Yerikho adalah kota terakhir
yang dilalui oleh para peziarah dari Galilea menuju Yerusalem. Yerikho, kota
tua yang dulu diserahkan TUHAN ke tangan Yosua. Mengherankan, penaklukan
Yerikho melibatkan Rahab, seorang pelacur! Ia menyembunyikan kedua pengintai utusan
Yosua di sotoh rumahnya dengan timbunan batang rami.
Yerikho terletak di lembah
Yordan, jalan yang menghubungkan kota itu dengan Yerusalem melalui padang gurun.
Rute yang angker! Jalan sarang penyamun ini pernah dipakai oleh Yesus untuk
mengajar seorang ahli Taurat yang bertanya tentang siapakah sesama manusia itu.
Di jalan itu ada seorang yang telah dirampok habis-habisan. Seorang imam dan
kemudian seorang lain lagi, Lewi lewat tidak melakukan tindakan apa pun kecuali
melihat si korban itu dari seberang jalan. Namun, berbeda dari mereka, ada
seorang Samaria mau mengambil segala risiko. Ia membalut luka-luka orang itu,
menaikkan ke atas keledainya. Lalu membawa ke rumah penginapan supaya ia
merawatnya. Tidak hanya itu, ia memberikan dua dinar untuk perawatan si korban
dan jika kurang orang Samaria itu menjamin bahwa ia akan menggantinya.
Pelacur dan Orang Samaria telah
mewarnai Yerikho. Jelas mereka bukanlah orang-orang yang dipandang baik dan
bermartabat oleh orang Yahudi. Sebaliknya, bereka berada di posisi pinggiran.
Kini, Yesus dan para murid-Nya berada di kota tua itu. Dari sinilah orang akan
mulai naik ke Yerusalem sebelum perayaan Paskah dimulai. Kita dapat
membayangkan kota itu dipenuhi para peziarah ditambah orang banyak yang terus
berbondong-bondong mengikuti Yesus. Bagi para pengemis, situasi seperti ini
merupakan kesempatan untuk mengais rejeki. Termasuk di antaranya pengemis buta,
bernama Bartimeus.
Keramaian menjelang Paskah
hari itu berbeda dari hari-hari jelang Paskah lainnya. Yesus ada dalam
rombongan ziarah itu! Ke mana pun Yesus pergi - bak selebritis tenar - selalu
diikuti rombongan masa dalam jumlah besar. Mengapa? Ya, tentu saja Ia dikenal
sebagai Guru dan Penyembuh yang hebat! Karena itu, ketika mendengar bahwa yang
berjalan bersama dengan orang banyak itu adalah Yesus dariv Nazaret, Bartimeus
berseru, "Yesus, Anak Daud,
kasihanilah aku!" (Markus 10:47).
Mengapa Bartimeus menyebut
Yesus dengan sebutan "Anak Daud"? Ada banyak dugaan yang bisa kita
pahami. Pertama, Bartimeus hanya
sekedar menyebut Yesus sebagai seorang keturunan Daud, sebagaimana keturunan
Daud yang lain. Saya membayangkan di Indonesia ada banyak orang yang memakai
gelar "Habib" yang konon
katanya keturunan Nabi. Semua orang yang memakai pakaian a'la habib disamaratakan sebagai seorang keturunan Nabi. Bisa saja
Baartimeus mendengar riuh rendahnya orang-orang yang ada di sekitar Yesus, ia
berkesimpulan bahwa Yesus bukanlah orang sembarangan. Ia adalah "Anak
Daud"!
Kemungkinan kedua, sebutan
"Anak Daud" dapat menunjuk pada Salomo, anak raja Daud yang dalam
tradisi dan legenda Yahudi terkenal tidak hanya pandai dalam berhikmat tetapi
juga dalam menyembuhkan orang sakit. Jadi mungkin saja Bartimeus memandang
Yesus sebagai seorang penyembuh yang hebat seperti Salomo.
Namun, yang tidak kalah
menariknya sebutan Anak Daud pada
saat itu sudah umum dipakai untuk menunjuk seseorang sebagai Mesias. Hal ini
dapat ditemukan dalam Mazmur-mazmur Salomo, yang berisi 18 madah yang ditulis
sekitar tahun 50 SM. Walau tidak termasuk dalam kitab suci, kitab ini sudah
dapat memberi gambaran mengenai pengharapan Mesias di zaman Yesus. Salah satu
mazmur berbicara mengenai bangkitnya seorang Mesiasyang akan membebaskan
orang-orang Yahudi dari pemerintahan Romawi dan mengantarnya pada kekudusan
(Mzm Salomo.17).
Apa pun itu dugaan kita pada
seruan Bartimeus terhadap Yesus dengan sebutan Anak Daud, di dalamnya jelas bahwa Bartimeus menganggap Yesus bukan
orang biasa. Bartimeus percaya bahwa Yesus mempunyai kuasa untuk memulihkannya.
"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Teriakan Bartimeus rupanya
mengganggu orang-orang yang berkerumun di sekitar Yesus. Banyak orang menegurnya supaya diam. Mengapa mereka menegur
Barimeus? Rupanya mereka terganggu karena harus melewati jalan sebelah-menyebelah
yang dipenuhi para pengemis yang dengan suara lantang berlomba-lomba memohon
sedekah. Ternyata Bartimeus tidak peduli dengan hardikan mereka. Ia tetap meminta
perhatian khusus dari Yesus.
Mendengar teriakan Bartimeus, Yesus
berprakarsa. Ia terhenti oleh suara itu dan meminta seseorang untuk memanggil
Bartimeus ke hadapan-Nya. Mengapa Ia meminta orang lain untuk memanggil
pengemis buta itu? Apakah Ia tidak bisa melakukan-Nya sendiri? Tentu saja
sangat bisa. Namun, Yesus ingin agar orang lain yang bersama-Nya juga mempunyai
kepedulian yang sama. Pelajaran ini sangat penting, mengingat sebelumnya para
murid berlomba mendapatkan posisi yang paling utama, kini mata mereka diarahkan
Yesus menuju orang pinggiran yang mendapat belas kasih dari-Nya. Si buta dan
pengemis!
Ketika Bartimeus telah sampai
di hadapan Yesus, Ia bertanya, "Apa
yang kaukehendaki Kuperbuat bagimu?" Yesus memberikan kesempatan buat
Bartimeus untuk mengutarakan keinginannya. Pertanyaan yang sama sebelumnya
disampaikan kepada Yakobus dan Yohanes yang meminta posisi ternama. Yakobus dan
Yohanes ternyata "buta", sebab mereka meminta kedudukan khusus dalam
kemuliaan Yesus. Mereka tidak mengerti "jalan" Yesus, via dolorosa, sebagai hamba dan pelayan
manusia. Tetapi Bartimeus yang buta secara fisik, justeru meminta Yesus apa
yang dapat diberikan oleh Anak Daud,
yaitu mencelikkan mata, memulihkan pendengaran, mengangkat segala kelemahan
manuysia (Yesaya 35:4-6). Yesus tahu apa yang dikehendaki oleh Bartimeus,
tetapi seperti biasanya, Ia berdialog dengan orang yang hendakdisembuhkan-Nya.
Ia ingin menguatkan iman, bahkan mendengar suatu pengakuan iman yang tegas.
Mendengar pengakuan Bartimeus,
Yesus tahu bahwa ia mengandalkan Allah dan sekaligus meyakini kuasa-Nya sebagai
penyembuh. Maka segeralah Yesus menyembuhkannya, "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Bartimeus yang
bukan rombongan inti dari Yesus lebih paham akan misi-Nya. Ia dikatakan beriman
oleh Yesus, itu berarti Bartimeus berhasil menangkap dalam diri Yesus yang
tidak dapat ditangkap oelh mata manusia sekalipun secara fisik mereka melihat!
Selanjutnya, Bartimeus tidak mengharapkan yang macam-macam. Ia mengikut Yesus!
Ia tidak mau duduk di pinggir jalan lagi. Ia tidak mau menggantungkan hidupnya
pada belas kasihan orang lain lagi, melainkan hanya pada Yesus.
Iman yang disaksikan oleh
Bartimeus, orang piggiran yang tersisih, namun diperhatikan Yesus membawa
pemulihan dan keselamatan melebihi kesembuhan fisik. Penglihatan kepada orang
beriman ini ialah kemampuannya untuk melihat siapakah Yesus dan apa makna
perjalanan-Nya. Apa yang dilihat-Nya, ditindaklanjuti dengan mengikut Yesus,
ikut dalam perjalanan ke Yerusalem bukan untuk memuliakan dan memenuhi ambisi
diri, melainkan jalan penderitaan, kematian dan kebangkitan, sebagai jalan
keselamatan. Dengan kisah ini, penulis Injil Markus membuka mata pembacanya
pada inti panggilan mengikut Yesus. Baru kali ini Yesus tidak melarang seorang
untuk mengakui-Nya sebagai Mesias di depan umum. Ia membiarkannya sebab
perjalanan menuju Yerusalem segera akan berakhir. Sebentar lagi Yesus dan
rombongan akan memasuki kota Yerusalem bukan sebagai pasukan pembebas dan
penakluk kota. Sebaliknya, Mesias ini berziarah sebagai Anak Manusia, Hamba
TUHAN, yang akan segera menjalani penderitaan.
Seharusnya kita pun sudah
mengalami pencelikan dan pemulihan oleh Yesus. Dampaknya, kita bisa melihat
untuk apa kita masih diberi kesempatan. Ya, mengikuti-Nya dengan cara yang sama
seperti Bartimeus. Melangkah dan mengikuti-Nya di jalan menuju "Yerusalem".
Jalan yang bukan pemuasan nafsu dan ambisi menjadi besar, berkuasa dan
dihormati. Melainkan jalan untuk melayani. Melayani mereka yang tersisih dan terpinggirkan.
Masalahnya sekarang, apakah mata dan telinga kita peka terhadap suara mereka
ataukah seperti para murid dan orang banyak yang berada di sekitar Yesus, kita
juga merasa terganggu dan merasa perlu untuk membungkam suara mereka?
Jakarta 26 Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar