Kamis, 19 Januari 2023

Kerugma, Didakhè, dan Therapeia

Tidak ada yang kebetulan! Kalimat ini kerap kita dengar ketika seseorang telah melewati pelbagai pergumulan pelik dalam hidupnya. Ya, tentu saja sebagai orang percaya, kita yakin Tuhan berperan dalam setiap detail kehidupan kita. Dialah pemegang kendali! Meski begitu, tetap saja kita harus menjalani setiap tahapan kehidupan itu dengan bertanggung jawab. Tuhan Sang Pengendali tidak meniadakan upaya dan kerja keras umat-Nya!

 

Bukan sebuah kebetulan, bukan juga karena terancam Herodes yang telah menangkap Yohanes Pembaptis sehingga memaksa Yesus untuk menyingkir ke Galilea. Matius mencatatnya sebagai penggenapan nubuat yang dulu disampaikan oleh Nabi Yesaya, “supaya digenapi firman yang disampaikan oleh Nabi Yesaya” (Yesaya 8:23-9:1). Di daerah yang didiami bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah itu akan melihat terang, dalam hal ini karya Yesus.

 

Bukan kebetulan Yesus menyingkir ke Nazaret, Galilea dan kemudian diam di pesisir danau Kapernaum, daerah Zebulon dan Naftali. Dalam catatan Matius, daerah ini bukanlah wilayah asing yang didiami bangsa asing (ethnoi), melainkan laos, yakni di mana umat Isral hidup berdampingan di antara bangsa-bangsa lain. Mungkin kita bertanya mengingat kekhasan Injil Matius, bukankah Yesus diutus kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel? (Matius 15:24, 10:6). Benar, Injil Matius sepintas terasa ekslusif: Yesus hanya untuk kalangan sendiri. Umat Yahudi! Namun jangan lupa juga, dengan menempatkan berita Injil bagi umat Israel dalam wilayah bangsa-bangsa lain, Matius sebenarnya mulai membuka perspektif baru bahwa berita dan pelayanan yang disampaikan Yesus tersebut bukan melulu untuk umat Yahudi, tetapi berlaku bagi semua bangsa! Kita mengingat pada akhirnya, Matius mencatat pesan terakhir Yesus agar mereka pergi sebagai pengikut Kristus kepada segala bangsa (Matius 28:19-20).

 

Kedatangan Yesus mulai mengubah dunia menuju Kerajaan Allah, menjadi dunia seperti yang diinginkan Allah. Terang itu akan menyingkapkan kegelapan. Untuk itu orang yang telah menangkap Terang akan mengubah hidup mereka, berbalik dari dosanya, dan hidup melakoni kehendak Allah. Pemberitaan Injil dan seruan pertobatan yang dilakukan Yesus mampu membangkitkan tanggapan radikal. Berbeda dari narasi Injil Yohanes, murid-murid pertama Yesus, menurut catatan Matius tidak mencari Yesus, tetapi ditemukan dan dipanggil oleh-Nya di tengah kesibukan mencari nafkah sebagai nelayan danau Galilea. Mereka meninggalkan semuanya lalu mengikut Yesus. Mereka siap menjadi penjala manusia. Mengumpulkan manusia dalam Kerajaan-Nya. Memulai tatanan baru yang sangat berbeda dari apa yang diperjuangkan dunia.

 

Mestinya, tidak ada yang kebetulan jika Anda dan saya berada di tengah “orang-orang asing”. Ya, mereka yang asing mendengar Kerajaan Allah, asing karena tidak punya relasi dengan-Nya. Asing karena tidak pernah mendengar jika ditampar pipi kiri berilah pipi kanan; memberkati orang yang mengutuk, mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali, membalas yang jahat dengan cinta. Ya, mereka yang asing dengan sentuhan cinta kasih Yesus. Di sinilah Yesus ingin berkarya melalui kita, menghadirkan terang-Nya yang Ajaib, bukan hanya dengan kata. Melainkan utuh dalam integritas kita.

 

Dalam perspektif Matius, apa yang terjadi dengan Yesus selalu ada kaitannya dengan nubuat yang pernah disampaikan para Nabi. Tanpa kecuali penyingkiran-Nya dari tepi sungai Yordan ke Galilea. Dari Nazaret di perbukitan Galilea Selatan, Yesus pindah ke Kapernaum (“Kampung Nahum) di pantai barat laut Danau Galilea. Ini bukan kebetulan atau Yesus merasa terancam dan takut sehingga Ia menghindari kebengisan Herodes. Sekali lagi ini soal pemenuhan nubuat! Nubuat yang dimaksud Matius ada di bagian awal bacaan pertama hari ini.

 

Kisah Yesus yang menyingkir dari tepi Sungai Yordan dan kini berada di Kapernaum merupakan sendi yang menghubungkan perjalanan awal Sang Mesias (Matius 1:1-3:11) dengan kisah selanjutnya, yakni tentang pelayanan Yesus di Galilea (Matius 4:17-16:20). Pemberitaan Yesus sama seperti apa yang diberitakan Yohanes Pembaptis, yakni bahwa “Kerajaan Surga sudah dekat”, yang harus ditanggapi dengan pertobatan. 

 

Di Kapernaum, Yesus berkeliling menelusuri tepi Danau Galilea. Dari seluruh perjalanan Yesus di Galilea dapat dirangkum menjadi tiga kata kerja: kerugma: memberitakan, didakhè: pengajaran, therapeia: menyembuhkan. Kerugma, melalui pemberitaan-Nya, Yesus menyampaikan Injil Kerajaan Allah. Kabar baik tentang dimulainya Kerajaan Surga di bumi. Meski sama dengan berita yang disampaikan Yohanes Pembaptis, apa yang diberitakan Yesus bukanlah bernada ancaman, melainkan Kabar Baik. Berita Kabar Baik bukan ditanggapi dengan takut karena ancaman, melainkan disambut dengan gembira. Kabar baik oleh karena Allah berkenan menyatakan Kerajaan-Nya. Kabar baik oleh karena Dia berkenan mengampuni dan memulihkan!

 

Didakhè, karya Yesus tampak dalam pengajaran-Nya. Ia menguraikan apa yang diberitakan-Nya itu melalui pengajaran. Yang khas dari Injil Matius adalah Yesus menguraikan implikasi-implikasi dari Kabar Baik itu untuk kehidupan. Dengan kalimat lain, Yesus menguraikan pemberitaan Kerajaan Allah menjadi nilai-nilai Kerajaan Allah untuk kehidupan orang-orang yang menyambut-Nya dan murid-murid, serta kelak jemaat-Nya. Dalam Injil Matius pengajaran-Nya begitu jelas melalui “Khotbah di Bukit”. Norma-norma Kerajaan Allah menjadi bahan kurikulum yang sangat berbeda sekali dengan apa yang ditawarkan dan diperjuangkan oleh dunia. Kebahagiaan yang ditawarkan oleh Yesus sangat berbeda dengan apa yang dipopulerkan dunia. Tata acara ibadah dan kesalehan bukan lagi untuk mengejar status dan pengagungan diri, melainkan cara manusia berelasi dan hidup dalam tatanan baru, yakni: Kerajaan Allah!  

 

Therapeia, tidak hanya melalui pemberitaan dan pengajaran, Yesus menghadirkan Kerajaan Allah melalui karya pemulihan atau penyembuhan. Inilah wujud nyata dari Kerajaan Allah itu. Allah yang peduli dan mencintai orang berdosa dan memulihkan manusia dari dampak dosa dan kuasa jahat. Melalui Yesus, Allah memulihkan relasi rusak yang mengakibatkan kesengsaraan.

 

Dalam bingkai awal karya Yesus ini, Injil Matius meneruskan dengan cerita pemanggilan murid-murid yang pertama. Dalam kisah ini, kita meletakkannya pemahaman bahwa Yesus ingin melibatkan orang-orang dalam karya-Nya. Pada fase awal, Ia melibatkan dua belas murid untuk tinggal, bersekutu, belajar dan berkarya bersama-Nya. Tentu saja, selanjutnya, Ia ingin lebih banyak lagi orang terlibat dalam karya Kerajaan Allah itu. Termasuk Anda dan saya! 

 

Tidak ada yang kebetulan, jika hari ini Anda mendengar Injil dan Roh Kudus menggerakkan hati Anda. Itu berarti Ia ingin Anda terlibat, masuk dalam tatanan Kerajaan-Nya. Ia ingin Anda menjadi “penjala manusia” masa kini yang tidak hanya pandai berbicara, melainkan berbuat untuk pemulihan dunia ini.

 

Pemberitaan Injil, pengajaran dan penyembuhan yang dilakukan Yesus sebagai wujud dari hadirnya Sang Terang di tengah bangsa-bangsa, mampu membangkitkan tanggapan radikal. Murid-murid pertama yang tidak mencari Yesus, ditemukan dan dipanggil-Nya untuk terlibat dalam karya besar itu. Mereka bukan pengangguran, mereka sedang sibuk bekerja mencari nafkah, namun Yesus dapat meyakinkan mereka akan sebuah masa depan dunia dalam Kerajaan Allah. Ya, benar mereka harus belajar, mereka jatuh bangun dan kerap kali salah mengerti apa yang disampaikan Yesus itu. Mereka pernah gagal, dan meragukan Yesus. Di antara mereka ada yang menyangkal dan berkhianat. Namun, Yesus tatap menjumpai dan meneguhkan mereka. Kini, Ia ingin kita meneruskan karya-Nya itu. Maka marilah kita teruskan pemberitaan-Nya, pengajaran-Nya dan pemulihan-Nya.

 

Di wilayah “asing” kita dapat meneruskan karya Kristus. Kita dapat memberitakan dengan tutur kata bahwa Allah mengasihi dan mencintai mereka. Di dalam Dia ada kabar baik: pengampunan dan pendamaian. Sama seperti yang Yesus lakukan, apa yang kita beritakan disertai dengan pengajaran. Dan pengajaran yang paling efektif adalah dengan memberi contoh, teladan yang terus-menerus kita lakukan, konsisten sehingga menjadi sistem nilai. Lihatlah, di sekeliling kita ada banyak teman dan saudara kita yang membawa luka. Luka fisik dan batin yang bahkan diri mereka sendiri tidak menyadarinya. Mengikut dan terlibat dalam karya Kristus berarti kita mau dan bersedia menjadi teman dan sahabat yang memulihkan!

 

 

 

Jakarta, Minggu ke-3 sesudah Epifani tahun A, 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar