Ada seorang miskin merasa bosan karena setiap hari hanya makan roti kering. Sesekali dia ingin ada lauknya. Maka berangkatlah dia ke pasar. Di sebuah warung, dia melihat orang menjual sate. Aromanya tercium sedapa mengundang selera. Lalu ia duduk di depan warung sate itu sambil menyantap roti keringnya.
Diam-diam pemilik warung mengawasinya. Dia berpikir apa yang harus dilakukannya. Begitu si miskin itu selesai makan roti keringnya dan hendak beranjak pergi, si pemilik warung menariknya dan meminta bayaran atas aroma sate yang dinikmati si miskin. Namun, karena merasa hanya menikmati asap, orang miskin itu menolak untuk membayar. Akhirnya persoalan ini dibawa ke pengadilan. Setelah mendengar duduk perkaranya, sang hakim mengeluarkan uang koin beberapa keping dalam kantong lalu mengocoknya sehingga berbunyi. ”Dekatkan telingamu, dan ambillah suara gemerincing koin ini.” Kata sang hakim.
”Apa-apaan ini Tuan Hakim?” Tanya pemilik warung. ”Ini keputusan yang adil. Kamu kan hanya menjual asap sate. Maka bayarannya juga hanya suara koin ini!” Jawab sang hakim.
Tuhan menginginkan manusia untuk berbagi, peduli dengan sesamanya. Keinginan Tuhan itu nyata melalui perintah-Nya. Firman Tuhan dalam Ulangan 24:19-22 mengingatkan kepada bangsa Israel, jika mereka memanen hasil ladangnya maka harus ada yang disisihkan untuk orang asing, anak yatim piatu dan para janda. Bagaimana dengan kita, apakah sama seperti pemilik warung sate tadi atau mau berbagi dengan sesama?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar