Senin, 15 Mei 2023

MENGAPA KAMU MELIHAT KE LANGIT?

Nyaris semua kerabat, teman dan saudara sudah tidak ada lagi di makam itu. Hanya tinggal seorang ibu dengan dua orang anaknya. Sebut saja ibu itu Mira. Ia baru saja mengantarkan jenazah suaminya yang meninggal akibat kecelakaan. Sangat mendadak! Air mata Mira tidak kunjung berhenti, ia memeluk kedua anaknya seraya mengajak mereka pulang. “Tidak Mah, aku masih ingin menemani ayah di sini!” pinta si sulung yang masih duduk di bangku kelas dua SMP. “Aku juga mau bersama Ayah, kasihan ayah di sini. Sebentar lagi hujan, pasti ayah kedinginan.” Adiknya yang masih duduk di kelas tiga SD memohon.

 

Mira seakan tak kuasa menahan pilu yang semakin menyayat hati. Ia membayangkan, bagaimana mungkin pulang ke rumah, kehangatan tidak ada lagi. Sang suami yang selalu membawa keceriaan kini sudah tiada. Bagaimana mungkin anak-anak tumbuh tanpa sosok ayah yang akan membimbing mereka, mengajari bagaimana mereka harus mengarungi kehidupan ini. Meski berat, Mira meminta sekali lagi kepada anak-anaknya agar mau beranjak dari makam ayah mereka. “Mari pulang, anak-anakku. Di sini bukan tempat tinggal kita. Ayah kalian pasti sedih kalau melihat kalian terus menangis. Ayah, pasti ingin kalian menjadi anak-anak tangguh!”

 

Air mata Mira belum kering, “Eka, Ibu tahu bahwa kamu belum dewasa. Namun, Ibu mohon kepadamu: kamu harus tetap rajin belajar, sekolah yang baik dan menjaga adikmu, Andy. Sementara Ibu akan terus bekerja supaya kehidupan ini terus berlangsung. Walau Ayah telah tiada, kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi ayah. Buatlah ayah bangga suatu hari nanti melihatmu menjadi anak yang berhasil!” Meski, berat Mira dan anak-anak terus menjalani kehidupan mereka. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Eka yang mendengar perkataan ibunya terus tumbuh menjadi pemuda yang baik, cerdas dan berhasil. Pun demikian dengan Andy. Mereka sudah bekerja dan menjadi aktivis gereja. Melalui pengalaman, mereka dapat memberi kekuatan kepada teman-teman mereka yang sedang mengalami masalah.

 

Tentu tidak mudah melewati masa dukacita. Banyak orang mengalami kesulitan untuk melihat pengharapan akan kehidupan yang lebih baik. Alih-alih bangkit dan melanjutkan karya orang yang mereka cintai, justru enggan beranjak dari kubur. Terpaku dalam duka dan kehilangan, lalu entah harus berbuat apa selain meratapi kepedihan!

 

Murid-murid Yesus terpaku menatap langit. Langit yang menutup Sang Guru mereka yang terangkat ke surga. Semula antusias dan semangat mereka pulih kembali. Betapa tidak, kematian yang telah menelan Sang Guru itu benar-benar telah dikalahkan. Yesus bangkit! Empat puluh hari lamanya mereka bersama-sama lagi Sang Guru. Mimpi-mimpi mereka sekarang kembali bersemi. Pemulihan kerajaan Israel tidak lama lagi akan terjadi, lalu mereka akan menjadi pembesar-pembesar negeri itu. Zaman keemasan Daud dan Salomo yang sempat tenggelam kini akan muncul kembali!

 

Ternyata, mereka keliru! Bukan mimpi-mimpi seperti itu yang diharapkan oleh Sang Guru. Bukan kekuasaan duniawi dan politis yang menjadi perjuangan-Nya. Kini, mereka kembali terpaku dan menatap ke langit. Entah apa yang kini harus dilakukan. Kembali ke Yerusalem dengan pelbagai tantangan bahkan ancaman menjadi mimpi buruk. Mereka seperti Eka dan Andy yang enggan beranjak dari makam sang ayah karena membayangkan di rumah sudah kosong, tidak ada lagi pengharapan!

 

Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu melihat ke langit? Yesus ini yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga.”(Kisah Para Rasul 1:11) Perkataan dua orang yang berpakaian putih itu seakan menyentak dan membangunkan mereka. Perkataan itu seolah meneguhkan mereka untuk kembali ke Yerusalem. Mereka kembali untuk bertekun menantikan janji Tuhan tentang pencurahan Roh Kudus yang akan melengkapi mereka dalam melanjutkan karya Kristus di bumi ini.

 

Kini, para murid mendapat kekuatan bahwa mereka harus mewujudkan bukan mimpi-mimpi mereka tentang pemulihan kerajaan Israel, melainkan masuk ke dalam mimpi dan perjuangan Sang Guru agar dunia dapat mendengar dan menerima kabar baik. Mereka harus mempersiapkan diri untuk menjadi saksi-saksi Tuhan mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung-ujung bumi. Mereka harus bertekun, sehati dan sepikir. Mereka tidak boleh lagi membawa egoisme masing-masing yang dapat merintangi terwujudnya misi Allah untuk dunia ini. Sejak saat itu mereka tidak lagi melihat ke langit. Tetapi kini mengarahkan pandangannya untuk misi di bumi.

 

Sampai saat ini banyak orang Kristen yang terus memandang ke “langit”. Langit yang dipahami sebagai takhta Allah yang Mahatinggi. Langit sebagai pusat Kerajaan Allah, dan langit yang akan mengangkat mereka dalam awan-awan kemudian membawa mereka ke surga. Dampaknya, kita banyak bicara tentang Kerajaan Surga yang tidak menapak di bumi. Bumi dipandang sebagai hal yang jahat!

 

“Mengapakah kamu melihat ke langit?” Kalimat ini berlaku juga untuk kita! Kalimat ini menyadarkan kepada kita bahwa memang benar Tuhan Yesus telah naik ke surga. Namun, ada tugas dan tanggung jawab kita untuk melanjutkan karya-Nya di bumi ini. Setiap murid Kristus tidak boleh diam dan memimpikan surga. Tetapi harus berupaya mewujudkan surga itu di bumi ini. Inilah kesaksian itu!

 

Melanjutkan karya Kristus di bumi ini itu berarti menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah kini dan di sini. Kehadiran Yesus memulihkan, menyembuhkan dan mengusir kuasa jahat. Hal seperti inilah yang harus diperjuangkan oleh setiap orang percaya, alih-alih menatap terus ke langit. Adalah benar bahwa untuk meneruskan pekerjaan Yesus Kristus di bumi ini tidaklah mudah. Namun, bukankah Dia sendiri telah berjanji akan melengkapi kita dengan kekuasaan dari tempat tinggi, yakni Kuasa Roh Kudus. Kini, giliran kita, sama seperti para murid Kristus untuk terus bertekun dalam doa dan membuka diri agar kuasa Roh Kudus leluasa berkarya dalam kehidupan kita lalu kita mampu menjadi saksi-Nya di bumi ini!

 

Berhentilah menatap ke “langit”, wujudkanlah yang di bumi ini sama seperti di surga!

 

Jakarta, 15 Mei 2023. Untuk Hari Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga, Tahun A 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar