Hari ini, janji yang pernah diucapkan Yesus dalam Yohanes 14:15 dst, benar-benar digenapi. Roh Kudus turun memenuhi dan menguasai para murid Yesus. Pentakosta! Benar, Pentakosta telah lama ada dalam tradisi umat Perjanjian Lama. Namun, kali ini momen itu berbeda dan menemukan makna yang baru. Baru bukan saja dari sisi kemasan tradisi, tetapi juga dalam konten dan maknanya.
Dalam kalangan umat Perjanjian Lama, Pentakosta – yang berarti “hari ke lima puluh– dirayakan tujuh minggu setelah panen gandum (Imamat 23:15-21 dan Ulangan 16:9-12). Dalam perkembangan selanjutnya, hari ke-50 ini dihitung mulai dari tanggal 14 Nisan, yakni hari Paskah Yahudi. Selanjutnya, hari ke-50 ini diperingati pula sebagai hari turunnya Taurat kepada Musa. Tidaklah mengherankan kalau pada perayaan Pentakosta Perjanjian Lama ada banyak orang Yahudi dan Proselit (orang bukan Yahudi yang menganut Yudaisme) dari pelbagai pelosok negeri datang ke Yerusalem untuk membawa persembahan sebagai ucapan syukur. Mereka yang sudah lama tinggal di negeri-negeri asing tidak lagi mengerti bahasa nenek moyang mereka.
Hari itu mereka mengucap syukur untuk banyak hal, baik berkat jasmani berupa hasil panen, maupun berkat rohani sebagai umat Tuhan yang diberi hukum-hukum Tuhan. Mereka bersyukur oleh karena hasil panen gandum yang mereka nikmati itu semata-mata bukan hanya karena hasil kerja keras mereka. Melainkan pertama-tama adalah peran dari TUHAN. TUHANlah yang memberikan kesehatan dan tenaga bagi tubuh mereka sehigga mereka bisa bekerja menggarap dan memelihara kebun mereka. Mereka bersyukur oleh karena TUHAN jugalah yang diyakini menjaga dan menolong tanaman mereka tidak diserang belalang dan hama-hama lainnya. Mereka juga meyakini, TUHAN yang menumbuhkan, memberi kesuburan dengan curah hujan yang cukup sehingga tanaman gandum itu terus tumbuh dan menghasilkan buah pada waktunya. Jadi, apabila mereka membawa hasil panen terbaik, hal itu bukanlah semata-mata karena kewajiban atau terpaksa. Melainkan, sudah sepantasnyalah demikian. Bersyukur kepada TUHAN!
Dalam kalangan umat Kristen, “hari ke-50” itu dirayakan tujuh minggu setelah Kebangkitan Yesus untuk memperingati turunnya Roh Kudus. Jadi, perayaan 7 minggu setelah panen dari tradisi Perjanjian Lama itu diterapkan oleh Perjanjian Baru kepada panen rohani yang kini mulai melimpah (Agustinus Gianto, SJ).
Lukas, dalam bukunya yang kedua, Kisah Para Rasul 2:1-11 menceritakan peristiwa turunnya Roh Kudus itu. Suatu ketika terdengar suara dari langit, menderu-deru dasyat seperti taufan. Bunyi dan tiupan angin itu menembus ruangan di mana para murid Yesus berkumpul. Dan lihatlah, kini muncul lidah-lidah api menghinggapi mereka. Dan mereka mulai berbicara dalam banyak bahasa. Bahasa-bahasa yang dulunya tidak pernah mereka pelajari. Kini, orang-orang Yahudi yang terserak dari pelbagai penjuru itu dapat mengerti ucapan yang disampaikan oleh para murid itu.
Suara tiupan angin keras dan lidah-lidah api menghinggapi mereka! Seperti itukah kejadiannya? Bisa saja begitu kejadiannya! Namun, mestinya kita tidak berhenti di situ. Suara tiupan angin keras menandakan bahwa Roh Kudus seperti angin. Ia tidak terlihat dan tidak bisa dikuasai, namun kehadirannya terasa dan memberi dampak. Angin atau udara, ia tidak pernah bisa dilihat, dipegang, apalagi dikuasai. Melainkan kehadirannya begitu terasa, ia memberi kehidupan! Demikian juga dengan Roh Kudus, Ia tidak terlihat, tidak bisa dijamah apalagi dikendalikan. Namun, kehadiran-Nya dapat dirasakan. Roh Kudus memberikan kekuatan dan menghidupkan!
Pada saat murid-murid berkumpul mereka merasakan adanya kekuatan yang membuat hati mereka bernyala, berkobar-kobar! Kejadian ini sudah sedikit disinggung dalam kisah mengenai dua orang murid yang menuju Emaus. Suatu ketika mereka saling berkata, “hati kita berkobar-kobar”(Lukas 24:32), artinya pikiran atau hati mereka tidak lagi ciut pesimistis dan larut dalam kecewa, tetapi menyala-nyala penuh semangat. Dan sekarang, pada perayaan Pentakosta Perjanjian Lama itu semua murid yang lain merasakan pengalaman yang sama. Hati mereka berkobar oleh Kuasa Roh Kudus!
Orang banyak yang ada di sekitar para murid ini menyaksikan peristiwa itu. Roh Kudus itu memberi kemampuan kepadapara muriduntukmenyampaikan kesaksian tentang Yesus. Roh Kudus membuat perkataan para murid dapat dimengerti oleh siapa saja yang ada di situ. Tiap orang yang mendengarkan perkataan mereka akan mendapatkan sesuatu. Inilah daya atau kemampuan yang dianugerahkan Roh Kudus kepada para murid dan selanjutnya kepada Gereja, ke dalam maupun ke luar.
Roh Kudus memberi kemampuan bagi Gereja untuk memahami ke dalam, artinya: Gereja dan para pengikut Kristus terbuka hati dan pikirannya untuk mengerti Yesus yang telah melakukan karya kasih Allah; menderita, mati, dan bangkit serta naik ke sorga. Roh Kudus meneguhkan dan mengingatkan setiap orang percaya akan ajaran dan kehidupan yang telah Yesus lakukan di bumi ini. Sedangkan Roh Kudus memberi kemampuan Gereja atau orang percaya ke luar yakni dalam menjalankan misi dan meneruskan apa yang sudah Yesus lakukan. Roh Kudus memberi kemampuan agar para pengikut Yesus mempersaksikan cara hidup baru kepada orang banyak.
Dalam bahasa masa kini, kekuatan yang diberikan Roh Kudus itu adalah kemampuan para murid dalam menerangkan iman dengan cara yang bisa dimengerti oleh orang yang bukan dari kalangan sendiri. Tidak hanya dengan perkataan, tetapi juga dengan sikap hidup dan tindakan nyata.
Bagaimana relevansinya dalam kehidupan kita sekarang? Boleh jadi Pentakosta saat ini menemukan momentumnya dalam hal memberi kekuatan baru untuk tetap memilih hidup beradab dan tidak membiarkan masyarakat dihanyutkan oleh kekuatan-kekuatan yang mendegradasi nilai-nilai kemanusiaan. Ini pilihan sederhana. Namun begitu, membuat Gereja tampil sebagai komunitas orang-orang yang setia pada kemanusiaan, menghargai dan memelihara keutuhan ciptaan, serta hormat kepada Yang Ilahi.
Orang-orang yang percaya kepada Yesus dan dibaptiskan dalam nama-Nya itu hidup dalam lindungan kekuatan yang datang dari atas, dari tempat Yesus kini berada. Itulah kehadiran Roh Kudus. Kekuatan ini memberikan hikmat, membuat akal budi tercerahkan, dan menuntun orang di jalan yang benar. Roh Kudus ini jugala yang memimpin para rasul pergi ke seluruh penjuru dunia. Roh yang sama itulah yang kini ada di tengah-tengah orang percaya. Orang tidak lagi perlu merasa terancam dan bimbang. Ada arah baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Ini membuat alam pikiran orang-orang pada zaman itu berubah. Terbuka alam baru. Dan kini, terus berkembang sampai Yesus datang kembali. Para murid generasi pertama itu kemudian semakin peduli terhadap orang-orang yang ada di sekitar mereka dan semakin mengerti penderitaan mereka. Roh itu memberi kemampuan bagi merekauntukmenanggalkan sikap egoism. Mereka kini terbebas dari keinginan untuk menjadi pusat perhatian. Sebaliknya, mereka telah berbuat banyak untuk orang lain. Mereka itu dikenal sebagai orang-orang yang peduli akan keadaan di masyarakat luas. Dalam banyak arti, mereka membangun peradaban baru yang memungkinkan orang berkembang sebagai manusia utuh. Manusia utuh, yang terus menerus diperbaharui sesuai dengan gambaran Anak-Nya. Itulah buah pertama dari hadirnya Roh Kudus.
Roh Kudus jugalah yang kemudian menjadikan setiap orang percaya mempunyai karakter Ilahi. Itulah yang dikatakan Paulus, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah…”(Roma 8:14,15). Menjadi anak Allah tidak cukup hanya dengan ucapan, tetapi dipatenkan dengan perbuatan. Ya, perbuatan yang menghadirkan kehidupan yang baru di bumi ini. Selamat merayakan hari Pentakosta!
Jakarta, Pentakosta 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar