Selasa, 27 Desember 2022

TETAPLAH TEGAR, TERANG KRISTUS MENYERTAI

Dalam sepucuk surat dari Westerbork, Etty Hillesum bercerita. Suatu hari ia melihat ratusan orang Yahudi masuk ke dalam kereta api yang akan membawa mereka ke kamar gas di Auschwitz. Mencekam! Namun, apa yang terjadi? Mereka menyanyikan Mazmur! Lalu ia memandang wajah-wajah kejam dan beku, pasukan Nazi itu? Manakah dari kedua kelompok ini yang merdeka, merdeka menjadi diri sendiri?

 

Manakah yang merdeka, Nelson Mandela atau si penjaga penjara itu? Penjaga penjara berkata kepada Mandela, “Tidak tahukah Anda, bahwa saya punya kuasa untuk membunuh Anda?” Namun dengan tenang Mandela menjawab, “Tidak tahukah Anda bahwa saya mempunyai kekuatan untuk menyongsong kematian saya dengan merdeka?”

 

Kematian yang di depan mata tidak lagi membuat mereka yang akan memasuki kamar gas Auschwitz dan Mandela kehilangan arah. Kematian bukanlah kegelapan yang menyelimuti mereka. Terang batin membuat mereka percaya bahwa dalam kematian sekali pun tetap ada pengharapan. Terang itulah yang memerdekakan, membebaskan mereka dari belenggu kegelapan!

 

Hidup yang diliputi oleh kegelapan merupakan pengalaman tidak menyenangkan. Sulit, pedih dan perih! Sangat mungkin sepanjang tahun ini kita telah melewatkan waktu dan pengalaman kita memasuki lorong gelap kehidupan. Sakit penyakit yang tidak jelas bagaimana ujungnya. Apakah akan pulih atau tetap seperti ini, bertambah parah dan tidak berdaya, atau bahkan ajal menjemput? Omset bisnis kian melorot, dan pelanggan mulai bubar, entah akan berakhir seperti apa? Sahabat, kerabat mulai menjauh. Berbeda kala hidup kelimpahan, tanpa diundang mereka datang sendiri. Entah, kelanjutannya seperti apa? Gelap!

 

Gelap dapat didefinisikan dalam pelbagai makna dan konteks yang bermuara kepada kehidupan yang tidak menyenangkan. Gelap bukan saja pekatnya malam yang memicu rasa takut dan khawatir. Dalam bahasa Kitab Suci, “gelap” bukan hanya malam, melainkan juga kekuatan jahat yang dapat menggoda, mengintimidasi dan membelokkan kita ke arah tujuan yang keliru.

 

Akulah Terang Dunia; barang siapa mengikuti Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan memperoleh terang hidup.” (Yohanes 8:12) Yesus menggemakan nubuat Nabi Yesaya, “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terangnya yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.” (Yesaya 9:1). 

 

Kemarin, dalam ibadah Natal kita diingatkan tentang Sang Terang itu. Terang itu jelas bukan seperti lampu sorot, melainkan seperti lilin natal. Pelita! Pelita yang menuntun perjalanan hidup kita, Terang itu ada bersama-sama kita: Imanuel! Yesus, Terang Dunia itu datang untuk memberi makna dan arah kehidupan yang harus kita tempuh. Yesus datang untuk menunjukkan jalan baru, untuk membawa kita keluar dari kegelapan, konflik, dan kematian menuju terang, perdamaian dan kehidupan yang sesungguhnya. 

 

Yesus datang kepada kita masing-masing, menerangi batin dan nurani kita agar dapat berpikir, merasa dan bertindak dengan benar. Ia mengingatkan jati diri kita sebagai makhluk mulia dan disayang Tuhan. Ia datang untuk menyatakan bahwa diri kita berharga dan penting. Ia menyadarkan kita bahwa kita dipanggil dalam persekutuan dengan-Nya untuk berkembang dalam cinta kasih dan kebenaran. Bukan sebaliknya: takut, egois, tinggi hati dan iri hati. Ia datang supaya kita dapat memancarkan Terang itu di tempat kita berada, sebagai pewarta yang menyaksikan perdamaian dan cinta kasih!

 

Dunia yang gelap dan suram, dunia yang pesimis dan nyaris putus asa memerlukan terang, pengharapan dan optimisme. Terang yang sesungguhnya itu akan menolong kita melihat dengan jernih bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan melupakan kita. Coba hening sejenak. Bila kita tiba sampai di penghujung tahun ini, kekuatan apakah yang dapat menghantarnya? Siapakah yang menopang kita untuk terus melangkah? Tahukah kita sebelum jika di penghujung tahun ini, kondisi kita seperti sekarang kita ada? Jelas, ada Terang yang menuntun kita, ada Tangan Perkasa yang menopang kita. Bersyukurlah!

 

Sangat mungkin kita pernah pesimis dan nyaris putus asa. Namun, lihatlah kini. Selalu ada alasan untuk kita mengucap syukur atas penyertaan Tuhan! Maka, dengan keyakinan inilah kita akanb menatap tahun baru, esok dengan kepala tegak bukan tanda sombong, melainkan optimis bahwa Allah di dalam Yesus Kristus, Sang Imanuel itu akan menyertai kita! Tugas kita adalah melangkah sambil memancarkan Terang itu agar orang-orang di sekeliling kita yang sedang berada dalam kekalutan, kegelapan, pesimis dan putus asa mendapat pengharapan dan semangat yang baru.

 

Tentu saja dalam mewartakan Sang Terang, kita akan berhadapan dengan kuasa-kuasa yang menentang. Tidak mengapa, bukankah Sang Terang sesungguhnya itu juga mengalami pertentangan hebat. Ketika Sang Terang itu menyatakan jati diri-Nya, “Akulah Terang Dunia!” Mereka, orang-orang yang merasa pemegang otoritas Kita Suci menggugat-Nya, “Betapa beraninya Engkau menyatakan hal itu! Dengan kuasa mana Engkau berbicara? Tidak ada seorang pun yang dapat berkata seperti itu mengenai diri-Nya sendiri!”

 

Ketika Anda dan saya menyaksikan Sang Terang itu, tentu saja disertai dengan perbuatan nyata, sangat mungkin orang bertanya, “dengan kuasa mana engkau dapat melakukannya?” Kita dapat menjawab, “Dengan kuasa Sang Terang yang sesungguhnya. Kami, telah mengikuti Sang Terang itu, maka kami tidak mungkin berjalan dalam kegelapan. Sekali pun kami berjalan dalam lembah kekelaman, itu tidak akan menggelapkan buat kami. Sekali pun kematian di depan mata kami, selalu ada pengharapan bahkan di balik itu ada kehidupan kekal menanti kami!”

 

Jadi, milikilah Sang Terang itu! Dunia dengan pelbagai kemelut, tantangan dan godaan akan ada terus dan selalu mengaburkan, menggoda, dan membelokkan arah tujuan kehidupan kita. Hanya Sang Terang yang sesungguhnya itulah yang akan membuat kita mampu tetap berjalan, melangkah dengan gembira!

 

Selamat mengakhiri perjalanan di tahun 2022. Tuhan, terima kasih untuk segala kebaikan-Mu! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar