Jumat, 07 April 2023

PASKAH! TUHANKU SUNGGUH HIDUP

Dua hari sebelumnya, perempuan ini begitu dekat dengan peristiwa sadis yang menimpa orang yang dicintainya. Tubuh itu nyaris tak dikenali lagi karena luka-luka menganga akibat pukulan dan parutan cambuk. Mengerikan! Kematian telah memisahkan harapan dari kenyataan. Tidak mungkin lagi ia mendengar suara-Nya yang lembut, ajaran-Nya yang menggugah orang berbuat sesuatu bukan karena pujian dan motivasi menguntungkan diri. Ah, andai saja Dia membuktikan kemahakuasaan-Nya, kematian sialan itu tidak pernah akan terjadi! 

 

Perempuan itu tahu percis, tubuh yang berbalut luka itu diturunkan dari tiang gantungan. Lalu, Yusuf dari Arimatea memintanya dari Pilatus untuk di pulasara dan dikuburkan layaknya seorang manusia. Seiring pintu kubur itu ditutup maka tertutuplah segala harapan dari perempuan itu. Kubur telah menutup dan memisahkan kehidupan dari kematian!

 

Siapakah perempuan yang pagi-pagi buta berada sendirian, menangis, mengaduh, dan kalut mencari Yesus? Dan mengapa Injil memberi banyak perhatian kepadanya? Jawabannya mengajak kita masuk  dalam inti pesan Yesus. Injil Yohanes menunjukkan bagaimana perempuan ini menjadi lambang bagi kita semua. Maria sungguh-sungguh mewakili kita. Seperti dia, kita kalut, merasa sedirian, kosong, menangis dan mengaduh untuk menemukan jalan pasti menuju damai, mencari tubuh yang sudah mati!

 

Maria adalah kita, ketika peti mati ditutup, hilang sudah segala pengharapan. Kita berpikir bahwa kematian adalah akhir dari segalanya. Kita menjadi seperti Maria yang larut dalam nestapa dan memeluk kesedihan. Maria lupa tentang kata-kata dan ajaran Yesus, bahwa kematian bukan segalanya. Apakah Yesus membiarkannya? Tidak! Maria yang mencari Dia yang hidup di tengah orang mati, alih-alih dialah yang dicari Yesus untuk dinyatakan kepadanya bahwa Dia tidak mati, Yesus bangkit!

 

Maria Magdalena adalah perempuan sekaligus orang pertama yang menemukan makam Yesus telah kosong. Makam kosong memainkan peran penting dalam peristiwa kebangkitan. Namun, apakah cukup menjadi alat bukti bahwa kalau makam Yesus itu kosong, maka Yesus telah bangkit? Bukankah masih ada banyak kemungkinan bisa terjadi? Bisa saja para murid merekayasa cerita kebangkitan ini seperti yang disinyalir oleh para petinggi Yahudi yang mengeksekusi Yesus: murid-murid mencuri tubuh Yesus, lalu mereka menyiarkan berita bahwa Yesus telah bangkit! 

 

Kubur kosong membuktikan Yesus bangkit? Ah, yang benar saja. Buktinya? Maria juga meragukannya. Reaksi pertama ketika Maria mendapati bahwa batu penutup kubur itu telah tiada, ia menyampaikan berita heboh itu kepada Simon Petrus dan murid yang dikasihi Yesus: “Tuhan telah diambil orang dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” (Yohanes 20:2). Bagaimana mungkin Maria punya gagasan pikiran seperti itu? Sebuah kesimpulan mustahil, sebab kubur Yesus itu disegel dan dijaga oleh tentara Romawi dan tidak mungkin orang mencuri mayat Yesus sedangkan kain pembungkus tubuh dan kepala jenazah Yesus ditinggalkan dalam keadaan tetap utuh seperti semula. Kesimpulan Maria hanya bisa terjadi oleh karena ia begitu emosional dan berada di bawah bayang-bayang kuasa maut. 

Bayang-bayang kuasa maut menutup baik mata lahiriah Maria Magdalena yang tidak langsung mengenali Yesus maupun juga mata batiniah yang melupakan apa yang pernah dikatakan oleh Yesus tentang kebangkitan-Nya itu. Ini terjadi bukan hanya pada Maria, melainkan juga pada murid-murid yang lain.

 

Kita adalah Maria Magdalena yang terlena oleh dukacita, kepedihan, beban berat kehidupan. Sehingga Marialupa bahwa Yesus dulu telah membebaskannya dari tujuh roh jahat yang merasukinya. Mata hati kita pun sering seperti Maria tertutup oleh sengat maut yang begitu kuat sehingga sering menarik kesimpulan “Tuhan dicuri orang!” Tuhan tidak ada dan tidak peduli, Tuhan sudah mati! Kita gampang menyalahkan orang lain, keadaan dan akhirnya menyalahkan Tuhan. Kita lupa bahwa sampai hari ini ketika kita masih bisa melakukan ini dan itu adalah karena pertolongan-Nya.

 

Tampaknya kubur kosong buat Maria bukanlah pembuktian bahwa Yesus telah bangkit dan mengalahkan maut. Lalu apa artinya, kalau kubur kosong itu bukanlah pembuktian? Ya, kubur kosong adalah petunjuk. Maria dan kita tidak boleh terpaku dan memegangi bahwa kubur yang kosong itu sama dengan Yesus bangkit. Bukan itu! Petunjuk adalah sesuatu yang mengarahkan kepada kita tentang subyek yang sebenarnya, dalam hal ini Yesus sendiri. Setidaknya dengan petunjuk itu menolong kita untuk begerak; maju untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit itu.

 

Tuhan yang melampaui kematian itu ternyata berkenan menjumpai Maria, Ia menyatakan diri bukan sebagai penjaga taman. Malaikat Tuhan menolong Maria melihat sosok Tuhan yang bangkit di tengah bayang-bayang kematian. Maria akhirnya dapat berkata, “Aku telah melihat Tuhan!” (Yohanes 20:18). Yesus yang bangkit itu mengundang Maria untuk masuk dalam kehidupan baru: dari kepahitan menuju hidup yang penuh sukacita. Maria Magdalena adalah orang pertama yang menjadi saksi kebangkitan Yesus.

 

Hari ini, bisa saja Anda sedang benar-benar berada dalam lemah pergumulan yang dikuasai oleh kuasa maut. Bahtera hidup Anda nyaris karam. Lihatlah bagaimana Yesus memulihkan Maria dan selanjutnya para murid yang lain. Apa yang menjadi tema Jumat Agung kemarin, “Salib-Mu kurangkul teguh” menjadi pegangan kita. Jangan pernah melepaskannya. Jika Yesus berkenan memulihkan kembali Maria Magdalena, Yesus yang sama akan menjumpai Anda. Ia menguatkan dan menolong Anda untuk melewati segala ketidakpastian. Dialah yang pegang kendali baik hidup maupun mati.

 

Percayalah bahwa Tuhan kita hidup dan Ia memegang kendali penuh hari esok. Apa yang kita kuatirkan Dia telah menjalani dan memenangkannya. Tuhan menginginkan kita belajar percaya, tepatnya mempercayakan diri kepada-Nya. Selanjutnya, seperti Maria Magdalena dapat menyaksikan perjumpaannya dengan Tuhan yang bangkit maka Ia pun akan membuat kita mampu berkata seperti Maria berkata, “Aku telah melihat Tuhan.” 

 

Melewati proses yang tidak mudah, Tuhan mengajar kita untuk berani mempertaruhkan hidup kepada-Nya, berani berjalan bersama-Nya meski melewati lembah kekelaman. Dan akhirnya, tentu saja berani bersaksi tidak hanya melalui lidah bibir kita, melainkan segenap kehidupan kita yang memperlihatkan sikap hidup optimis bahkan di tengah situasi pesimis sekalipun. Kita akan menjadi saksi kebangkitan-Nya dengan sikap dan perilaku nyata: tidak mudah menyerah, tidak gampang menuduh orang, tidak menjadikan diri sebagai korban. Bangkitlah, karena Tuhan kita hidup!

 

Jakarta 7 April 2023, Paskah Tahun A

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar