Rabu, 13 Mei 2020

SUARAKAN KABAR BAIK DENGAN SUKACITA

“Suarakan kabar baik dengan sukacita”, kalimat tema pada kebaktian kenaikan Tuhan Yesus ke surga hari ini sungguh tidak mudah untuk kita lakukan. Tidak mudah oleh karena situasi pada hari-hari belakangan ini kita semua diperhadapkan pada hal-hal sulit. Ruang gerak kita dibatasi, banyak di antara kita langsung atau tidak langsung terdampak wabah pandemik virus corona. Usaha semakin sulit, para pekerja di rumahkan dan di PHK. Belum lagi ada yang sakit dan meninggal. Kabar berita yang kita terima setiap hari, setiap saat bukanlah kabar yang menyenangkan, bukan kabar gembira atau kabar baik tetapi kabar tidak sedap, kabar negatif dan kabar buruk!

Di tengah situasi seperti ini kita diminta menyuarakan kabar baik dengan sukacita. Di tengah dukacita kita harus menyampaikan sukacita. Mungkinkah? Jelas-jelas inilah tantangan yang tidak mudah! Tantangan melawan arus. Kita akan bisa menjawab tantangan ini bahkan benar-benar dapat menyuarakan kabar baik itu dengan sukacita ketika kita mau belajar dan dibentuk oleh firman Tuhan. Para murid Yesus dulu juga mengalami tantangan yang lebih berat ketimbang kita hari ini. Para murid dipulihkan dan kemudian mereka menjadi saksi kebangkitan dan karya Kristus.

Bacaan Injil hari ini, Lukas 24:44-53 menceritakan kelanjutan Yesus yang menampakkan diri kepada para murid-Nya. Penampakan yang terjadi terhadap dua orang murid yang menuju ke Emaus kali ini terulang lagi.  Yesus menampakkan diri kepada semua murid-Nya. Percis seperti apa yang dilakukan-Nya kepada dua murid yang menuju ke Emaus, Yesus mengingatkan seluruh murid-Nya akan apa yang dulu pernah Ia katakan, yakni bahwa Ia harus menggenapi semua yang tertulis tentang diri-Nya. Ia menguraikan mulai dari Kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan Mazmur.” Kali ini para murid ada dalam kelas “katekisasi” khusus. Materi yang diajarkan Yesus adalah ringkasan tentang karya-Nya bagi dunia ini. Dan diujung pembelajaran ini, Yesus membuka pikiran mereka untuk mengerti isi Kitab Suci.

Sebelum Yesus membuka pikiran mereka, berarti selama ini ada yang menutup atau menghalangi mereka untuk mengerti isi Kitab Suci. Selama ini mereka gagal untuk memahami apa yang dikatakan dan dilakukan Yesus. Tentu saja kita bertanya, apa yang menyebabkan pikiran mereka tertutup, apa yang menghalangi mereka untuk mengerti kebenaran Kitab Suci dan perkataan Yesus? Penghalang atau yang menutupi pikiran mereka tidak lain adalah pemahaman dan ego mereka sendiri. 

Ada pelbagai motivasi ketika para murid ini mengikut Yesus. Dalam perjalanannya, mereka menaruh pengharapan besar, Yesus menjadi tokoh ideal. Mesias yang akan memenuhi harapan mereka sebagai bangsa yang teraniaya, terjajah imperium Roma. Mereka berharap Yesus seperti Yudas Makabeus yang sempat mengecap kemenangan. Oleh karena itu tidak ada sama sekali dalam benak mereka bahwa Yesus harus menderita, disalibkan dan mati! Keinginan dan ambisi inilah yang selama ini menutupi pikiran mereka. Hari ini, pikiran mereka dibuka. Yesus menyibakkan apa yang selama ini membelenggu pikiran mereka. Yesus mengatakan, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (Lukas 24:46-48). Setelah itu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di sinilah Yesus memberkati mereka dan pada saat yang sama Yesus terangkat naik ke sorga!

Apa dampak dari pemulihan yang Yesus lakukan terhadap para murid? Mereka kembali ke Yerusalem dengan sukacita. Kini mereka tekun sehati sepikir siap untuk memberitakan kesaksian yang mereka alami sendiri bersama dengan Yesus. Yerusalem yang dulunya menjadi kota mengerikan buat mereka, kini mereka kembali. Yerusalem tempat mereka mengunci diri kini menjadi kota terbuka untuk kesaksian mereka. Ketakutan dapat mereka kendalikan karena hati dan pikiran mereka telah terbuka bagi karya Allah di dalam Kristus itu.

Para murid bukanlah orang-orang hebat yang punya iman besar untuk memindahkan gunung, bukan juga orang-orang terpelajar yang mampu menyusun konsep dan teori. Mereka adalah orang-orang sederhana. Mereka adalah orang-orang yang trauma. Mereka adalah orang-orang yang rapuh, yang bisa dikuasai oleh emosi, ketakutan bahkan keputusasaan. Ya, para murid itu tidak bedanya dengan kita semua. Namun, dalam kesaksian Injil hari ini mereka dipulihkan, pikiran mereka dibuka oleh Yesus sehingga mereka kini tahu apa yang harus dilakukan. Kini mereka bersukacita meskipun Guru dan Tuhan mereka tidak hadir secara fisik bersama-sama dengan mereka.

Menyuarakan kabar baik dalam sukacita pada masa sulit saat ini jelaslah sangat mungkin dan malahan justru di sinilah peran kita sebagai murid-murid Kristus, terlebih anak-anak Tuhan. Bukankah mubajir kalau Anda dan saya menyampaikan kabar baik di tengah-tengah suasana yang sedang baik, sedang happy? Lalu apa gunanya? Di sinilah peran anak-anak Tuhan membangun optimism, membangun harapan dengan menyampaikan kabar baik, kabar sukacita, Injil itu sendiri! 

Kita hanya dapat menjalankan tugas itu mana kala – seperti para murid – mengalami perjumpaan dengan Kristus; mengalami pemulihan dan pencerahan. Tentu saja semua proses ini berdasarkan atas kemurahan Allah sendiri di dalam Kristus. Namun demikian, tidak luput dari peran kita. Peran kita pertama-tama bersedia untuk diajar dan belajar dari Kitab Suci, firman Tuhan itu.  Membaca dan menggali firman-Nya bukan dengan praduga dan asumsi sendiri. Melainkan siap dibentuk oleh firman itu, siap menerima teguran dan koreksi dari suara Tuhan melalui kepekaan kita mendengarkan-Nya.

Selanjutnya, kita harus bersedia menanggalkan ego, keinginan dan ambisi sendiri. Di sini kita dilatih untuk tidak hanya mengedepankan kebutuhan dan keinginan sendiri, melainkan arah pandang yang melihat rencana Tuhan bagi umat manusia dan dunia. Di sinilah kabar baik itu dibutuhkan oleh umat manusia dan dunia. Ya, berita baik itu adalah bahwa Tuhan tidak hanya mencintai Anda dan saya, tetapi juga semua orang bahkan semesta alam ini. Berita ini akan efektif bila kita menggaungkannya sejalan dengan perilaku kehidupan sehari-hari. Apa yang kita kerjakan – sama seperti Kristus – mengkonfirmasi apa yang kita ucapkan.  

Dunia saat ini tidak membutuhkan kabar atau berita buruk. Itu sudah cukup banyak! Dunia kini membutuhkan kabar baik. Ya, kabar baik yang bukan harapan semu, kabar baik yang bukan isapan jempol. Tetapi nyata-nyata membawa perubahan ke arah yang baik, menghasilkan peradaban dan dunia yang lebih baik. Dan ingat, untuk tugas mulia itu, Tuhan telah mempercayakannya kepada Anda dan saya! Yesus telah naik ke surga, maksudnya bukan untuk meninggalkan karya-Nya, bukan pula untuk meninggalkan murid-murid-Nya, melainkan memberi kesempatan untuk Anda dan saya melanjutkan karya-Nya di bumi ini!

Jakarta, Kenaikan Yesus ke Surga, 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar