Sebelum menjadi orangtua, mungkin kita sulit memahami sepenuhnya kasih sayang mereka kepada kita. Namun, setelah kita menikah dan dikaruniai anak, pada saat itulah kita mengerti apa arti kasih sayang orangtua. Kita bisa memahami, apa pun akan diperjuangkan untuk keselamatan buah hati kita. Tidak mengherankan kalau banyak orangtua ketika menyaksikan, dan merawat buah hatinya yang menderita sakit mengatakan, “Kalau bisa ditukar, biarlah saya yang sakit jangan dia!”
Apa pun akan dilakukan orangtua untuk menyelamatkan anaknya. Jangankan harta benda, kehormatan pun akan ditanggalkan demi sang anak bebas dari penderitaan. Yairus, sang ayah – sebagaimana semua ayah – tidak tahan menyaksikan penderitaan anak perempuannya yang sedang sakit dan nyaris mati. Yairus bukan orang sembarangan. Dia adalah kepala rumah ibadat. Tentu saja dengan kedudukannya, ia mudah mencari tabib dan membiayai pengobatan anaknya. Sayangnya tidak ada tabib yang dapat menyembuhkan penyakit anaknya.
Sementara Yesus kembali dari Gerasa dan masih di tepi danau, orang banyak berbondong-bondong mengerumuni-Nya. Mudah ditebak, mereka ingin mendengar pengajaran dan menyaksikan mukjizat yang dilakukan Yesus. Yairus berusaha menembus kerumunan orang itu dan ia sujud di hadapan Yesus lalu memohon agar Yesus meletakkan tangan ke atas anaknya yang sedang sekarat itu agar selamat dan tetap hidup. Tidak diceritakan apa penyakit anak itu. Namun jelas mengkhawatirkan. Bila anak perempuan itu tidak selamat dapat terbayang kesedihan Yairus. Di samping itu, dalam keyakinan orang Yahudi mati muda adalah hukuman. Jika anak itu benar-benar tidak dapat diselamatkan, orang-orang akan beranggapan bahwa anak itu berdosa hingga Tuhan menghukumnya dengan penyakit dan kematian. Kalau anak itu tidak berdosa, pastilah orangtuanya yang berdosa seperti kematian anak Daud dari Bersyeba.
Bayangkan, seorang kepala rumah ibadat Yahudi datang bersujud di kaki Yesus demi keselamatan anaknya! Ini menandakan bukan saja Yairus telah melakukan apa pun yang bisa ia lakukan, tetapi juga ia percaya kepada Yesus padahal ia termasuk orang yang dekat dengan para ahli Taurat. Sinagoga adalah tempat orang belajar Taurat dan ini berarti tempat “berkuasanya” para ahli Taurat. Bersujud, menaruh harap dan percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan anak kepala rumah ibadat jelas merupakan pukulan berat bagi para ahli Taurat. Namun, bagi Yesus ini bukan perkara menunjukkan kuasa dan kesempatan menyerang mereka. Bagi-Nya, Yairus sedang berada dalam kesulitan besar dan memerlukan pertolongan. Karena itu, Yesus menyanggupi permintaan Yairus lalu pergi ke rumahnya.
Sampai di sini, kalau Anda adalah Yairus, pasti Anda akan gembira walau mungkin nanti konsekuensinya Anda akan dipanggil dan dimintai pertanggungjawaban oleh kelompok ahli Taurat dan orang Farisi. Anda masih ingat, bagaimana orang-orang yang disembuhkan Yesus pada hari sabat juga dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum Sabat. Nah, ini seorang pejabat bahkan kepala rumah ibadat justru meminta tolong pada Yesus yang sedang mereka tentang! Sekali lagi, apa pun akan dilakukan oleh seorang ayah demi keselamatan putrinya dan yang tidak kalah pentingnya adalah keyakinan bahwa Yesus dapat menyelamatkan putrinya. Anda gembira karena Yesus mau berkunjung dan menumpangkan tangan untuk menyelamatkan anak Anda dan pasti ia akan sembuh!
Kegembiraan Yairus ibarat seorang ayah yang mengundang dokter ahli untuk mengobati anaknya dan sang dokter itu menyanggupinya. Namun, apa yang terjadi di tengah perjalanan? Perjalanan Yairus dan Yesus terhambat! Pertahankan posisi Anda sebagai Yairus. Anak Anda sekarat, butuh waktu segera untuk menanganinya. Terlambat berarti hilang kesempatan emas. Meninggal! Situasi ini mirip ketika anak Anda dalam keadaan gawat, dokter tidak lekas menangani lantaran ia harus menangani pasien lainnya yang sedang kritis juga.
Yesus terhambat bukan hanya oleh orang banyak yang berbondong-bondong menyertai-Nya tetapi oleh seorang perempuan yang sudah dua belas tahun sakit pendarahan. Sama seperti Yairus, perempuan ini menerobos kerumunan orang banyak. Dalam hatinya ia berkata, “Asal kusentuh saja jubah-Nya, aku akan sembuh!” (Markus 5:28). Benar, perempuan yang dua belas tahun sakit pendarahan seketika itu juga sembuh! Namun, masalahnya tidak sesederhana itu dan Yesus tetap berjalan. Tidak begitu! Masih ada dialog. Yesus merasa ada energi yang keluar dari diri-Nya lalu menanyakan kepada para murid-Nya. Simpel, murid-murid-Nya menjawab, “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesakan mengerumuni-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menyentuh Aku” (Markus 5:31). Sederhananya, jawaban para murid menegaskan adalah mustahil untuk mengetahui secara spesifik siapa yang menyentuh Yesus karena kenyataannya Yesus bersentuhan dengan orang-orang yang berkerumun!
Perempuan itu menyadari bahwa Yesus tahu apa yang diperbuatnya. Ia pun maju lalu sujud di hadapan Yesus. Ia bercerita tentang diri dan penyakitnya. Yesus sama sekali tidak marah pada perempuan itu tetapi menyatakan bahwa imannya telah menyelamatkan dirinya. Yesus mengapresiasi tindakan yang merupakan ekspresi iman dari perempuan itu.
Sekali lagi, Anda masih di posisi sebagai Yairus. Jelas kemelut yang terjadi di tengah perjalanan menuju ke rumah Anda akan membuat Anda gusar. Ini banyak sekali halangan dan kedatangan Yesus yang hendak menolong anak Anda begitu lamban berbanding terbalik dengan waktu cepat yang dibutuhkan untuk menolong anak Anda. Benar, kegelisahan Anda terbukti! Anak Anda meninggal. Apa yang Anda lakukan pada titik ini? Bisa jadi Anda akan menyalahkan perempuan yang “menghalangi” langkah kaki Yesus segera tiba di rumah Anda, atau menyalahkan orang banyak yang terus-menerus berdesak-desakan di sekitar Yesus, bahkan Anda bisa menyalahkan Yesus yang lamban untuk segera datang.
Sementara Yesus masih berbicara kepada perempuan itu, seorang anggota keluarga Yairus datang dan memberitahukan bahwa anaknya sudah meninggal, karena itu ia tidak perlu lagi repot-repot membawa Yesus ke rumahnya untuk menyembuhkan putrinya. Ya, buat apa lagi penyembuhan kalau anak itu sudah mati. Ia sudah tidak tertolong lagi, sehingga tidak ada lagi yang dapat dilakukan oleh Yesus!
Berita kematian itu memukul hebat Yairus, bisa jadi dalam hatinya membenarkan utusan anggota keluarga itu. Ya, buat apa lagi menyusahkan Yesus, toh anak itu sudah mati. Rupanya, Yesus mendengar percakapan dan berita duka itu. Tampaknya, Yesus tidak peduli dengan berita itu. Yesus menghibur Yairus dan memintanya untuk tidak takut. Percaya saja!
Haruskah Yairus percaya bahwa anaknya akan hidup lagi? Barang kali terlalu cepat bagi Yairus untuk mendapatkan kepercayaan akan hal itu. Yesus memintanya untuk percaya kepada-Nya dan pada apa pun yang akan dilakukan-Nya. Yesus meneruskan langkah-Nya. Ia tetap pergi menuju rumah Yairus. Di titik inilah, tema kita bergema “Penyerahan diri sepenuhnya”. Bagaimana mungkin orang yang akan ditolong itu sudah mati, tetapi harus percaya saja! Bukankah di titik ini manusia merasa sudah selesai. Bila kematian sudah menghampiri maka semua pengharapan pemulihan itu sudah berhenti! Langkah kaki Yairus tidak berhenti, ia mengikuti langkah Yesus sampai ke rumahnya. Dan di sanalah Yairus menyaksikan dan mengalami sendiri bahwa keyakinannya tidak sia-sia. Yesus adalah jawaban di mana sudah tidak ada lagi pengharapan (kematian), di situlah Yesus menyatakan pengharapan itu terjadi!
Barangkali ini juga yang didaraskan oleh Yeremia dalam kitab Ratapan. Ya, kitab itu dinamakan Ratapan tentu saja penuh dengan cucuran air mata. Kesengsaraan umat dalam tekanan dan pembuangan membuat mata mereka sembab dan nyaris tidak lagi melihat pengharapan. Namun, Yeremia melihatnya. Ia melihat pengharapan itu sama seperti pagi yang baru, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru setiap pagi besar kesetiaan-Mu.” (Ratapan 3:22-23)
Bila hari-harimu berhadapan dengan kesedihan, jalan buntu dan kabut kelam. Yairus dan Yeremia menolong kita untuk tetap berpengharapan. Percaya saja dan berserah penuh kepada-Nya dan engkau akan tercengang!
Jakarta, 27 Juni 2024, Minggu Biasa tahun B
Tidak ada komentar:
Posting Komentar