Jumat, 11 Maret 2011

KE MANA AKAN KUBAWA DOSAKU?


Saya memastikan Anda minimal mendengar berita gonjang-ganjing tentang beredarnya video panas, yang katanya mirip artis tersohor Luna Maya dan Ariel Peterpan. Mudah-mudahan tidak tergoda untuk melihat apalagi mengoleksinya. Sudah hampir dua minggu berita aib itu menghiasi ruang public yang mampu menembus dinding rumah, terus bahkan masuk ke kamar-kamar pribadi lewat berbagai macam media. Nilai-nilai moral yang ditanamkan melalui keluarga, gereja, sekolah bahkan tidak mampu membendungnya, semakin dihembuskan dan diperingatkan maka semakin orang menjadi penasaran ingin melihat aib itu. Alih-alih menyelesaikan masalah, diskusi moral di berbagai media malah bagaikan mata rantai yang meneruskan beredarnya aib itu.

Bagaimana dengan sang artis yang diduga memerankan adegan itu? Beritanya nyaris tak terdengar. Menghilang! Beberapa iklan dan acara yang diampu mereka pun raib. Dalam berbagai kasus seperti ini kita sudah maklum bahwa si pelaku akan berusaha menghindar, menutupi, mencari pembelaan dan yang pasti akan mengatakan bahwa itu bukanlah dirinya, itu adalah rekayasa untuk menjatuhkan reputasi dan kariernya. Dalam kasus seperti ini kita mudah untuk menganalisa orang lain, berkomentar, bahkan menghakimi. Namun, bukankah sebenarnya kita juga sama dengan semua orang yang melakukan perbuatan tercela. Kita sering menutupi dosa kita, mencari pembelaan atau jika dimungkinkan akan mencari kambing hitam. Jika aib itu sudah kadung tak terbantahkan lagi kita akan memilih untuk berhenti dari peredaran. Enggan hadir dalam pertemuan-pertemuan umum. Rasanya tidak tahan memandang tatapan mata orang di sekelilingnya padahal belum tentu orang yang menatap itu akan bertanya atau menghakimi tentang kasusnya.

Banyak orang yang telah melakukan dosa dan dosanya itu terungkap selalu berpikir ‘mengapa sampai ketahuan, koq bodoh amat tidak bisa menutupinya?’ sebaliknya bukan bersyukur kalau Tuhan menghentikan perbuatan dosa itu melalui teguran orang lain. Sepasang anak muda berpacaran, si perempuan hamil. Ia menyesali, bukan penyesalan terhadap dosanya melainkan ,”koq bodoh amat bisa hamil, bukankah ada begitu banyak alat kontrasepsi.”

Ternyata bukan hanya orang biasa yang biasa menutupi aib dan dosa. Alkitab mengisahkan juga aib dari raja Daud (2 Samuel 11). Daud mencoba menutupi dosa perzinahan bersama Bersyeba dengan mengorbankan suami bersyeba sendiri. Sungguh mencengangkan seorang raja Israel yang begitu dekat dengan Tuhan, yang tahu bahwa Tuhan itu tahu apa pun yang dilakukan manusia justeru mau menghindar dari Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan tidak tahu, rekaman video terlarang artis saja, yang tersimpan rapi bisa beredar luas, diketahui banyak orang apa lagi di hadapan Tuhan, tak satupun yang tersembunyi.

Allah marah terhadap raja Daud, Dia mengutus Natan, nabi-Nya untuk mengingatkan dan menegurnya. Di sinilah kita harus mencontoh Natan, ia tidak menjadi pengedar video porno, eh salah, maksud saya pengedar aib tetapi menghentikan aib itu. Syukurlah melalui teguran yang sangat diplomatis (2 Samuel 12) Daud bertobat sehingga dalam Mazmur 32 ia dapat menyukuri dan lebih dari itu ada kebahagiaan bagi orang yang diampuni dosanya. Tapi dalam Mazmur 32 dua diingatkan juga bahwa orang yang diampuni dosa dan berbahagia itu ada syaratnya, yakni: tidak berjiwa penipu! Artinya tidak munafik, berpura-pura menyesal tapi kalau ada kesempatan melakukannya lagi!

Semua orang melakukan dosa, tanpa kecuali Anda dan saya, pertanyaanya adalah: “Bagaimana penyelesaiannya?” Apakah disembunyikan di bawah bantal? Atau seperti Daud menyesal dan bertobat? Kisah dalam Injil Lukas 7:36-8:3 menggambarkan bahwa betapa Yesus mau menerima orang berdosa, meskipun penerimaannya itu mendatangkan kecemburuan bagi orang yang menganggap dirinya lebih saleh. Dalam kisah Lukas ini kita belajar baik sebagai orang yang berdosa maupun yang merasa diri lebih baik. Yang berdosa, baiklah belajar dari perempuan yang terkenal sekampungnya berdosa. Ia membasuh kaki Yesus menyekanya dengan air mata dan minyak, sebagai tanda pertobatan yang mendalam. Yesus menerimanya dan mengabaikan pandangan orang lain yang sok saleh. Betapapun juga dosamu, kasihnya lebih besar, jangan simpan dosamu datanglah kepada-Nya, pengampunan yang tuntas disediakanNya.

Pelajaran bagi yang merasa lebih benar, lihatlah perumpamaan Yesus yang mengingatkan barangsiapa merasa lebih benar, lebih bersih dan menganggap orang lain penuh dosa dan aib. Dia mengingatkan bahwa pastilah ungkapan syukurnya lebih sedikit. Justeru orang yang sakit memerlukan dokter, jika dokter itu telah menyembuhkannya maka ia akan berterimakasih. Namun, jika Anda sehat maka Anda tidak perlu dokter dan juga tidak perlu berterimakasih!   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar