Minggu, 22 Desember 2024

KEDATANGAN-NYA MEMBERIKAN KEHIDUPAN

Letak strategis sebuah negara dapat membawa keuntungan finansial yang besar, jika saja dikelola dengan bijak. Sebaliknya, kalau gagal kelola akan menjadi sumber konfliks. Meski Israel telah pecah menjadi dua kerajaan, yakni Israel Utara dengan pusat pemerintahannya mula-mula di Tirza dan kemudian pindah ke Samaria, dan Israel Selatan dengan ibu kota Yerusalem. Kedua Kerajaan ini diuntungkan dengan letak geografis sebagai jalur niaga. 

 

Israel Utara berbatasan dengan Finisia dan Aram. Demikian pula dengan Israel Selatan atau Yehuda, melalui Pelabuhan-pelabuhan mereka mengadakan hubungan dagang dengan Arabia Selatan (Sebna dan Ofir). Hal inilah yang menambah potensi kekayaan bagi kedua kerajaan itu. Seiring dengan tumbuhnya kemakmuran lahir pula orang-orang kaya berpengaruh. Golongan kapitalis ini sangat mempengaruhi kebijakan politis para pemimpin dan pejabat.

 

Sudah merupakan rahasia umum jika kebijakan pemerintah diinterpensi oleh para cukong. Penindasan, ketidakadilan, korupsi, kebobrokan moral tidak dapat dibendung lagi. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin menganga lebar dan dalam. Suasana yang semula cerah, perlahan tapi pasti menjadi redup dan suram. Awan gelap menutupi kedua kerajaan yang seharusnya membawa misi Allah untuk dunia yang lebih baik dan bermartabat!

 

Kesuraman itu semakin pekat dengan munculnya kekuatan adidaya yang datang dari Timur laut, yakni Asyur dengan rajanya Tiglath Pileser III pada tahun 745 SM. Dia berambisi mengadakan ekspansi besar-besaran ke Barat. Ini berarti bahwa negara-negara Aram, Finisia, Israel dan Yehuda bahkan Mesir menjadi target penaklukkannya (Yesaya 8). Di tengah-tengah kesuraman, gelap yang teramat pekat bahkan bayang-bayang kematian Yesaya diutus menyuarakan suara kenabian.

 

Lantas, apakah ada solusi? Ya, dalam situasi nyaris tenggelam dalam kematian, Yesaya menyerukan berita pengharapan tentang datangnya zaman baru, yakni: Sang Terang yang akan membebaskan umat itu dari kegelapan. Allah akan membebaskan bangsitu dari kuk penindasan dengan caranya yang ajaib seperti pada hari kekalahan Midian zaman Gideon. Selanjutnya, Yesaya menyebut akan adanya kelepasan yang total dan definitif. Tidak akan ada lagi musuh, segala macam alat perang akan dibakar habis, sepatu yang berderap serta jubah perang yang berlumuran darah tidak akan ada lagi. Yang ada adalah kedamaian; kehidupan ganti kematian!

 

Sebagai klimaksnya diberitakan tentang kelahiran seorang anak laki-laki yang diberikan TUHAN kepada kita.Anak yang dijanjikan ini akan menjadi Pelepas dengan sifat-sifat Ilahi yang bertolak belakang dari sifat-sifat serakah, tamak, penakluk, rakus dan penindas. Sifat-sifat ilahi inilah yang kelak akan mengerjakan keselamatan bagi manusia. Kehidupan!

 

Ada empat karakter ilah yang melekat pada-Nya, yakni: Penasihat Ajaib, Dia dipenuhi dengan Roh Hikmat yang melebihi segala kebijaksanaan mana pun di dunia. Allah Perkasa, jelas bukan keperkasaan seperti Tiglath Pileser yang tetap menyerah dengan maut. Dialah Allah Perkasa yang tidak takluk kepada maut. Bapa yang kekal, pemerintahan-Nya berdasarkan kasih seorang Bapa terhadap anak-anak-Nya, maka Dia akan memerintah dan memelihara umat-Nya dengan kasih setia yang kekal. Dan yang terakhir, Raja Damai, di mana terpenuhinya seluruh kesejahteraan umat, di sinilah kehidupan yang sesungguhnya terjadi!

 

Kapan? Sangat mungkin Yesaya sendiri yang mengatakannya tidak tahu bila mana hal itu terjadi. Kerajaan berganti kerajaan, penindasan demi penindasan seolah tidak kunjung berhenti. Bahkan, sekali ini memuncak pada zaman Kaisar Agustus yang bernama asli Gaius Octavius Thurinus atau Octavianus. Begitu besar takhta kekuasaannya, sehingga para pemujanya menobatkan dia bukan saja sebagai dewa, tetapi tuhan yang dipercaya akan membawa zaman keemasan! Di bawah kekuasaannya, mendung kelam kembali terjadi, bahkan semakin menjadi-jadi.

 

Dalam lintasan sejarah panjang, tujuh ratus tahun dari nubuat itu dikumandangkan, Lukas mencatat, inilah tanda-tanda zaman baru telah dimulai. Sepasang suami-istri yang harus patuh pada perintah kaisar mengadakan perjalanan panjang dari Nazaret menuju Betlehem untuk memenuhi sensus kependudukan. Sensus yang ujung-ujungnya untuk menghitung kekuatan dan pajak yang dapat menguntungkan rezim Roma. Tentu saja tidak mudah, bagi Yusuf yang menopang Maria yang sedang hamil besar menempuh perjalanan jauh nan terjal. Maka, tidak mengherankan kalau sesampainya di kampung leluhur, mereka tidak mendapatkan tempat yang layak untuk bermalam.

 

Hanya semacam selter, perteduhan sederhana untuk para musafir bersama dengan hewan mereka, itulah tempat yang tersedia. Kontras, kelahiran Sang Mesias di tempat yang teramat sederhana jika dibanding dengan sang kaisar yang sedang berkuasa. Namun, Lukas meramu kisah ini tanpa kehilangan semarak keagungan.

 

Adalah para gembala yang menyatakan keagungan itu. Para gembala menerimanya dari para malaikat. Seandainya tidak ada mereka, tentu kisahnya akan berbeda. Mungkin Sang Bayi itu akan dipandang sebagai kelahiran yang lumrah, seperti para ibu hamil lain yang menempuh perjalanan, lalu melahirkan. Para gembala dengan gamblang menjelaskan bahwa mereka datang untuk melihat apa yang diberitakan malaikat Tuhan. Dan, semua orang yang mendengarnya takjub!

 

Kelahiran Sang Bayi itu tidak hanya menjawab ketakutan para gembala, Yusuf dan Maria, tetapi juga telah menjadi sukacita banyak orang. Ketakutan manusia akan kehidupan kelam telah berubah menjadi pengharapan baru, “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat!” Dalam catatan Lukas, ada 12 kali kata “hari ini”, artinya, keselamatan itu telah menjadi kenyataan: janji-janji yang disampaikan Allah melalui para nabi-Nya terdahulu, kini sudah benar-benar terjadi! 

 

Bagi Lukas, ungkapan “hari ini”, bukan saja menunjuk pada peristiwa kelahiran Yesus. Lukas ingin kita mengerti bahwa “hari ini” adalah mulai dari saat kelahiran-Nya di Betlehem sampai kepada kebangkitan-Nya, bahkan kenaikan-Nya ke surga merupakan rangkaian utuh peristiwa yang tidak dapat dipisahkan. Maka menjadi jelas buat kita bahwa keseluruhan hidup dan pelayanan yang dilakukan Yesus adalah wujud dari kedatangan-Nya yang memberi kehidupan. Kita dapat menelusuri tentang apa yang diajarkan dan dilakukan Yesus. Segenap hidup-Nya adalah mengembalikan relasi antara manusia dan Allah, juga dengan sesamanya yang telah rusak karena dosa dan keserakahan manusia. Ia hadir untuk memulihkan kelemahan manusia yang menuju pada maut. Ia hadir menyatakan damai di bumi agar dengan itu kehidupan tetap terpelihara.

 

Kini, kita yang merayakan Natal-Nya, yang meyakini bahwa Dialah Sang Pembawa Damai, Sang Pemulih dan yang memberikan kehidupan, apakah cukup puas dengan kesyahduan nyanyian-nyanyian Natal yang dihiasi lampu kelap-kelip? Mestinya, hari ini adalah momentum yang tepat untuk kita mengingat kembali motivasi mengikuti Dia. Di mana pun kita berada harus meneruskan cahaya pengharapan. Kita harus menghadirkan kehidupan bukan kematian!

 

Apa artinya menghadirkan kehidupan? Sederhana: tidak serakah, tidak tamak, tidak jumawa dan egois, yang semuanya ini membawa pada kehancuran. Ubahlah dengan menghadirkan paradigma baru dalam berelasi: saling mencintai dan mengasihi, menolong yang lemah dan membutuhkan, perkataan yang berintegritas, dan dapat dipercaya. Apakah mungkin? Ya, tentu saja, ketika Yesus lahir di hatimu!

 

 

Jakarta, 22 Desember 2024. Natal Pertama, tahun C

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar