Senin, 21 November 2011

MENGAPA IA TIDAK BERTERIMAKSIH


Mengapa ia tidak berterima kasih?” Kalimat seperti ini sering meluncur dengan nada yang kecewa, manakala seseorang telah membantu sesamannya namun tidak ada ungkapan terima kasih sama sekali. Mengapa kecewa? Karena ia mengharapkan orang yang ditolongnya itu mengucapkan terima kasih, harapannya orang itu akan merasa utang budi dan seterusnya.
        Sangat mungkin orang yang ditolong ini di dalam hatinya berterima kasih, namun si penolong menginginkan lebih dari itu. Orang seperti ini motifnya bukan semata-mata menolong, tetapi ia mempunyai pamrih. Pamrih popularitas, pamrih ingin disebut pahlawan dan dermawan. Orang seperti ini menjadikan pertolongan sebagai investasi dengan harapan kelak menghasilkan laba yang berlimpah. Kita terkadang lupa bahwa pamrih selalu menimbulkan kekecewaan.
        Salahkah kalau kita menginginkan ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada orang lain? Berhati-hatilah dengan keinginan seperti itu. Mengapa? Karena hal itu dapat membawa kita menjadi tidak lagi tulus dalam menolong orang lain bahkan dapat membuat diri kita tidak sejahtera dan akhirnya kecewa.
        Menolong orang lain yang sedang membutuhkan bantuan merupakan tugas seorang murid Tuhan. Yesus di dalam Lukas 17:7-10 menggambarkan para pengikut-Nya bagaikan hamba yang melayani tuannya. Seorang hamba tidak pada tempatnya mencangkan pamrih. Hamba yang baik akan mengerjakan apa pun yang ditugaskan sang tuan kepadanya. Ketika kita tidak mencangkan balas budi dari orang yang kita tolong maka kita akan merasakan suka cita yang luar biasa.

Segala pekerjaan yang dicanangkan dengan pamrih dan pujian, biasannya berujung dengan kekecewaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar