Dulu ketika Yesus berjalan keliling Galilea, Nazaret, Samaria, Yerusalem dan daerah-daerah sekitarnya begitu banyak digandrungi orang. Ke mana pun Dia pergi selalu membuat heboh. Ada yang memperdebatkan ajaran-Nya, ada yang kagum dan berharap mukjizat-Nya, banyak juga yang mengingini-Nya sebagai pahlawan yang akan menumbangkan kaisar Romawi. Ketika itulah Yesus mengingatkan kepada para pengikut-Nya bahwa Ia harus menanggung penderitaan, dianiaya, disalibkan dan mati. Sesudah tiga hari Ia akan bangkit kembali. Peringatan tentang penderitaan dan kematian seolah berlalu begitu saja. Mereka melihat kenyataan, semua baik-baik saja dan Yesus yang mereka lihat tampil begitu perkasa, penuh mukjizat. Lihatlah, orang sakit disembuhkan, Lazarus yang mati dapat dibangkitkan, bahkan angin badai takluk kepada-Nya. Jadi, apalagi yang harus dikuatirkan. Maka tidaklah heran kalau dulu ketika Yesus berbicara tentang sengsara dan kematian-Nya, Petrus menarik dan menghardik-Nya. Ia menyatakan bahwa semua itu tidak mungkin!
Namun nyatanya, semua itu sekarang terjadi. Yesus diajukan ke pengadilan, kepada-Nya dituduhkan berbagai pasal pelanggaran, mulai dari penistaan agama dan sebagai tokoh yang memberontak terhadap kekaisaran Roma. Dan semua itu kini benar-benar dijalani Yesus. Ketidak-seriusan dan ketidak-percayaan para murid membuat mereka sekarang benar-benar dikuasai oleh ketakutan. Mereka melarikan diri dan bersembunyi. Dan pada akhhirnya, itulah yang membuat mereka juga sulit untuk menerima berita sukacita. Kebangkitan!
Apa yang sudah tiga kali dinyatakan oleh Yesus kepada para pengikut-Nya sekarang mulai dengan pembuktiannya. Yesus tidak hanya diserahkan kepada imam-imam kepala untuk diadili, mengalami kesengsaraan dan kematian yang mengerikan. Disalibkan! Melainkan Ia juga akan mengalami kebangkitan pada hari yang ketiga. Kini, hari ketiga itu telah datang. Menjelang fajar menyingsing pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain menengok kubur Yesus. Mereka datang hanya untuk menengok kubur, dan bukan untuk merawat jenazah Yesus dengan rempah-rempah dan minyak. Mengapa? Sebab pintu kubur itu telah tertutup, dimeterai dan dijaga oleh tentara. Bagaimana mungkin mereka bisa masuk dan merawat jasad Yesus.
Mereka datang ke kubur tentu saja bukan menyongsong kebangkitan- Nya seperti yang pernah Ia katakan. Sama sekali tidak ada dalam bayangan mereka bahwa di kubur itu mereka akan menjumpai Yesus yang sudah bangkit. Kesedihan telah menutup pintu harapan tentang kebangkitan itu. Ya, mereka datang ke kubur itu hanya untuk melampiaskan kesedihan yang belum tuntas!
Namun, dikubur itu mereka mengalami suatu yang luar biasa, terjadilah gempa bumi hebat yang disebabkan seorang malaikat Tuhan turun dari langit. Ia datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya putih bagaikan kilat pakaiannya putih bagaikan salju. Para penjaga kubur melihat peristiwa itu dan membuat mereka ketakutan dan tercengang menjadi seperti orang mati.
Malaikat menyapa kedua Maria itu untuk tidak takut seperti para penjaga itu. Malaikat itu memberi kabar bahwa Yesus telah bangkit seperti yang sudah dikatakan-Nya dulu. Lalu, malaikat itu menunjukkan kepada mereka tempat di mana mayat Yesus dibaringkan. Setelah memberitahukan kebangkitan Yesus, malaikat itu mengutus kedua perempuan itu memberitahukan kepada para murid bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati dan akan mendahului mereka ke Galilea.
Injil Matius menekankan bahwa Yesus kini sungguh-sungguh hidup dan para perempuan yang menjadi saksi pertama dari peristiwa kebangkitan itu agar segera mewartakannya kepada murid-murid yang lain di Galilea. Di sana para murid yang kini tercerai-berai karena ketakutan dan bersembunyi itu diharapkan akan dapat berkumpul kembali dengan Yesus dan mengawali lagi hidup sebagai murid dengan cara baru. Ya, cara baru di mana Yesus tidak lagi tampil secara fisik ada bersama-sama dengan mereka.
Sementara ini, hanyalah Maria Magdalena dan Maria yang lain yang masih bisa menjadi penghubung di antara para murid itu. Lewat para perempuan inilah kelompok-kelompok yang tercerai-berai karena ketakutan, yang bersembunyi dalam kekuatiran dikumpulkan kembali.
Kedua perempuan ini bergegas, memberitakan peristiwa yang baru saja mereka saksikan di kubur Yesus. Pada saat itulah Yesus menjumpai mereka dan memberi salam damai. Mereka pun memeluk kaki Yesus, lalu sujud menyembah-Nya. Inilah sebuah kesaksian bahwa mereka benar-benar percaya Yesus telah bangkit dari kematian. Sama seperti pesan malaikat di kubur, Yesus pun memerintahkan mereka untuk segera pergi memberitakan kabar sukacita itu kepada murid-murid yang lain, yakni murid-murid terdekat. Supaya dengan kabar itu para murid yang lain juga keluar dari persembunyian mereka; bebas dari rasa takut yang mendera mereka. Bangkit!
Mari kita telisik dua perempuan; Maria Magdalena dan Maria yang lain ini. Bukankah mereka ini yang sejak kemarin terus berada di sekitar mayat dan makam Yesus? Mereka adalah dua perempuan yang begitu mencintai Yesus, mereka sangat terpukul dan kehilangan. Pesan kebangkitan pertama-tama menyapa kedua perempuan ini. Malaikat itu meyakinkan, meneguhkan dan mengkonfirmasi bahwa Yesus benar-benar bangkit! Tidak dimintanya mereka menggulingkan batu penutup kubur itu, malaikat itu yang melakukannya.
Ada kalanya kita larut dalam kesedihan seperti kedua perempuan yang datang ke kubur itu. Ada kalanya beban berat hidup ini laksana batu kubur yang berat, lalu kita berpikir, “Siapa yang akan menggulingkannya?” Tuhan pasti tahu dan mengerti apa yang menjadi kesedihan dan beban berat kita. Ia tidak memaksakan untuk kita mengatasinya sendiri. Yang Ia inginkan adalah bahwa kita percaya kepada janji-Nya. Kita percaya bahwa ketika tangan ini tidak lagi mampu bergerak, ketika mulut ini terkatup tak sanggup berbicara, maka sesungguhnya ada tangan yang tidak terlihat sedang bekerja untuk memulihkan kita. Hanya saja, kita diminta-Nya untuk melakukan apa yang Dia pesankan.
Kedua perempuan lemah yang berduka ini dipulihkan. Mereka menjadi saksi kebangkitan Yesus dan setelah itu Yesus memesankan kepada mereka untuk menjadi saksi: mengabarkan berita kebangkitan itu kepada murid-murid lain yang sedang mengunci diri penuh ketakutan. Para perempuan lemah ini menjadi saksi kebangkitan dan mereka memulihkan kondisi para murid yang lain.
Tuhan menginginkan kita pun pulih dari kesedihan, kecemasan, keputusasaan, dan dari sengat kematian itu. Lalu, Ia – seperti ketika meneguhkan kedua perempuan yang pergi ke kubur – meneguhkan kita dan mengutus kita kepada mereka yang sekarang sedang dikuasai oleh bayang-bayang kematian, kecemasan dan keputusasaan. Kepada merekalah berita kebangkitan ini harus disampaikan. Lalu, bagaimana dan dengan cara apakah kita menyampaikannya?
Beritakanlah karya-karya Tuhan dalam pemulihan, beritakanlah kabar-kabar pengharapan dan bukan kabar-kabar kematian yang menakutkan. Jadilah, orang-orang yang telah diteguhkan Tuhan untuk menjadi teman dan sahabat di kala duka. Jadilah sarana saluran berkat dan cinta kasih-Nya dengan berbagi kepedulian. Kuatkanlah mereka yang lemah bukan dengan nasihat-nasihat, melainkan dengan menghadirkan kasih itu.
Buktikan bahwa Tuhan Yesus telah bangkit bukan hanya melalui doktrin, melainkan dari sikap dan cara hidup kita yang terus memperjuangkan kasih Tuhan kepada sesama.
Selamat Hari Paskah, Hari Kebangkitan Tuhan Yesus!
Jakarta 11 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar