Jumat, 23 Desember 2011

KEMULIAAN DATANG KEPADA YANG HINA

Seperti Desember tahun-tahun yang lalu. Udara dingin menusuk tulang, entah berapa banyak salju telah berjatuhan, memutihkan semua yang dihinggapinya. Putih bersih namun membekukan dan membawa kematian bagi sebagian makhluk.  Seorang pria tengah baya memandangi kawanan  House Sparrow (burung gereja) yang terperangkap salju. Warna mereka sebagia memutih. Burung-burung itu menggigil, kedinginan dan kelaparan. Banyak yang mati! Kala itu, seorang lelaki paruh baya  tidak langsung pulang ke rumah usai menghantar isterinya ke gereja untuk merayakan Natal. Memang sudah lazim begitu, ia tidak pernah mau masuk apalagi mengikuti ibadah di gereja tua itu. Mengapa? Oh, bukan karena ia pernah dikecewakan oleh pendetanya. Atau marah karena tidak pernah dilawat. Bukan pula ada permusuhan dengan salah seorang anggota gereja itu. Lalu mengapa? Lelaki ini pada dasarnya adalah orang baik, hatinya mudah tersentuh. Dia tidak bisa mengerti mengapa Allah yang begitu Agung dan Mulia itu mau menjadi manusia yang hina. “Ah, mustahil Dia dilahirkan dalam keluarga yang hina, apalagi di kandang binatang! Itu semua rekaan, omong kosong dan tahyul!”

Kembali matanya tertuju pada burung-burung yang sekarat kedinginan. Hatinya tersentuh. “Bagaimana aku dapat menolong mereka agar tidak kedinginan dan mati?” itulah yang ada dalam benaknya. Ia menerawang dan mencari jalan untuk menyelamatkan burung-burung itu. “Oh,…burung-burung itu kedinginan, tentu mereka memerlukan kehangatan. Api! Sumber kehangatan itu, aku akan membawa kayu bakar dan membuat api unggun di sini agar mereka mendapatkan kehangatan.” Lalu lelaki paruh baya ini bergegas pergi ke rumahnya mengambil persediaan kayu bakarnya. Kayu itu ditumpukkannya, lalu disiram sedikit dengan minyak bakar, ia menyalakan pemantik dan segeralah api unggun itu menyala, memberi kehangatan. Bagaimana reaksi burung-burung itu? Apakah mereka menyambut kehangatan itu? Tidak! Alih-alih berdiang mereka pergi dengan susah payah menghindari nyala api itu.

“Sekarang, apa yang harus aku perbuat? Burung-burung itu pasti lapar, aku punya banyak gandum. Aku akan mengambilnya. Dengan gandum itu aku akan mengarahkan mereka agar dapat masuk ke dalam gudangku. Di sana ada kehangatan, berlimpah makanan. Dan pasti mereka tidak akan mati kedinginan dan kelaparan.” Gandum itu kemudian ia sebar di depan burung-burung itu, lalu sedikit-demi sedikit ia mengarahkannya ke jalan menuju gudangnya. Mula-mula sebagian burung itu memakan gandum itu. Namun, seolah burung-burung itu tahu bahwa mereka akan dijebak. Mereka tidak lagi memakan umpan itu, sebagian melarikan diri dan berusaha terbang. Kembali terperangkap salju dan sebagian mati. Kini lelaki ini mulai kehabisan akal dan dalam keadaan setengah prustasi ia membuka pintu gudangnya, berlari ke arah burung-burung itu, merentangkan ke dua tangannya lebar-lebar dan menghalau burung-burung itu agar mau masuk gudangnya. Apa yang terjadi? Burung-burung itu panik, berhamburan dan kembali terperangkap salju. Kali ini lebih banyak burung yang mati.

Marah, kesal, kecewa, sedih, geregetan, bercampur aduk dalam diri lelaki paruh baya ini. Ia bertanya pada dirinya, “Lalu bagaimana caranya, aku dapat menolong mereka agar tidak mati! Ah..Tuhan, jika saja aku ini mengerti bahasa burung,  andai saja aku adalah salah satu dari mereka, maka aku akan bicara kepada mereka bahwa di gudangku banyak makanan, ada kehangatan, ada perteduhan yang dapat menghindarkan diri dari badai salju yang membawa maut ini.” Sejenak sunyi. “Aha…..! Kini aku tahu mengapa orang Kristen, seperti isteriku percaya bahwa Tuhan menjadi manusia! Ya, kini aku mengerti, supaya manusia mengerti bahasa cintanya Tuhan!

Tuhan yang Mahamulia mau datang kepada manusia yang hina dan dengan cara yang hina pula agar manusia mengerti bahasa cinta kasih Tuhan. Maria, Yusuf dan para gembala bukanlah orang-orang yang terhormat dan hebat pada zamannya. Namun, mereka dipakai Allah menjadi sarana kehadiran Mesias di bumi ini.

Kembali ke cerita burung gereja, jika saja Anda adalah salah seekor burung yang nyaris mati, kelaparan dan kedinginan. Lalu ada seekor burung yang memberitakan bahwa di sana ada gudang yang penuh dengan makanan dan kehangatan, apa yang akan Anda lakukan? Jika pertanyaan itu ditujukan kepada saya, maka saya akan segera pergi mengikuti burung yang memberitakan kabar gembira itu. Kalau pun Anda melakukan seperti yang saya lakukan, lantas  setelah Anda membuktikan sendiri kebenaran berita itu, Anda masuk gudang itu dan menikmati kenyamanannya, kini apa yang akan Anda lakukan, sementara di luar sana masih banyak burung-burung yang sedang menanti ajalnya? Jika itu pun ditanyakan kepada saya, maka saya akan kembali terbang keluar, mencari burung-burung yang hampir mati, mengajak, memapah dan menuntun mereka menuju gudang itu. Sama seperti para gembala, mereka mengajak satu dengan yang lain untuk menemui Sang Mesias yang baru dilahirkan (Lukas 2:15). Para gembala pulang dengan penuh sukacita.

Natal adalah berita Allah yang Mahamulia menanggalkan tahta-Nya, mencari yang terhilang dan berdosa agar tidak binasa, melainkan memperoleh kehidupan yang kekal. Natal adalah Anda memberi diri agar orang lain pun mengenal dan mengerti serta merasakan bahwa Allah mengasihi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar