Kamis, 13 April 2023

PERJUMPAAN YANG BERMAKNA

Pastinya tidak semua orang yang kita jumpai dalam kehidupan ini akan kita ingat. Kita mudah lupa, selain daya ingat kita terbatas, keadaan kita dan orang-orang di sekitar kita pun berubah. Berubah bukan hanya fisik, melainkan juga gaya bicara dan gaya hidupnya. Meski demikian akan tetap ada dalam ingatan kita orang-orang yang selalu kita kenang. Umumnya mereka adalah orang-orang yang memberi makna dalam hidup kita. 

 

Pagi itu, Yesus yang menjumpai Maria Magdalena memanggil namanya, “Maria!” Maria seolah bangun dari mimpi buruknya. Ia hendak memeluk Sang Guru, tetapi Yesus mencegahnya, alih-alih memintanya untuk memberitahukan peristiwa itu kepada murid-murid yang lain. Perjumpaan ini sarat makna! Perjumpaan itu melenyapkan kabut duka dan mengobarkan antusiasme Maria untuk berbagi riang dengan murid-murid yang masih terpukul dan ketakutan.

 

“Aku telah melihat Tuhan!” katanya kepada mereka. Lalu, apa tanggapan mereka? Para murid itu bergeming, tampaknya lebih suka memeluk duka. Enggan beranjak! Mereka tidak mau pusing dengan kegembiraan Maria. Entah apa yang dilakukan oleh Maria agar para murid itu mempercayai apa yang telah dialaminya. Mungkin Anda juga pernah mengalami kegirangan serupa dengan Maria, lalu Anda mencoba berbagi agar orang lain pun merasakan juga kegembiraan itu. Apa yang Anda rasakan ketika orang-orang yang Anda bagikan kabar sukacita itu tidak mau peduli? Kecewa! Ya, sangat wajar.

 

Hampir dua belas jam berlalu. Petang hari itu Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya yang sedang bersembunyi di dalam ruangan dengan pintu-pintu yang terkunci. Mereka trauma dan ketakutan menyelimuti mereka. Mereka membayangkan bahwa serdadu-serdadu Romawi itu akan mencari satu persatu para pengikut Yesus dan mengeksekusinya. Jelaslah, gambaran ini menunjukkan bahwa mereka tidak peduli dengan kabar kebangkitan Yesus yang disampaikan Maria.

 

Damai sejahtera bagi kamu!” Orang yang dibicarakan Maria itu hadir di tengah-tengah mereka tanpa harus membuka pintu-pintu yang terkunci itu. Tampaknya Sang Guru mengerti keraguan mereka. Ia menunjukkan luka-luka-Nya. Bukti bahwa yang hadir di depan mereka adalah diri-Nya, bukan hantu atau sosok yang lain. 

 

Yesus yang bangkit itu pastinya telah mengalahkan maut. Siapa pun yang pernah hidup di muka bumi ini tidak ada yang takluk pada kuasa maut. Yesus mengalahkannya! Meski demikian Ia hadir di tengah-tengah para murid yang ketakutan itu bukan dengan menunjukkan kekuasaan-Nya. Ia hadir bukan seperti wajah-Nya yang dulu berkilau dalam kemuliaan bersama Musa dan Elia. Ia tidak datang dengan ribuan tentara malaikat. Tidak! Ia justru menunjukkan luka-luka-Nya. Seolah Ia mengatakan, “Ini Aku, lihatlah luka-luka ini. Ini Aku yang kemarin mereka bantai. Ini Aku, bukan yang lain!”

 

Saya membayangkan Yesus menunjukkan luka-luka itu kepada mereka satu persatu. Ia menatap wajah, mata para murid-Nya itu. Yesus datang kepada para murid-Nya untuk memberikan diri-Nya. Ia menatap wajah dan mata setiap murid-Nya bukan untuk menghakimi dan mencela kelemahan dan ketidakpercayaan mereka. Bukan itu! Tatapan wajah-Nya semata untuk menyalurkan cinta-Nya, untuk menyibakkan kabut duka yang membelenggu mereka. Untuk memulihkan dan mengampuni mereka.

 

Yesus yang berdiri di tengah0-tengah para murid itu tidak mencela Petrus yang menyangkal diri-Nya tiga kali. Tidak juga Ia mempertanyakan ke mana saja mereka ketika dera dan cambuk itu menghujani tubuh yang ringkih itu. Kehadiran-Nya pada petang itu tidak membuat orang menjadi rikuh dan merasa bersalah. Yesus menegaskan pilihan-Nya atas mereka. Mereka adalah orang-orang yang Ia cintai dan Ia ada di situ untuk dan demi cinta itu!

 

Bukankah bila sedang ketakutan kita juga bersembunyi? Di balik pintu-pintu hati kita yang terkunci dan tidak mampu membuka diri bagi orang lain? Pada saat seperti itu mungkin kita kehilangan harga diri, kehilangan semangat dan relasi. Kita menjadi orang yang terpuruk dan tidak berharga! Ingatlah ketika para murid mengunci diri, Yesus dapat hadir di tengah-tengah mereka, menumbuhkan kembali rasa percaya diri dan tanggung jawab yang harus mereka emban. Yesus datang kepada kita masing-masing melalui pintu-pintu yang terkunci itu, lalu mengatakan hal yang sama: “Damai sejahtera bagimu!”

 

Di tempat yang lebih dalam daripada tempat di mana luka-luka dan ketakutan kita tersembunyi, Ia dapat hadir! Tepat di dalam situasi itu Yesus menyatakan bahwa diri-Nya mencintai kita apa adanya. Ia tahu segala kelemahan dan kedegilan kita dan Ia mencintai serta mengampuni segala kesalahan kita. Seperti para murid-Nya dahulu, kita pun istimewa dan berharga di mata-Nya. Ia ingin kita bangkit dari keterpurukkan masa lalu, melihat ke depan dengan berani mengambil tugas yang dipercayakan kepada kita!

 

Dengan singkat dan padat, Injil Yohanes mencatat bahwa Yesus yang bangkit itu sekarang memberi mandat, kepercayaan kepada mereka untuk memberitakan kebangkitan-Nya. “Seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu!” Dalam perjumpaan singkat ini, Yesus mengubah kelompok pesimis, orang-orang yang ketakutan, kebingungan menjadi komunitas kasih. Dalam komunitas itu mereka dipulihkan dan dipanggil untuk menghadirkan cinta kasih seperti Yesus yang menghadirkan cinta kasih Bapa-Nya. Mereka diminta bukan untuk membalaskan kepedihan dan kematian Sang Guru di kayu salib. Mereka diutus untuk menghadirkan “damai sejahtera!” Menghadirkan dan mengalirkan belas kasih Allah bagi dunia ini.

 

Yesus menunjukkan kepada mereka tanggung jawab hal yang sekaligus menakutkan namun indah. Mereka harus diubah oleh Roh Kudus untuk masuk dalam dunia yang jahat ini. Mereka harus mampu mencintai orang-orang seperti Yesus mencintai mereka, dan memberikan hidup-Nya bagi mereka. Kalau para murid menjadi seperti Yesus dan tinggal di dalam Dia, mereka akan mampu membebaskan orang dari kekerasan dan kebencian serta belenggu dosa.

 

Inilah perjumpaan Yesus yang membawa makna bagi para murid. Yesus yang bangkit sedang dan terus akan menjumpai banyak orang. Salah satunya Anda. Seberapa berdosanya dan mungkin telah menghianati Yesus, Ia berkenan menjumpai Anda. Ia juga menunjukkan luka-luka itu. Ya, luka-luka akibat pengkhianatan kita. Namun, Ia tidak sedang menuntut dan menghakimi. Ia tidak juga sedang mempermalukan Anda. Luka-luka itu hendak memulihkan Anda. Setiap orang punya luka. Apakah kita menyembunyikannya? Ataukah ini kesempatan berharga di mana luka-luka itu akan dipulihkan Yesus? 

 

“Damai sejahtera!” Ini tidak hanya diberikan kepada para murid-Nya dahulu. Buat kita semua, tinggal kita membuka pintu-pintu hati kita yang terkunci!

 

Jakarta, 13 April 2023, Paskah ke-2 Tahun A 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar