Orang benar akan bertunas seperti pohon korma,...
Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar." (Mzm.
92:12, 14)
Tak disangka biji kurma yang dibuang di pot tanaman ternyata
bertunas. Ketika hendak dipindahkan ke polybag
ternyata tidak mudah. Akarnya begitu panjang, kira-kira empat kali panjangnya
dari tunas yang menyembul keluar! Penasaran, cari tahu.
Para ahli mengatakan bahwa kurma sebelum bertunas ia akan
menjalarkan akarnya sedalam mungkin untuk menemukan sumber air. Di habitatnya,
padang pasir, ketika seseorang menaman kurma, biji itu di tanam 2 - 3 meter di
bawah tanah, kemudian biji itu sengaja ditutup dengan batu. Akibatnya, kurma
yang dihambat dan ditekan dari atas tersebut akan
menumbuhkan akarnya sampai menemukan sumber air. Akar yang tumbuh ke bawah itu
bisa mencapai ratusan meter. Maka tidaklah mengherankan di padang gurun nan
gersang, kurma dapat tumbuh dan berbuah karena akarnya telah sampai pada air
yang dibutuhkannya untuk pertumbuhan dan pembuahan.
Kurma juga menjadi pertanda harapan. Ketika seseorang yang sedang
melakukan perjalanan di padang pasir, ia kehabisan bekal dan kepanasan kemudian
melihat pohon kurma, mereka yakin di situ ada kehidupan, ada buahnya dan pasti
ada air di bawahnya. Semakin tua, akar-akar pohon kurma itu terus menjalar. Ia
semakin kokoh, pohonnya semakin besar dan tentu saja buahnya semakin lebat! Barangkali
itulah yang menjadi refleksi pemazmur melihat pohon kurma sehingga ia
mengatakan, Pada masa tua pun mereka
masih berbuah, menjadi gemuk dan segar" (Mzm.92:14).
Umumnya, orang takut menghadapi masa tua. Takut karena kekuatan
tubuh berkurang, tidak lagi punya penghasilan tetap, pelbagai penyakit mulai
menggerogoti tubuh, merasa disingkirkan oleh anak cucu, dan sederet lagi
kekuatiran lainnya yang tampaknya sangat logis. Maka inilah yang kemudian
menjadi peluang bisnis suplemen makanan sehat dan kosmetik. Mereka menawarkan
alternatif penundaan peroses penuaan. Namun, pemazmur dapat menepis isu usia
lanjut yang diwarnai banyak hal negatif. Alih-alih pesimis, pemazmur justeru
menawarkan bukan saja pengharapan di usia lanjut melainkan juga hidup yang
terus menjadi berkat.
Benar, tidak semua kondisi usia lanjut dapat berbuah dan menjadi
berkat. Dalam hal ini, kita dapat belajar dari pohon kurma itu. Hanya
orang-orang yang hidupnya "seperti pohon kurma" itulah yang akan
menuai hasilnya:
Kurma akan terus menjalarkan akarnya sampai mendapatkan air dan
nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Batu dan pasir yang menutup,
menghimpit, dan menekan biji yang kecil itu, pada saatnya akan dapat diterobos
dengan mudah. Setiap orang percaya yang berakar pada firman Tuhan akan mampu
menghadapi pelbagai tekanan hidup yang menghimpit dan menekannya. Semakin
ditekan maka akarnya semakin dalam dan kuat. Semakin ditekan, orang yang
berakar dalam iman akan semakin tumbuh, merambat dan berbuah.
Kurma, menjadi pengharapan bagi sang musafir, kelaparan dan
kehausan. Di mana ada pohon kurma di sana sang musafir merasa aman. Kurma hidup
bukan untuk dirinya sendiri. Ia berakar pada sumber Air Hidup, mengisapnya,
menjadikan energi dan buah. Setiap orang yang berakar dalam firman-Nya, ia akan
hidup bukan untuk dirinya melainkan, menjadi berkat dan pengharapan bagi
orang-orang di sekitarnya.
Dalam bahasa pertanian Yesus
juga mengajar melalui benih dan tanaman (Markus 4:26-34). Benih yang ditabur
sang petani itu akan tumbuh meski ditutup tanah. Benih akan menemukan jalannya.
Saya, tak henti-hentinya mengagumi pertumbuhan kehidupan melalui biji-biji yang
tampaknya mati. Benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu semakin tinggi,
bagaimana terjadinya? Tidak diketahui orang. Seperti itulah, kita tidak pernah
tahu bagaimana cara Roh Kudus bekerja menumbuhkan "benih" firman
Tuhan. Ia dapat mengubah hati seseorang melebihi apa yang dapat kita jelaskan.
Perubahan ini mestinya seperti yang dikatakan Paulus, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia
adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah
datang" (2 Kor.5:17).
Secara tersembunyi firman itu berkuasa mengubah
hati kita. Tidaklah mengherankan jika firman itu menegur kita, menantang, menghibur, dan
menguatkan kita. Lalu, bagaima sikap kita ketika firman itu
"berbicara" kepada kita.
Apa yang dilakukan sang petani
sesudah menabur benih? Ya, tentu saja memerhatikan, merawat dan menjaganya.
Namun, pada malam hari, ia tidur. Mungkin saja tidak berpikir banyak tentang
benih itu. Ajaibnya, benih itu tumbuh. Tentu ada yang menumbuhkannya. Ibarat
petani yang menabur, pengkhotbah menaburkan firman Tuhan. Firman itu diterima
dengan iman dan Roh Kudus berperan - di sini si pengkhotbah tidak berperan
apa-apa. Benih itu berangsur-angsur tumbuh. Mula-mula tangkainya, berbunga,
mengeluarkan bulir dan akhirnya bulir itu matang siap dipanen.
Memasuki usia tua, bahagia dan
menjadi berkat, jelas melawan arus. Mengapa? Karena bagi kebanyakan orang,
menjadi tua adalah kebalikan dari itu: kesusahan dan penderitaan! Tidak mudah
menikmati usia tua dengan bahagia dan menjadi berkat. Namun, bukan hal yang
mustahil. Ini tergantung bagaimana kita merespon firman Tuhan. Benar, yang
memberikan pertumbuhan itu adalah Tuhan sendiri, tetapi bukan berarti kita
hanya berpangku tangan. Ada saatnya petani tidur dan beristirahat, namun ada
saatnya juga ia harus menyiapkan lahan untuk menanam komoditi pertanian itu.
Seberapa seriuskah kita menyiapkan apa yang menjadi bagian kita? Kalau serius
dengan pertumbuhan iman kita, kalau serius dengan usia senja yang diberkati,
pastilah kita akan mengusahakan untuk datang tidak terlambat dalam ibadah,
tidak melewatkan saat-saat teduh bersama Tuhan, dan selalu serius dalam
pelbagai bentuk pelayanan serta mempraktekan apa yang dipahami sebagai
kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan cara itulah kita
menjadi seperti "pohon kurma" itu. Terus menjadi berkat sampai akhir
kita menutup mata. Berkat itu akan terlihat bukan melalui harta kekayaan yang ditimbun sejak kita muda, bukan pula dalam
bentuk tanda jasa dan penghargaan. Berkat itu akan terlihat dalam diri
orang-orang yang telah merasakan bahwa kita merupakan salah satu cara Tuhan
menjawab doa-doa mereka. Berkat itu akan terlihat dari anak, cucu yang mewarisi
- bukan harta dan hak cipta - iman dan karakter baik, lalu mereka tumbuh
menjadi berkat juga buat orang lain. Berkat itu berupa kebahagiaan tak
terhingga sehingga kita tidak pernah menyesali telah hidup bersama dengan
Tuhan. Inilah yang disebut "Usia Indah" yang sesungguhnya!
Jakarta, Lebaran 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar