“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”
(Yohanes 14:15)
Kalimat yang diucapkan oleh Yesus dalam Yohanes 14:15 sering dipakai orang untuk mendorong orang lain menuruti kemauannya sendiri. Contoh, orang tua berkata kepada anaknya, “Anakku, kalau kamu sungguh-sungguh sayang Mami, kamu akan memperhatikan permintaanku. Mami, tidak suka dengan pacarmu yang berbeda suku dengan kita. Maka, putuskan sekarang juga. Mami tidak mau melihatnya lagi!”
Contoh yang lain, seorang pemuda yang dimabuk asmara berkata kepada pacarnya, “Sayangku, apakah kamu sungguh mencintaiku? Kalau benar demikian, kamu akan menuruti keinginanku. Aku menginginkan tidur denganmu, mari kita lakukan!”
Saya percaya, baik si Mami atau pun si pemuda yang sedang dimabuk asmara, mereka menggunakan kalimat “sungguh-sungguh mencintai atau menyayangi” sebagai alat untuk menekan bahkan mengintimidasi agar anak Mami dan pacar si pemuda itu takluk dan menuruti perintah mereka. Lalu, jika anak Mami dan pacar dari si Pemuda itu menuruti keinginan mereka, apakah benar-benar berasal dari cinta atau sayang mereka? Jelas, kita dapat menduganya: Kalau mereka menurutinya itu bukan karena motivasi cinta yang luhur. Mereka terpaksa menurutinya!
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” Kata Yesus kepada murid-murid-Nya. Apakah kalimat ini senada dan seirama dengan ucapan Si Mami dan Si Pemuda itu? Apakah kalimat yang diucapkan Yesus bermaksud, “Kalau kalian betul-betul mengasihi Aku, mestinya kalian menaati semua perintah-Ku!” Seolah-olah kecintaan kepada Sang Guru harus dibuktikan dengan melakukan segala perintah-Nya. Kalau iya, apa bedanya dengan tindakan orang yang ingin perkataannya dituruti dengan cara menekan dan mengintimidasi? Apakah juga Yesus suka dengan orang yang melakukan perintah-Nya secara terpaksa?
Jelas bukan dalam pemahaman seperti itu! Yesus tidak bermaksud menekan atau mengintimidasi para murid untuk melakukan apa pun yang diperintahkan-Nya kepada mereka. Sebab, apa pun yang dilakukan seseorang di bawah tekanan hal tersebut bukan lagi merupakan tindakan kasih. Itu perbuatan terpaksa! Dan, kita semua yang berpikiran sehat tentu saja tidak mau seseorang berbuat sesuatu kepada kita atas dasar keterpaksaan. Kita lebih menyukai dan menghargai ketika segala tindak yang dilakukan didasari oleh kerelaan. Segala sesuatu yang dikerjakan karena terpaksa bukanlah kasih!
Kalimat yang diucapkan Yesus justru bermakna sebaliknya: Kasih yang ada dalam diri-Nya akan mengalir dan membuat orang yang percaya kepada-Nya mempunyai kasih seperti yang ada pada diri-Nya. Kasih itulah yang membuat Yesus dapat melakukan segala perkara yang dikehendaki Bapa-Nya. Kasih itu yang membuat-Nya mampu menapaki via dolorosa yang berujung pada kematian-Nya di Golgota. Kasih itulah yang membuat-Nya taat sampai mati.
Yesus tidak membutuhkan pembuktian kecintaan para murid kepada-Nya, apalagi dengan tekanan dan intimidasi. Pembuktian itu bukan tujuan! Kasih akan mengerjakan segala sesuatu tanpa perlu disuruh atau diminta. Mengasihi Yesus itu bakal membuat orang dapat mengenal perintah-perintah-Nya dan tentu saja menuruti-Nya. Jadi, mengasihi Yesus adalah dasar agar kita dapat menjalin relasi yang benar dengan Kristus. Begitulah nanti pada akhir perikop ini terungkap bahwa siapa saja yang memegang dan menuruti perintah-perintah-Nya, mereka itulah yang nyata-nyata mengasihi Yesus.
Perintah-perintah Yesus yang bagaimana? Perintah-perintah yang dimaksud tidak harus diartikan seperti deretan hukum Taurat dan turunannya yang merinci tentang segala sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Yang dimaksud dengan “perintah-perintah” di sini adalah kekuatan-kekuatan yang menggerakkan dari dalam dan muncul dari relasi spiritualitas dengan Sang Guru sendiri. Sama seperti Yesus pernah mengatakan bahwa apa yang Ia katakan dan yang Ia perbuat bukan dari diri-Nya sendiri, melainkan mengalir dari Sang Bapa. Pun demikian, tindakan-tindakan kasih yang dilakukan oleh para murid sebenarnya tidak bersumber dari diri dan kemauan mereka sendiri. Tindakan mereka dijiwai oleh kehadiran-Nya dalam diri mereka. Hidup mereka yang mengasihi Yesus seakan-akan menyuratkan perintah dari atas yang dibaca orang banyak. Dalam hal ini hidup mereka menjadi kesaksian.
Kasih Kristus akan mengalir dalam diri orang percaya. Dampaknya, perintah-perintah-Nya itu bukan lagi menjadi beban. Melainkan sebagai kesempatan bagi kita untuk mendemonstrasikan cinta kasih itu. Betapa pun sulit dan beratnya tantangan yang harus dihadapi, ketika cinta kasih Kristus itu mengalir dalam diri kita, tidak mustahil kita akan tetap tersenyum bahkan bersyukur!
Melaksanakan perintah-perintah Yesus dengan landasan kasih tidaklah mudah. Sebab dunia di mana kita berada adalah dunia yang menolak Roh Kebenaran karena dunia tidak dapat melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Dunia ini dipandang jahat dan sudah dikuasai oleh kegelapan. Kepada para murid-Nya, Yesus memperlihatkan dunia ini dan mengutus mereka. Dunia yang jahat dan gelap ini bukan untuk dimusuhi, dikecam dan dijauhi, melainkan agar mereka mengasihinya seperti Yesus mengasihi.
Dalam dunia yang tidak mudah ini Yesus berjanji bahwa para murid tidak akan ditinggalkan sendirian, namun akan didampingi dan dikuatkan oleh Roh Kebenaran dan bimbingan Sang Penolong. Jadi, pengetahuan Roh Penolong itu akan datang bukan untuk dijadikan sebagai jaminan rasa aman bagi diri sendiri, melainkan kekuatan yang menolong kita untuk memenuhi perintah-perintah Kristus itu supaya melalui kesaksian itu dunia yang gelap dan jahat dapat melihat terang dan kebenaran!
Para murid dan kita semua yang mengasihi Kristus menjadi tempat kediaman Roh Kebenaran. Bukan untuk kesejahteraan dan kemakmuran diri sendiri. Melainkan, agar kita mampu melaksanakan perintah Kristus sehingga kita berani menolong orang-orang yang terancam kekuatan-kekuatan gelap “dunia” yang menolak kehadiran ilahi tadi. Maka untuk dapat melakukan hal yang berat itu, setiap orang Kristen harus memberi diri dengan ikhlas dirasuki kebenaran yang bersumber dari Roh kebenaran itu. Murid yang sampai pada taraf ini akan menikmati dan merasakan hadirnya Sang Penolong dan memperoleh hikmat dari Roh Kebenaran itu.
Anda yang benar-benar menerima dan membuka diri bagi hadirnya Roh Kebenaran itu akan dapat menaati perintah-perintah Kristus itu bukan sebagai beban berat dan kewajiban agama. Melainkan melihatnya sebagai tawaran kesempatan untuk berkarya di dunia gelap dan jahat ini. Pada taraf ini kita – sama seperti rasul-rasul – yang walaupun secara kasat mata menderita penganiayaan dan pelbagai kesulitan akan tetap dapat memancarkan terang Kristus.
Jakarta, 11 Mei 2023 Minggu Paskah VI tahun A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar