Hari ini gereja-gereja merayakan Pentakosta. Pentakosta merupakan suatu pesta perayaan iman. Dirayakan pada hari kelima puluh setelah Paskah. Sering juga disebut pesta tujuh pekan. Awalnya pesta itu adalah pesta panen, maka tidaklah mengherankan kalau sampai sekarang dekorasi gereja menyambut Pentakosta dimeriahkan dengan buah-buahan hasil panen, meski kenyataannya banyak dibeli di pasar swalayan.
Lambat-laun pesta panen itu dijadikan sebagai kesempatan perayaan iman untuk mengingat kembali peristiwa Sinai, ketika Allah menyampaikan hukum-hukum-Nya kepada Musa. Jadilah pesta ini sebagai perayaan pembaruan janji setia akan hukum Musa. Mereka mau setia karena Allah memenuhi janji-Nya, bukan hanya dengan keberhasilan panen, melainkan dengan menganugerahkan kekuatan Roh-Nya.
Dalam peristiwa Sinai itu pewahyuan hukum-hukum Allah disertai oleh gejala-gejala alam yang menakutkan: api, asap dan gempa. Namun, peristiwa Pentakosta yang baru ini disertai tanda-tanda seperti lidah-lidah api dan angin yang memampukan para murid Yesus menjadi pewarta atau saksi kekaguman dan kegembiraan iman pula. Mereka juga dimampukan untuk memahami segala sesuatu yang dipesankan Yesus untuk keselamatan umat manusia. Dengan cara demikian Lukas melukiskan kembali tradisi Pentakosta yang menunjukkan bahwa para penatua Israel akhirnya juga mampu memahami apa yang menjadi pesan Allah kepada Musa, agar mereka setia pada perjanjian dengan Allah. Kesetiaan itu tampak dalam ketertiban mereka melaksanakan hukum-hukum Allah yang diwartakan Musa kepada umat Israel. Kini, Musa baru, yaitu Yesus Kristus, mengutus Roh-Nya untuk mendampingi para murid mengenali apa yang menjadi pesan perintah-Nya bagi kehidupan.
Bila dulu umat Israel menjadikan pesta panen sekaligus mengingat hukum-hukum Tuhan kepada Musa. Saat ini pun kita mengingat kembali akan janji Tuhan Yesus tentang kehadiran Roh Kudus yang akan memberi kekuatan kepada para murid untuk meneruskan tugas kesaksian yang dipercayakan kepada mereka. Jelas, Yesus tahu dan mengerti apa yang akan dihadapi oleh para murid-Nya ke depan tanpa kehadiran-Nya lagi secara fisik. Itulah sebabnya menjelang Yesus meninggalkan para murid untuk kembali kepada Bapa-Nya, Yesus berupaya sedemikian rupa untuk mempersiapkan para murid-Nya.
Secara terbuka, Yesus menjelaskan tantangan dan penderitaan yang akan dihadapi para murid. Dalam latar belakang tantangan inilah Yesus memberikan penguatan kepada mereka yaitu kehadiran Roh Kebenaran yang akan menyertai mereka sama seperti kehadiran Yesus selama ini. Dengan tegas, Yesus menjanjikan akan mengutus Roh Kebenaran (parakletos) yang berasal dari Bapa. Roh Kebenaran yang tidak lain adalah Roh Kudus itu akan memberikan kesaksian tentang siapa Yesus sesungguhnya. Meskipun Roh Kebenaran itu akan menyaksikan tentang siapa Yesus, bukan berarti para murid hanya diam menonton Roh itu berkarya. Sebaliknya, melalui merekalah Roh Kebenaran itu menyatakan kebenarannya. Para murid harus siap dan bertanggung jawab penuh untuk melakukan tugas kesaksian ini.
Melalui kesaksian para murid, Roh Kebenaran itu mengajak dunia untuk insaf. Yang dimaksud oleh Injil Yohanes tentang dunia adalah orang-orang yang kerap kali menghambat, menentang, menganiaya pemberitaan Injil Kerajaan Allah. Kehadiran Roh Kebenaran adalah untuk menggeser posisi “dunia” yang selalu menentang kebenaran itu. Roh Kebenaran ini berkarya dalam kehidupan manusia untuk menyatakan segala dosa yang telah dilakukan selama ini, namun ternyata tidak pernah disadari, bahwa hal itu sesungguhnya adalah dosa. Melalui karya Roh Kebenaran inilah manusia insaf akan dosanya dan membutuhkan kehadiran Allah.
Roh Kebenaran itu mestinya juga menyadarkan kita tentang apa yang salah. Kalau dulu, umat Israel menentukan benar atau salah melalui kaidah hukum-hukum Musa. Sekarang, karena Roh Kebenaran itu bersaksi tentang Kristus, maka kaidah itu adalah “Musa kedua”, kebenaran itu akan terkonfirmasi sebagai benar apabila memenuhi hukum Kristus, yakni kasih kepada Allah dan sesama manusia. Jika, ada hal-hal yang bertentangan maka, suara kebenaran itu akan terus menelisik hati kita, Ia akan terus menyatakan kebenaran. Maka janganlah kita mengeraskan hati kita!
Roh Kebenaran itu sesuai dengan namanya, maka akan menyatakan kebenaran. Roh Kebenaran itu tahu dengan pasti siapa Yesus. Sehingga apa yang selama ini dilihat dunia bahwa Yesus Kristus hanyalah manusia biasa yang mati di atas kayu salib, Roh itu akan mengungkapkan kebenaran bahwa Yesus bukan manusia biasa saja, namun Dia adalah Allah sendiri; firman yang menjadi daging , sabda yang menjadi kebenaran dalam diri Manusia.
Roh Kebenaran itu juga akan memberitakan hal-hal yang akan datang. Harfiah, “memberitakan kembali kepadamu … “ (“ana-anggellein”, diungkapkan 3 kali), yang berarti bahwa Roh Kebenaran itu akan menyampaikan kembali hal-hal yang sudah dikatakan Yesus tetapi serentak merupakan hal yang akan datang. Roh Kebenaran itu akan memaknakan kembali kata-kata Yesus untuk umat dalam situasi baru di masa depan. Roh akan mengungkapkan arti aktual dari apa yang sudah dikatakan oleh Yesus, maknanya untuk setiap generasi baru, interpretasinya dalam setiap pergantian zaman.
Sebagaimana Yesus telah memuliakan Allah dengan menyatakan Bapa kepada murid-murid-Nya, demikian juga Roh Kebenaran akan memuliakan Yesus dengan terus memberi kesaksian tentang Dia dan mengungkapkan makna perkataan-Nya untuk umat Tuhan sepanjang zaman. Maka jelaslah di sepanjang zaman Roh Kebenaran itu senantiasa menyertai orang percaya untuk menyatakan kebenaran. Kebenaran itu akan menjadi nyata manakala membuahkan kehidupan yang berbeda.
Perbedaan nyata dapat kita lihat dalam diri para murid. Sejak penangkapan dan penganiayaan Yesus, mereka tidak berdaya. Mereka menjadi orang-orang yang tidak mempunyai pengharapan, meragukan kemesiasan Yesus dan memilih mengunci diri dalam ruangan. Takut! Namun, ketika perlahan tapi pasti, Yesus menyapa dan menguatkan mereka dan kemudian janji-Nya genap: Roh Kudus itu dicurahkan, mereka kini menjadi orang-orang yang sama sekali berbeda. Mereka mampu menjadi saksi Kristus menyatakan kebenaran kepada “dunia” yang selama ini menentang mereka. Petrus, yang sebelumnya menyangkal dan mengajak teman-temannya kembali menangkap ikan, kini tampil menyaksikan kebenaran di dalam Kristus.
Petrus berkhotbah di depan orang-orang Yahudi. Dalam khotbahnya, Petrus menolak bahwa ia dan teman-temannya mabuk. Kepenuhan Roh itu bukan mabuk. Roh itu menganugerahkan kekuatan kenabian, sebagaimana dulu dialami oleh Yöel. Roh itu menuntun seseorang untuk mengartikan tanda-tanda zaman untuk menegaskan rencana dan kehendak Allah untuk mengusahakan keselamatan bagi manusia. Petrus menegaskan bahwa pemenuhan janji kenabian itu kini terjadi dalam diri Yesus Kristus, yang setelah naik dalam kemuliaan mengutus Roh-Nya untuk menyelamatkan manusia.
Kini, Roh Kebenaran, Roh kudus itu terus berkarya dalam diri setiap orang percaya. Ia tidak hanya mengubah para murid yang kecewa, pesimis, dan takut. Mereka diubah dan berubah menjadi orang-orang yang sangat efektif memberitakan kesaksian yang utuh mengenai Yesus Kristus. Menjadi orang-orang yang mampu mengubah dunia! Kehidupan mereka, meski banyak tekanan telah membawa dampak bagi banyak orang. Banyak orang mengenal, mengerti dan hidup dalam kebenaran.
Bagaimana dengan kita? Adakah yang berubah dalam keseharian hidup kita? Adakah sesuatu yang baru terjadi dalam kehidupan percaya kita? Ataukah alih-alih mengalami perubahan, kita nyaman dengan manusia lama kita? Enggan mendengar bisikan suara Roh Kebenaran. Kita tetap dikuasai oleh pesimis, ketakutan dan tidak mau membuka diri untuk suara kebenaran. Roh Kebenaran akan terus bekerja, berkarya. Sungguh alangkah bahagianya jika kita terlibat di dalamnya: menjadi manusia baru yang telah diubahkan dan siap menjadi saksi-Nya!
Jakarta, Petakosta 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar