2 Samuel 11:1-27
Pertengahan Oktober 2011, masyarakat sekitar kelurahan Koja, Jakarta Utara dihebohkan dengan penemuan mayat yang dibungkus dalam kardus. Belakangan polisi berhasil mengungkap pelaku di balik pembunuhan itu. Tak lain adalah pacar korban sendiri. Pelaku panik ketika dimintai pertanggungjawaban oleh pacar gelapnya yang masih status isteri orang lain ini. Tidak dapat mengendalikan diri akhirnya pelaku membunuh beserta anak korban yang baru berusia 6 tahun, lantaran sang anak memergoki perbuatanya.
Mengumbar keinginan berakibat fatal. Membunuh! Kasus serupa terekam dalam Alkitab. 2 Samuel 11 mengisahkan sisi kelam raja Daud yang tidak bisa mengendalikan keinginannya untuk memiliki isteri Uria, Bersyeba. Keinginan itu berawal dari hal yang sederhana. Mengabaikan tugas untuk memimpin perang (ayat 1). Daud memilih tinggal di istana. Ketika ia berjalan-jalan di sotoh istana (ayat 2), terlihatlah Bersyeba sedang mandi. Daud memanjakan keinginan matanya, ia berusaha mencari jalan untuk dapat memiliki Bersyeba. Dengan fasilitas raja, Daud mudah mendapatkan istri Uria ini. Daud tidur dengannya dan akhirnya Bersyeba pun mengandung (ayat 4). Apa yang dilakukan kemudian? Daud mencari cara untuk lepas dari tanggungjawab bahkan dengan mengorbankan Uria!
Mata adalah jendela untuk melihat. Dari penglihatan timbul keinginan, mestinya keinginan itu yang dikendalikan bukan sebaliknya. Tuhan menciptakan manusia bukan hanya dengan naluri keinginan tetapi juga dengan akal budi dan hikmat.
Kuda dapat dikendalikan dengan tali les agar ia tidak binal. Manusia dikendalikan bukan oleh keinginannya melainkan oleh akal budinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar