Selamat tahun baru! Apa yang diharapkan orang dalam tahun baru? Benar, kehidupan yang lebih baik. Diberkati! Apa yang dimaksud dengan berkat? Biasanya orang Kristen cekatan menjawab, “Umur panjang di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan.” (Amsal 3:16). Ya, ayat ini mudah diingat selain Yohanes 3:16!
Salahkah kalau orang menyebut panjang umur, kekayaan dan kehormatan sebagai berkat? Jelas tidak! Namun, menyederhanakannya, bahwa berkat itu wujudnya hanya itu, jelas keliru! Mengapa? Ya, solah-olah orang yang berumur pendek, tidak punya kekayaan alias blangsak, dan tidak punya kedudukan terhormat berarti bukan termasuk orang yang diberkati!
Setiap orang mengharapkan berkat Tuhan, apalagi di tahun baru ini. Lalu, berkat yang seperti apa yang ideal bukan hanya untuk satu tahun ini, melainkan berkat yang dapat menghantar kepada kehidupan yang kekal? Mari kita simak apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri.
“Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” (Matius 25:34)
“…hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku..” Siapa mereka ini? Mereka adalah kelompok “domba”. Domba yang ada di sebelah kanan itu merupakan gambaran untuk orang-orang saleh yang memperlakukan sesamanya, bahkan yang paling hina dengan manusiawi. Yang disebut orang yang diberkati itu adalah mereka yang peduli dan memanusiakan manusia layaknya gambar Allah. Mereka yang diberkati itu adalah orang-orang yang memberi makan kepada yang lapar, memberi minum kepada yang haus, memberi tumpangan kepada orang asing yang terlunta-lunta, memberi pakaian kepada yang telanjang, melawat mereka yang sakit dan terpenjara. Merekalah orang-orang yang diberkati!
Berbeda dari kebanyakan orang yang memimpikan berkat untuk dirinya sendiri. Yesus menunjukkan bahwa orang-orang yang diberkati itu adalah mereka yang melakukan tindakan. Berbuat segala sesuatu yang terbaik untuk menolong sesamanya. Mereka yang rela memberikan apa yang ada pada diri mereka: makanan, minuman, pakaian, tenaga dan waktu mereka untuk orang lain yang membutuhkan. Terasa ganjil disebut berkat, namun sangat logis.
Mengapa terasa ganjil? Sebab, selama ini pola pikir kita, apa yang dinamakan berkat itu adalah memiliki. Ya, memiliki segala sesuatu dengan melimpah, baik kekayaan, waktu dalam hal ini umur panjang, jabatan dan kehormatan. Selama dalam benak kita selalu memikirkan bahwa berkat itu adalah kepemilikan, maka memberi dan berbagi adalah sesuatu yang ganjil dan sulit dipahami.
Padahal, apa yang disampaikan Yesus ini sangat logis. Orang yang sungguh-sungguh diberkati akan memancarkan berkat itu dalam kehidupannya. Mereka yang diberkati itu akan menyalurkan berkat bagi sesamanya. Ini logis sekali, bukankah mereka yang memberi makanan, minuman, pakaian telah terlebih dahulu diberkati, diberi oleh Tuhan? Bukankah mereka yang menyediakan tempat, rumahnya untuk orang asing, telah terlebih dahulu diberi rumah tempat tinggal? Bukankah mereka yang melawat dan membesuk orang sakit dan terpenjara telah diberkati dengan kesehatan dan tenaga? Mereka yang diberkati adalah orang-orang yang tidak menahan berkat Tuhan untuk dirinya sendiri, tetapi mampu melihat penderitaan orang lain sebagai penderitaannya sendiri dan melakukan sesuatu untuk mengatasinya!
Orang-orang yang memaknai dan memakai berkat Tuhan tidak untuk dirinya sendiri ternyata, dampaknya? Orang-orang seperti ini menjadi pewaris Kerajaan Surga! Kepada mereka yang diberkati Bapa, Anak Manusia menyatakan dengan tegas, “Terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.” Semua itu mereka terima karena segala perbuatan baik yang mereka lakukan kepada sesama, terlebih ketika mereka melakukannya kepada yang paling hina. Benar, perbuatan baik mereka yang menghantarkan kepada kehidupan yang kekal. Mereka telah berhasil memandang kepemilikan bukanlah untuk dinikmati sendiri, melainkan sebagai sarana untuk menolong mereka yang membutuhkan. Apa yang mereka lakukan kepada saudara yang paling hina itu diperhitungkan oleh Anak Manusia sebagai perbuatan baik yang dilakukan bagi-Nya. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Sebaliknya, hal berbeda dialami oleh mereka yang terkutuk. Kepada mereka, Anak Manusia mengatakan, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Mengapa mereka dikatakan terkutuk? Karena mereka tidak melakukan segala kebaikan. Mereka tidak peduli terhadap yang lapar, haus, telanjang, orang terlantas, sakit dan terpenjara. Mereka yang menahan berkat hanya untuk diri sendiri. Apa yang mereka tidak lakukan terhadap sesama yang hina, tidak mereka lakukan juga untuk Anak Manusia. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya untuk Aku.”
Kasih kepada Allah pada hakikatnya sejajar dengan kasih terhadap sesama. Yesus sudah mengajarkannya kepada para murid. Ia sudah menjawab pertanyaan orang Farisi yang datang untuk bertanya mengenai hukum mana yang paling utama. Yesus menyebutnya, kasih kepada Allah dan kasih terhadap sesama sebagai hukum utama. Apa yang baru di sini adalah bahwa Yesus mengidentikan diri-Nya dengan dengan salah seorang yang saudara yang paling hina. Ia menyebut diri-Nya dengan dia yang lapar, dahaga, orang miskin telanjang, orang asing, mereka yang sakit dan terpenjara!
Anda ingin diberkati? Tentu saja! Namun, yakinlah bahwa Anda sudah diberkati! Berkat itu lebih dari cukup untuk diri sendiri. Nyatakanlah bahwa hidup Anda sudah diberkati dengan cara menjadi saluran berkat buat orang lain. Anda ingin diberkati? Ada di luar sana orang-orang yang sangat butuh diberkati! Jadilah alat di tangan Tuhan sebagai jawaban doa dari mereka yang membutuhkan berkat-berkat Tuhan itu. Bukankah, kita juga akan merasa lega kalau dalam setiap kesulitan kita ada orang yang bersedia memberi apa yang sedang kita butuhkan? Jadi, pergunakan apa yang ada pada Anda, entah itu makanan, minuman, pakaian, waktu dan tenaga Anda untuk menjadi tanda-tanda orang yang diberkati Tuhan.
Mempergunakan apa yang ada pada kita: uang, harta benda, waktu, tenaga dan pikiran tentu saja bukan dalam perspektif “investasi” atau “penanaman modal” di akherat nanti. Bukan itu! Ini merupakan tanda bahwa Anda telah terlebih dahulu diberkati oleh Tuhan. Inilah tanda bahwa Anda orang yang mengasihi Allah. Inilah tanda kita bersyukur kepada-Nya. Sebab, tidak ada orang yang bisa langsung mengasihi Allah tanpa melalui sesama. Dan, Yesus telah mengidentikkan diri dengan manusia hina. Apa yang kita sudah perbuat untuk-Nya?
Selamat Tahun Baru dan menikmati berkat yang baru dari Tuhan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar