Jumat, 26 Oktober 2018

YANG TERSISIH YANG DIKASIHI

Yerikho adalah kota terakhir yang dilalui oleh para peziarah dari Galilea menuju Yerusalem. Yerikho, kota tua yang dulu diserahkan TUHAN ke tangan Yosua. Mengherankan, penaklukan Yerikho melibatkan Rahab, seorang pelacur! Ia menyembunyikan kedua pengintai utusan Yosua di sotoh rumahnya dengan timbunan batang rami.

Yerikho terletak di lembah Yordan, jalan yang menghubungkan kota itu dengan Yerusalem melalui padang gurun. Rute yang angker! Jalan sarang penyamun ini pernah dipakai oleh Yesus untuk mengajar seorang ahli Taurat yang bertanya tentang siapakah sesama manusia itu. Di jalan itu ada seorang yang telah dirampok habis-habisan. Seorang imam dan kemudian seorang lain lagi, Lewi lewat tidak melakukan tindakan apa pun kecuali melihat si korban itu dari seberang jalan. Namun, berbeda dari mereka, ada seorang Samaria mau mengambil segala risiko. Ia membalut luka-luka orang itu, menaikkan ke atas keledainya. Lalu membawa ke rumah penginapan supaya ia merawatnya. Tidak hanya itu, ia memberikan dua dinar untuk perawatan si korban dan jika kurang orang Samaria itu menjamin bahwa ia akan menggantinya.

Pelacur dan Orang Samaria telah mewarnai Yerikho. Jelas mereka bukanlah orang-orang yang dipandang baik dan bermartabat oleh orang Yahudi. Sebaliknya, bereka berada di posisi pinggiran. Kini, Yesus dan para murid-Nya berada di kota tua itu. Dari sinilah orang akan mulai naik ke Yerusalem sebelum perayaan Paskah dimulai. Kita dapat membayangkan kota itu dipenuhi para peziarah ditambah orang banyak yang terus berbondong-bondong mengikuti Yesus. Bagi para pengemis, situasi seperti ini merupakan kesempatan untuk mengais rejeki. Termasuk di antaranya pengemis buta, bernama Bartimeus.

Keramaian menjelang Paskah hari itu berbeda dari hari-hari jelang Paskah lainnya. Yesus ada dalam rombongan ziarah itu! Ke mana pun Yesus pergi - bak selebritis tenar - selalu diikuti rombongan masa dalam jumlah besar. Mengapa? Ya, tentu saja Ia dikenal sebagai Guru dan Penyembuh yang hebat! Karena itu, ketika mendengar bahwa yang berjalan bersama dengan orang banyak itu adalah Yesus dariv Nazaret, Bartimeus berseru, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" (Markus 10:47).

Mengapa Bartimeus menyebut Yesus dengan sebutan "Anak Daud"? Ada banyak dugaan yang bisa kita pahami. Pertama, Bartimeus hanya sekedar menyebut Yesus sebagai seorang keturunan Daud, sebagaimana keturunan Daud yang lain. Saya membayangkan di Indonesia ada banyak orang yang memakai gelar "Habib" yang konon katanya keturunan Nabi. Semua orang yang memakai pakaian a'la habib disamaratakan sebagai seorang keturunan Nabi. Bisa saja Baartimeus mendengar riuh rendahnya orang-orang yang ada di sekitar Yesus, ia berkesimpulan bahwa Yesus bukanlah orang sembarangan. Ia adalah "Anak Daud"!

Kemungkinan kedua, sebutan "Anak Daud" dapat menunjuk pada Salomo, anak raja Daud yang dalam tradisi dan legenda Yahudi terkenal tidak hanya pandai dalam berhikmat tetapi juga dalam menyembuhkan orang sakit. Jadi mungkin saja Bartimeus memandang Yesus sebagai seorang penyembuh yang hebat seperti Salomo.

Namun, yang tidak kalah menariknya sebutan Anak Daud pada saat itu sudah umum dipakai untuk menunjuk seseorang sebagai Mesias. Hal ini dapat ditemukan dalam Mazmur-mazmur Salomo, yang berisi 18 madah yang ditulis sekitar tahun 50 SM. Walau tidak termasuk dalam kitab suci, kitab ini sudah dapat memberi gambaran mengenai pengharapan Mesias di zaman Yesus. Salah satu mazmur berbicara mengenai bangkitnya seorang Mesiasyang akan membebaskan orang-orang Yahudi dari pemerintahan Romawi dan mengantarnya pada kekudusan (Mzm Salomo.17).

Apa pun itu dugaan kita pada seruan Bartimeus terhadap Yesus dengan sebutan Anak Daud, di dalamnya jelas bahwa Bartimeus menganggap Yesus bukan orang biasa. Bartimeus percaya bahwa Yesus mempunyai kuasa untuk memulihkannya.

"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Teriakan Bartimeus rupanya mengganggu orang-orang yang berkerumun di sekitar Yesus. Banyak orang menegurnya supaya diam. Mengapa mereka menegur Barimeus? Rupanya mereka terganggu karena harus melewati jalan sebelah-menyebelah yang dipenuhi para pengemis yang dengan suara lantang berlomba-lomba memohon sedekah. Ternyata Bartimeus tidak peduli dengan hardikan mereka. Ia tetap meminta perhatian khusus dari Yesus.

Mendengar teriakan Bartimeus, Yesus berprakarsa. Ia terhenti oleh suara itu dan meminta seseorang untuk memanggil Bartimeus ke hadapan-Nya. Mengapa Ia meminta orang lain untuk memanggil pengemis buta itu? Apakah Ia tidak bisa melakukan-Nya sendiri? Tentu saja sangat bisa. Namun, Yesus ingin agar orang lain yang bersama-Nya juga mempunyai kepedulian yang sama. Pelajaran ini sangat penting, mengingat sebelumnya para murid berlomba mendapatkan posisi yang paling utama, kini mata mereka diarahkan Yesus menuju orang pinggiran yang mendapat belas kasih dari-Nya. Si buta dan pengemis!

Ketika Bartimeus telah sampai di hadapan Yesus, Ia bertanya, "Apa yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?" Yesus memberikan kesempatan buat Bartimeus untuk mengutarakan keinginannya. Pertanyaan yang sama sebelumnya disampaikan kepada Yakobus dan Yohanes yang meminta posisi ternama. Yakobus dan Yohanes ternyata "buta", sebab mereka meminta kedudukan khusus dalam kemuliaan Yesus. Mereka tidak mengerti "jalan" Yesus, via dolorosa, sebagai hamba dan pelayan manusia. Tetapi Bartimeus yang buta secara fisik, justeru meminta Yesus apa yang dapat diberikan oleh Anak Daud, yaitu mencelikkan mata, memulihkan pendengaran, mengangkat segala kelemahan manuysia (Yesaya 35:4-6). Yesus tahu apa yang dikehendaki oleh Bartimeus, tetapi seperti biasanya, Ia berdialog dengan orang yang hendakdisembuhkan-Nya. Ia ingin menguatkan iman, bahkan mendengar suatu pengakuan iman yang tegas.

Mendengar pengakuan Bartimeus, Yesus tahu bahwa ia mengandalkan Allah dan sekaligus meyakini kuasa-Nya sebagai penyembuh. Maka segeralah Yesus menyembuhkannya, "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Bartimeus yang bukan rombongan inti dari Yesus lebih paham akan misi-Nya. Ia dikatakan beriman oleh Yesus, itu berarti Bartimeus berhasil menangkap dalam diri Yesus yang tidak dapat ditangkap oelh mata manusia sekalipun secara fisik mereka melihat! Selanjutnya, Bartimeus tidak mengharapkan yang macam-macam. Ia mengikut Yesus! Ia tidak mau duduk di pinggir jalan lagi. Ia tidak mau menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain lagi, melainkan hanya pada Yesus.

Iman yang disaksikan oleh Bartimeus, orang piggiran yang tersisih, namun diperhatikan Yesus membawa pemulihan dan keselamatan melebihi kesembuhan fisik. Penglihatan kepada orang beriman ini ialah kemampuannya untuk melihat siapakah Yesus dan apa makna perjalanan-Nya. Apa yang dilihat-Nya, ditindaklanjuti dengan mengikut Yesus, ikut dalam perjalanan ke Yerusalem bukan untuk memuliakan dan memenuhi ambisi diri, melainkan jalan penderitaan, kematian dan kebangkitan, sebagai jalan keselamatan. Dengan kisah ini, penulis Injil Markus membuka mata pembacanya pada inti panggilan mengikut Yesus. Baru kali ini Yesus tidak melarang seorang untuk mengakui-Nya sebagai Mesias di depan umum. Ia membiarkannya sebab perjalanan menuju Yerusalem segera akan berakhir. Sebentar lagi Yesus dan rombongan akan memasuki kota Yerusalem bukan sebagai pasukan pembebas dan penakluk kota. Sebaliknya, Mesias ini berziarah sebagai Anak Manusia, Hamba TUHAN, yang akan segera menjalani penderitaan.

Seharusnya kita pun sudah mengalami pencelikan dan pemulihan oleh Yesus. Dampaknya, kita bisa melihat untuk apa kita masih diberi kesempatan. Ya, mengikuti-Nya dengan cara yang sama seperti Bartimeus. Melangkah dan mengikuti-Nya di jalan menuju "Yerusalem". Jalan yang bukan pemuasan nafsu dan ambisi menjadi besar, berkuasa dan dihormati. Melainkan jalan untuk melayani. Melayani mereka yang tersisih dan terpinggirkan. Masalahnya sekarang, apakah mata dan telinga kita peka terhadap suara mereka ataukah seperti para murid dan orang banyak yang berada di sekitar Yesus, kita juga merasa terganggu dan merasa perlu untuk membungkam suara mereka?

Jakarta 26 Oktober 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar