Kecewa dan mungkin juga
kecele, barangkali dua kata itu yang dapat menggambarkan suasana hati Donald
Trump, presiden Amerika Serikat yang sering memberikan pernyataan
kontroversial. Pusat Strategi dan Kajian Internasional (CSIS) Amerika Serikat,
Senin (12/11) memaparkan temuan mereka melalui citra satelit Digital Globe yang direkam pada 29 Maret
2018. Satelit itu memperlihatkan tempat operasi rudal milik Korea Utara yang
terletak di Sakkanmol. Para analis keamanan Amerika Serikat menemukan ada 13
titik lokasi pengembangan rudal Korea Utara yang selama ini dirahasiakan.
Temuan ini mempersulit terwujudnya kesepakatan damai di Korea Utara. Hal ini
juga menguatkan dugaan selama ini bahwa Korut tidak akan mudah menyerah
terhadap tuntutan internasional untuk melakukan denuklirisasi total.
Sebelumnya, Trump begitu yakin ketika bertemu dengan Kim Jong Un (Presiden
Korut) pada Juni lalu bahwa dirinya bisa mengukir sejarah. Trump, setelah
pertemuan itu mengumumkan bahwa, "Ancaman nuklir dari Korea Utara sudah
tidak ada lagi!"
Akankah dunia bertambah damai
atau justeru "di bawah tanah" negara-negara yang sedang mengalami
berbagai embargo dan sanksi ekonomi akibat pengembangan senjata nuklir, seperti
Iran dan Korut justeru semakin serius dan intens mengembangkan senjata pemusnah
massal itu. Bukankah ini seperti baru permulaan untuk menghadapi peperangan dan
penghancuran dunia yang sesungguhnya?
Tahun lalu (6 Desember 2017),
Trump juga membuat keputusan kontroversi dengan menyatakan bahwa Ibu Kota
Israel bukan lagi Tel Aviv, melainkan Yerusalem yang kemudian dilanjutkan
dengan pemindahan kantor duta besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Keputusan ini memicu protes dan kekerasan di berbagai belahan dunia. Babak baru
konfilk Israel - Palestina dimulai. Kesepakatan damai Israel - Palestina yang dimulai
di Oslo pada 1990 dan ditandatangani 1993 di Washington DC dan pada 1995 di Mesir. Kini, Trump mencabut
kesepakatan damai itu. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyatakan bahwa
Israel lewat aksi-aksinya Israel dan sekutunya telah mengakhiri perjanjian
Oslo. Artinya, tidak ada lagi kesepakatan damai! Akankah dunia bertambah damai?
Atau sebaliknya kehancuran semakin dekat?
Kontoversi yang tidak kalah
menariknya adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Lagi-lagi
Trump berada di pusaran konfliks ekonomi global ini. Korbannya, beberapa negara
dengan fundamental ekonomi lemah mulai berjatuhan: Iran, Turki, Peru, dan
beberapa negara Amerika Latin serta
negara-negara Afrika dan Asia Tenggara. Kini, perekonomian negara-negara itu
terancam gulung tikar! Dunia sedang dilanda pelbagai perang dan konfilks. Tentu
situasi ini membuat sebagian besar penduduk dunia pesimis akan masa depan
perdamaian yang lebih baik.
Ketakutan berikutnya adalah
ancaman bencana. Dalam minggu-minggu terakhir ada dua bencana besar yang
melanda dua belahan dunia. Venesia, Italia pada Selasa, 30 Oktober 2018 dilanda
badai dan bajir yang menaikan muka air laut setinggi 160 cm. Level ini
tertinggi sejak 1979. Bencana ini menewaskan belasan orang. Dalam pekan ini juga
kita dikejutkan dengan bencana kebakaran yang melanda California Utara, Amerika
Serikat. Api membakar lebih dari 180 kilometer persegi hutan dan pemukiman.
Hingga Rabu (14/11), sudah 6.600 rumah hancur terbakar dan 1.032 bangunan
komersil dan infrastrutur lainnya, 42 jenazah ditemukan dan puluhan lainnya
dilaporkan hilang. Sebelumnya, masih segar dalam ingatan kita gempa bumi dasyat
melanda Nias, Aceh, Jogja, Lombok, Palu, Sigi Donggala. Kemudian menyusul
Mamasa dan Halmahera.
Rentetan berita konflik,
perang, bencana, gempa bumi dan pelbagai bentuk penderitaan yang terjadi dalam
planet kita bukankah sudah cukup dapat menjadi referensi bahwa dunia ini
semakin tua dan semakin memenuhi tanda-tanda akhir zaman seperti yang dikatakan
Yesus dalam Injil Markus 13?
Isu akhir zaman atau kiamat
merupakan salah satu pokok bahasan yang tidak pernah sepi dibicarakan sejak
dulu. Menariknya, pokok bahasan akhir zaman selalu muncul ke permukaan pada
saat-saat umat berada dalam kemelut. Tidak pernah isu akhir zaman dibicarakan
ketika umat sedang dalam masa keemasan atau kemakmuran. Hal ini kemudian memunculkan
pertanyaan, apakah akhir zaman hanya sekedar pelarian dari realita derita yang
sedang dihadapi umat? Ataukah sebuah penghiburan yang benar-benar menguatkan
umat dalam menghadapi realita pahit itu?
Mari kita menelisik Markus 13:
1-8.
Yesus dan murid-murid-Nya
keluar dari Bait Allah untuk yang terakhir kalinya. Seorang murid mengagumi
bangunan itu dan berceloteh, "Guru, lihatlah betapa besarnya batu-batu
itu, dan betapa megahnya gedung-gedung itu?" Alih-alih tertarik, Yesus
menubuatkan keruntuhan bangunan suci orang Yahudi itu, "Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak
di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan!" Kata-Nya. Nubuat
serupa pernah disampaikan oleh Nabi Mikha (Markus 3:9-12), karena kejahatan
para pemimpin Israel. Dalam peristiwa penahbisan Bait Allah, Salomo mendapat
peringatan hal yang sama (1 Raja 9:6-8). Jika Salomo dan keturunannya berbalik
dari Allah dan tidak berpegang pada perintah-Nya, Tuhan akan melenyapkan Israel
dari tanahnya lalu dibuang dari hadapan-Nya dan Bait Allah akan menjadi
reruntuhan. Jadi, dalam hal ini Yesus meneruskan nubuat-nubuat para nabi dalam
Perjanjian Lama.
Setelah mengucapkan nubuat
itu, Yesus dan para murid meninggalkan Bait Allah dan pergi menuju Bukit
Zaitun. Di sana terjadi dialog antara Yesus dengan Petrus, Yakobus, Yohanes dan
Andreas. Dialog itu menggambarkan para murid ingin tahu lebih lanjut apa yang
dikatakan Yesus tentang kehancuran Bait Allah itu. Mereka berkata,
"Katakanlah kepada kami, kapan itu (penghancuran bait Allah) akan terjadi,
dan apa tandanya, kalau semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya (akhir
zaman)." Pertanyaan ini mengandung dua pokok bahasan, yakni: Hancurnya
Bait Allah dan datangnya akhir zaman. Pertanyaan itu dapat dirumuskan demikian,
"Kapan Bait Allah akan mengalami kehancuran dan apa tanda datangnya akhir
zaman?"
Atas dua pertanyaan itu, Yesus
tidak memberikan jawaban. Namun, Ia memakai kesempatan ini untuk memberikan
berbagai peringatan kepada mereka. Apa saja?
Pertama, Yesus mengingatkan
mereka untuk waspada agar jangan sampai ada orang yang menyesatkan mereka! Akan
ada banyak orang memakai nama-Nya dan menyatakan "Akulah Dia."
Mungkin mereka menyatakan diri sebagai mesias dan memberitakan datangnya
Kerajaan Allah supaya orang banyak mengikuti mereka. Mereka akan menyesatkan
banyak orang sehingga para murid harus waspada dan jangan sampai mengikuti
mereka.
Pada masa kini pun, para
pengikut Yesus mestinya selalu waspada. Ada banyak orang atau kelompok yang
memanfaatkan situasi ketidaktahuan atau kekurangpahaman umat sebagai peluang untuk
mendapatkan keuntungan, terlebih dikaitkan dengan isu akhir zaman. Oleh
karenanya, setiap orang percaya perlu terus bertekun dalam membina diri dan
dalam persekutuan dengan orang percaya (bnd. Ibrani 10:19-25).
Kedua, Yesus mengingatkan
mereka agar jangan gelisah bila "mendengar deru perang atau kabar-kabar
tentang perang." Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa perang dan
permusuhan bisa disebut sebagai pertanda datangnya akhir zaman (Daniel 2:36-45;
9:26;11:40). Semua itu memang harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
Memang akan terjadi peperangan, tetapi hal itu bukanlah pertanda akhir zaman
sudah tiba. Orang Yahudi melakukan pemberontakan melawan penguasa Romawi pada
tahun 66 M. Orang Kristen pada masa Injil Markus ditulis, barangkali bertanya,
apakah peperangan yang terjadi waktu itu merupakan tanda datangnya akhir zaman?
Ataukah bencana-bencana besar yang terjadi: peperangan, gempa bumi, dan
kelaparan itu juga memperkuat tanda akhir zaman itu?
Pada tahun 62 M gempa bumi
dasyat menghancurkan sebagian Kota Pompeius. Sementara bencana kelaparan
melanda Palestina pada tahun 46-48 M. Gejala-gejala yang mengerikan ini sekali
lagi dapat dipahami oleh orang Kristen pada waktu itu sebagai tanda akhir zaman
akan segera datang. Semua bencana itu memang mendatangkan peneritaan berat,
tetapi juga bukan berarti bahwa akhir zaman akan segera tiba. "Ini baru
merupakan permulaannya", kata Yesus.
Yesus mengatakan "jangan
gelisah" dan "Ini baru permulaan". Sepanjang zaman ada banyak
kejadian yang bisa saja dikaitkan dengan tanda akhir zaman. Kejadian-kejadian
itu bisa mengerikan, dan membuat kita menderita. Dalam kondisi ini kita diminta
untuk tetap waspada, supaya jangan mudah disesatkan. Pada pihak lain, Yesus
meminta kita untuk tidak gelisah. Artinya, boleh saja peristiwa-peristiwa
dasyat itu terjadi namun jangan sampai menggoyahkan iman kita kepada-Nya. Hanya
iman yang teguh kepada Yesus Kristus akan menopang kita dari ketakutan. Iman
yang tidak melarikan diri dari kesulitan hidup. Namun, bertekun karena tahu
bahwa Allah di dalam Kristus akan menyertai. Ini bukan pelarian dari
penderitaan dasyat. Kita tidak perlu tahu kapan kiamat akan terjadi atau kapan
Tuhan akan memanggil kita pulang. Satu hal yang Ia ajarkan bahwa Ia akan ada
bersama kita melewati setiap kesulitan hidup. Dan pada akhrinya kita pun akan
berada bersama-Nya dalam keabadiaan. Oleh karena itu tetaplah setia seperti Dia
setia sampai akhir kepada Bapa-Nya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar