kristus adalah sumber dan pemenuhan semua yang Anda cari. Yesus telah memanggil murid-murid untuk datang kepada-Nya, hidup dalam anugerah-Nya. Kini Dia ingin Anda merespon panggilan-Nya. Datanglah kepada-Nya hari ini juga dan temukan ketenangan bagi jiwa Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar