Rabu, 14 November 2018

JANGAN TAKUT, BERSANDARLAH PADA TUHAN

Kecewa dan mungkin juga kecele, barangkali dua kata itu yang dapat menggambarkan suasana hati Donald Trump, presiden Amerika Serikat yang sering memberikan pernyataan kontroversial. Pusat Strategi dan Kajian Internasional (CSIS) Amerika Serikat, Senin (12/11) memaparkan temuan mereka melalui citra satelit Digital Globe yang direkam pada 29 Maret 2018. Satelit itu memperlihatkan tempat operasi rudal milik Korea Utara yang terletak di Sakkanmol. Para analis keamanan Amerika Serikat menemukan ada 13 titik lokasi pengembangan rudal Korea Utara yang selama ini dirahasiakan. Temuan ini mempersulit terwujudnya kesepakatan damai di Korea Utara. Hal ini juga menguatkan dugaan selama ini bahwa Korut tidak akan mudah menyerah terhadap tuntutan internasional untuk melakukan denuklirisasi total. Sebelumnya, Trump begitu yakin ketika bertemu dengan Kim Jong Un (Presiden Korut) pada Juni lalu bahwa dirinya bisa mengukir sejarah. Trump, setelah pertemuan itu mengumumkan bahwa, "Ancaman nuklir dari Korea Utara sudah tidak ada lagi!"

Akankah dunia bertambah damai atau justeru "di bawah tanah" negara-negara yang sedang mengalami berbagai embargo dan sanksi ekonomi akibat pengembangan senjata nuklir, seperti Iran dan Korut justeru semakin serius dan intens mengembangkan senjata pemusnah massal itu. Bukankah ini seperti baru permulaan untuk menghadapi peperangan dan penghancuran dunia yang sesungguhnya?

Tahun lalu (6 Desember 2017), Trump juga membuat keputusan kontroversi dengan menyatakan bahwa Ibu Kota Israel bukan lagi Tel Aviv, melainkan Yerusalem yang kemudian dilanjutkan dengan pemindahan kantor duta besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem. Keputusan ini memicu protes dan kekerasan di berbagai belahan dunia. Babak baru konfilk Israel - Palestina dimulai. Kesepakatan damai Israel - Palestina yang dimulai di Oslo pada 1990 dan ditandatangani 1993 di Washington DC  dan pada 1995 di Mesir. Kini, Trump mencabut kesepakatan damai itu. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyatakan bahwa Israel lewat aksi-aksinya Israel dan sekutunya telah mengakhiri perjanjian Oslo. Artinya, tidak ada lagi kesepakatan damai! Akankah dunia bertambah damai? Atau sebaliknya kehancuran semakin dekat?

Kontoversi yang tidak kalah menariknya adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Lagi-lagi Trump berada di pusaran konfliks ekonomi global ini. Korbannya, beberapa negara dengan fundamental ekonomi lemah mulai berjatuhan: Iran, Turki, Peru, dan beberapa negara Amerika Latin  serta negara-negara Afrika dan Asia Tenggara. Kini, perekonomian negara-negara itu terancam gulung tikar! Dunia sedang dilanda pelbagai perang dan konfilks. Tentu situasi ini membuat sebagian besar penduduk dunia pesimis akan masa depan perdamaian yang lebih baik.

Ketakutan berikutnya adalah ancaman bencana. Dalam minggu-minggu terakhir ada dua bencana besar yang melanda dua belahan dunia. Venesia, Italia pada Selasa, 30 Oktober 2018 dilanda badai dan bajir yang menaikan muka air laut setinggi 160 cm. Level ini tertinggi sejak 1979. Bencana ini menewaskan belasan orang. Dalam pekan ini juga kita dikejutkan dengan bencana kebakaran yang melanda California Utara, Amerika Serikat. Api membakar lebih dari 180 kilometer persegi hutan dan pemukiman. Hingga Rabu (14/11), sudah 6.600 rumah hancur terbakar dan 1.032 bangunan komersil dan infrastrutur lainnya, 42 jenazah ditemukan dan puluhan lainnya dilaporkan hilang. Sebelumnya, masih segar dalam ingatan kita gempa bumi dasyat melanda Nias, Aceh, Jogja, Lombok, Palu, Sigi Donggala. Kemudian menyusul Mamasa dan Halmahera.

Rentetan berita konflik, perang, bencana, gempa bumi dan pelbagai bentuk penderitaan yang terjadi dalam planet kita bukankah sudah cukup dapat menjadi referensi bahwa dunia ini semakin tua dan semakin memenuhi tanda-tanda akhir zaman seperti yang dikatakan Yesus dalam Injil Markus 13?

Isu akhir zaman atau kiamat merupakan salah satu pokok bahasan yang tidak pernah sepi dibicarakan sejak dulu. Menariknya, pokok bahasan akhir zaman selalu muncul ke permukaan pada saat-saat umat berada dalam kemelut. Tidak pernah isu akhir zaman dibicarakan ketika umat sedang dalam masa keemasan atau kemakmuran. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan, apakah akhir zaman hanya sekedar pelarian dari realita derita yang sedang dihadapi umat? Ataukah sebuah penghiburan yang benar-benar menguatkan umat dalam menghadapi realita pahit itu?

Mari kita menelisik Markus 13: 1-8.
Yesus dan murid-murid-Nya keluar dari Bait Allah untuk yang terakhir kalinya. Seorang murid mengagumi bangunan itu dan berceloteh, "Guru, lihatlah betapa besarnya batu-batu itu, dan betapa megahnya gedung-gedung itu?" Alih-alih tertarik, Yesus menubuatkan keruntuhan bangunan suci orang Yahudi itu, "Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semua akan diruntuhkan!" Kata-Nya. Nubuat serupa pernah disampaikan oleh Nabi Mikha (Markus 3:9-12), karena kejahatan para pemimpin Israel. Dalam peristiwa penahbisan Bait Allah, Salomo mendapat peringatan hal yang sama (1 Raja 9:6-8). Jika Salomo dan keturunannya berbalik dari Allah dan tidak berpegang pada perintah-Nya, Tuhan akan melenyapkan Israel dari tanahnya lalu dibuang dari hadapan-Nya dan Bait Allah akan menjadi reruntuhan. Jadi, dalam hal ini Yesus meneruskan nubuat-nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama.

Setelah mengucapkan nubuat itu, Yesus dan para murid meninggalkan Bait Allah dan pergi menuju Bukit Zaitun. Di sana terjadi dialog antara Yesus dengan Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas. Dialog itu menggambarkan para murid ingin tahu lebih lanjut apa yang dikatakan Yesus tentang kehancuran Bait Allah itu. Mereka berkata, "Katakanlah kepada kami, kapan itu (penghancuran bait Allah) akan terjadi, dan apa tandanya, kalau semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya (akhir zaman)." Pertanyaan ini mengandung dua pokok bahasan, yakni: Hancurnya Bait Allah dan datangnya akhir zaman. Pertanyaan itu dapat dirumuskan demikian, "Kapan Bait Allah akan mengalami kehancuran dan apa tanda datangnya akhir zaman?"

Atas dua pertanyaan itu, Yesus tidak memberikan jawaban. Namun, Ia memakai kesempatan ini untuk memberikan berbagai peringatan kepada mereka. Apa saja?

Pertama, Yesus mengingatkan mereka untuk waspada agar jangan sampai ada orang yang menyesatkan mereka! Akan ada banyak orang memakai nama-Nya dan menyatakan "Akulah Dia." Mungkin mereka menyatakan diri sebagai mesias dan memberitakan datangnya Kerajaan Allah supaya orang banyak mengikuti mereka. Mereka akan menyesatkan banyak orang sehingga para murid harus waspada dan jangan sampai mengikuti mereka.

Pada masa kini pun, para pengikut Yesus mestinya selalu waspada. Ada banyak orang atau kelompok yang memanfaatkan situasi ketidaktahuan atau kekurangpahaman umat sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan, terlebih dikaitkan dengan isu akhir zaman. Oleh karenanya, setiap orang percaya perlu terus bertekun dalam membina diri dan dalam persekutuan dengan orang percaya (bnd. Ibrani 10:19-25).

Kedua, Yesus mengingatkan mereka agar jangan gelisah bila "mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang." Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa perang dan permusuhan bisa disebut sebagai pertanda datangnya akhir zaman (Daniel 2:36-45; 9:26;11:40). Semua itu memang harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Memang akan terjadi peperangan, tetapi hal itu bukanlah pertanda akhir zaman sudah tiba. Orang Yahudi melakukan pemberontakan melawan penguasa Romawi pada tahun 66 M. Orang Kristen pada masa Injil Markus ditulis, barangkali bertanya, apakah peperangan yang terjadi waktu itu merupakan tanda datangnya akhir zaman? Ataukah bencana-bencana besar yang terjadi: peperangan, gempa bumi, dan kelaparan itu juga memperkuat tanda akhir zaman itu?

Pada tahun 62 M gempa bumi dasyat menghancurkan sebagian Kota Pompeius. Sementara bencana kelaparan melanda Palestina pada tahun 46-48 M. Gejala-gejala yang mengerikan ini sekali lagi dapat dipahami oleh orang Kristen pada waktu itu sebagai tanda akhir zaman akan segera datang. Semua bencana itu memang mendatangkan peneritaan berat, tetapi juga bukan berarti bahwa akhir zaman akan segera tiba. "Ini baru merupakan permulaannya", kata Yesus.

Yesus mengatakan "jangan gelisah" dan "Ini baru permulaan". Sepanjang zaman ada banyak kejadian yang bisa saja dikaitkan dengan tanda akhir zaman. Kejadian-kejadian itu bisa mengerikan, dan membuat kita menderita. Dalam kondisi ini kita diminta untuk tetap waspada, supaya jangan mudah disesatkan. Pada pihak lain, Yesus meminta kita untuk tidak gelisah. Artinya, boleh saja peristiwa-peristiwa dasyat itu terjadi namun jangan sampai menggoyahkan iman kita kepada-Nya. Hanya iman yang teguh kepada Yesus Kristus akan menopang kita dari ketakutan. Iman yang tidak melarikan diri dari kesulitan hidup. Namun, bertekun karena tahu bahwa Allah di dalam Kristus akan menyertai. Ini bukan pelarian dari penderitaan dasyat. Kita tidak perlu tahu kapan kiamat akan terjadi atau kapan Tuhan akan memanggil kita pulang. Satu hal yang Ia ajarkan bahwa Ia akan ada bersama kita melewati setiap kesulitan hidup. Dan pada akhrinya kita pun akan berada bersama-Nya dalam keabadiaan. Oleh karena itu tetaplah setia seperti Dia setia sampai akhir kepada Bapa-Nya!

Jakarta, 14 November 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar