Senin, 24 Desember 2018

Natal : Allah yang menjadi manusia, mungkinkah?

Hari itu dingin membeku, seolahmenggambarkan bekunya hati seorang pria setengah baya. Ia memandang salju berjatuhan menimpa daun-daun cemara. Sejurus kemudian pandangannya beralih. Lihat! Sekawanan burung gereja terperangkap salju. Sebagian kaku dan beku, lainnya lagi menggigil. 

“Di rumahku ada ruang cukup besar, lengkap dengan penghangat dan makanan,” gumamnya dalam hati, “tapi bagaimana caranya membawa mereka ke dalam rumahku?”

Mulailah pria setengah baya itu memutar otak, mencari akal. “Aha…kenapa tidak aku menggiring mereka perlahan-lahan menuju rumahku?” Kini, ia berjalan mendekati kawanan burung itu. Lalu merentangkan tangannya…dan alih-alih burung itu mau mengikuti kehendaknya, mereka panik dan berusaha kabur.

Dalam kebekuan, dingin mengigil. Sang Pria melangkah ke rumahnya, memandang kembali sebuah ruang cukup besar dengan penghangat ruangan. “Bagaimana caranya membawa mereka masuk? Jelas, makin lama makin banyak yang mati kedinginan!” gerutunya di dalam hati, “mungkinkah dengan membawa makanan lalu mengarahkan makanan ke pintu ruangan ini, mereka mau berjalan dan masuk? Lalu sesudah itu aku bisa menutupnya dan mereka pasti aman!

Kali ini, buah pikirannya dilaksanakan. Burung-burung itu semula mau makan biji-biji gandum yang ditebarkannya. Namun, setelah itu mereka bergeming. Tidak mau melangkah! Salju semakin tebal menutupi area itu.

“Tidakkah kalian mengerti, hai burung-burung?” geregetan dan mulai emosi pria ini membayangkan kematian akan segera melanda mereka, “baiklah, kalau kalian tidak mau jalan dan masuk menuju rumahku. Kini, aku akan memberi kehangatan di tempat kalian!” Ia melangkah dan membawa kayu bakar. Dibakarnya tumpukan kayu itu. Api mulai menyala memberikan kehangatan. Kali ini kawanan burung itu semakin panik dan mereka bubar!

Pria setengah baya itu geregetan. Ia mengepalkan tangannya, meremas rambutnya. Sudah berbagai cara ia lakukan namun, burung-burung itu tetap menuju kebinasaan, “Ah, bodoh sekali! Andaikan saja aku dapat berubah menjadi seekor dari mereka! Aku akan mengatakan, ‘mari saudara-saudaraku…aku punya tempat yang nyaman bagi kalian. Kehangatan, makanan dan tentunya kalian tidak akan binasa!” Hati beku itu mulai mencari…

“Aha…sekarang aku baru mengerti mengapa Allah mau menjadi manusia dan diam di antara manusia!”

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya…”(Ibrani 1:1,2a)

Andaikan kita adalah salah seekor dari burung yang selamat berada dalam ruang hangat dan banyak makanan, apa yang akan kita lakukan di sana?

Memilih menikmati kenyamanan itu dan berebut posisi yang paling nyaman? Sementara di luar masih banyak kawanan burung yang menanti kebinasaan. Selamat merayakan Natal!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar