"Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada
lenganmu,
karena cinta kuat seperti maut,
kegairahan gigih seperti dunia orang mati,
nyalanya adalah seperti nyala api,
seperti nyala api TUHAN!
All You Need is Love, demikian judul buku yang ditulis oleh Pongki
Pamungkas. Benar semua kita membutuhkan cinta! Dalam bukunya yang berjudul In The Arena, mantan Presiden Amerika
Serikat Richard Nixon menceritakan depresi yang dideritanya setelah ia mengundurkan
diri. Sejarah mencatat, ia mundur lantaran sekandal Watergate yang merupakan pukulan telak bagi hidupnya. Ia pernah
berkata dalam masa depresinya kepada Pat, sang isteri, bahwa ia ingin segera
mati saja.
Suatu hari, pada saat ia
berada pada titik nadir semangat hidupnya, seorang perawat masuk ke kamarnya.
Lalu si perawat menyibakkan tirai dan menunjuk ke sebuah pesawat kecil yang
terbang bolak-balik di langit. Pesawat itu menarik tulisan : "Tuhan mengasihimu,
Demikian Juga Kami". Dan setelah peristiwa itu, kesehatan Nixon mengalami
titik balik. Ia menjadi bersemangat dan kesehatannya berangsur-angsur membaik.
Benar, demikian adanya,
"Cinta itu menyembuhkan manusia, baik bagi si pemberi cinta maupun si
penerimanya, " kata Karl A. Menninger (psikiater). Dicintai seseorang
membuat Anda kuat. Sementara mencintai seseorang membuat Anda berani,"
kata Lao Tzu. Dicintai Arta, Peter menjadi kuat. Tak kenal lelah bahkan ketika
harus membagi waktu, jarak, kekuatan, tenaga, uang dan materi. Mencintai Arta,
Peter menjadi berani. Berani berhadapan dengan segala macam risiko, aturan
adat, dan seterusnya. Demikian juga dicintai Peter, Arta menjadi kuat.
Energinya seolah tidak pernah habis. Selalu antusias! Mencintai Peter, Arta
menjadi berani. Berani memertaruhkan masa depannya. Berani meninggalakan ayah
dan ibunya untuk hidup bersama dengan Peter. Cinta itu kuat seperti maut!
"Cinta itu adalah kehidupan. Dan bila Anda kehilangan cinta, Anda
kehilangan kehidupan." (Leo Buscaglia). Cinta kuat seperti maut!
Peter dan Arta ada di sini,
saya sangat yakin itu adalah karena cinta. Sepuluh tahun mereka berpacaran dan
pastinya lebih lama dari itu mereka saling mengenal, menjajagi, jatuh cinta dan
akhirnya menyatakan ikrar untuk sehidup-semati. Ada hal yang unik mengapa Peter
jatuh cinta dengan Arta dan sebaliknya. Saudara bisa tanya sendiri kepada
mereka, saya terikat dengan rahasia jabatan. Lebih baik saya cerita pasangan
yang lain saja.
Lisa, seorang gadis cantik
yang menjadi kembang kampus, akhirnya jatuh cinta dan secara terbuka
mengutarakannya hubungannya dengan sang pemuda yang beruntung, Rudi. Banyak
teman-teman Lisa heran dengan pilihan yang diambilnya. Dari segi wajah, Rudi
masih kalah dengan Johnny, juga pemuda yang naksir Lisa. Dari segi materi, Rudi
tak seujung kuku dibandingkan dengan Tommy, pengagum Lisa juga, yang seorang
anak konglomerat.
Seorang temannya bertanya
kepada Lisa, "Apa istimewanya, sih, si Rudi buatmu?" Lisa menjawab,
"Dia baik dan sabar. Dia telaten mendengarkanku yang cerewet, suka
ngomong." Peter memang baik, sabar, telaten suka mendengar. Namun, bukan
berarti Arta cerewet. Ini sekali lagi kisah Rudi dan Lisa.
'Dia baik dan sabar. Dia
telaten mendengarkanku..." Jawaban itu sesuai dengan kata-kata Paul Tillich,
seorang Teolog Jerman-Amerika, ia pernah mengatakan, "Tugas pertama dari
cinta adalah mendengarkan." Lisa bertekuk lutut terhadap Rudi, karena Rudi
adalah seorang pendengar yang baik bagi Lisa. Anda dan saya mungkin saja banyak
menyatakan cinta kepada pasangan kita. Namun, seberapa jauh Anda mendengar?
Seberapa telaten dan sabar Anda menyimak?
Kisah lain. Ada seorang gadis
yang jatuh cinta kepada seorang pria yang usianya terpaut begitu jauh. Bila
"bapak" yang dicintai gadis ini kaya raya atau berparas tampan,
mungkin tidak sulit untuk mendakwa si gadis ini. Ia mencintai karena harta atau
ketampanannya! Kenyataannya, si bapak itu tidak dalam kondisi demikian. Ia
biasa-biasa saja. Jauh dari gemerlap. Lalu mengapa gadis itu mencintainya?
Si gadis itu menjawab,
"Nggak tahu, ya seneng ajah. Aku merasa klik dengan dia." Jawaban ini sesuai dengan kutipan,
"Seseorang dicintai atau mencintai karena dicintai atau mencintai. Tidak
butuh alasan untuk mencintai atau dicintai," Kata Paulo Coelho, seorang
penulis Brazil. Dalam kalimat lain, jatuh cinta ya jatuh cinta saja. Tak usah
mempersoalkan sebab-musababnya.
Cinta kuat seperti maut. Cinta
tidak sekedar dan tidak pernah cukup hanya dengan ucapan bibir atau sebuah
janji. Peter dan Arta akan berjanji di hadapan kita dan tentunya kita yakin di
hadapan Tuhan. Janji itu bak materai (Kid.8:6a) yang mengesahkan dokumen resmi.
Lebih dari sekedar akte pernikahan, "cinta kuat seperti maut" (6b).
Sepasti kematian akan hadir cepat atau lambat dalam kehidupan semua makhluk,
seperti kuat dan pastinya maut itu: biarlah kuat dan pastinya cinta yang
merekatkan kedua mempelai hari ini.
Sebagai orang percaya, apalagi
pendeta. Peter dan Arta pertama-tama harus menyakini bahwa yang mengobarkan
cinta kalian berdua adalah Allah sendiri sebagai sumber dari cinta kasih. Cinta
yang dikobarkan Allah pastinya akan langgeng karena Tuhan menyertai
"dua" yang telah menjadi "satu" itu. Kedua, kegairahan yang
menyertai cinta itu adalah "cemburu kudus", karena menyadari
pasangannya adalah pilihan dan anugerah Tuhan baginya. Cinta yang sejati tidak
akan memberi tempat pada pria atau wanita lain. Cinta yang sejati juga tidak
mungkin dapat ditukar dengan harta benda (7b), karena cinta berurusan dengan
pribadi.
Ketiga, cinta sejati akan
terus membara, tidak mungkin dipadamkan oleh apa pun bahkan oleh aliran sungai
permasalahan hidup (7a). Mengapa seringkali gairah asmara - seiring bertambah
usia pernikahan - semakin memudar? Banyak orang kemudian memakluminya. Seorang
kakek dan nenek ketika berjalan berdua, saya meminta mereka untuk bergandengan
tangan, "Malu ah, kayak anak muda saja. Kami sudah tua!" sahut
mereka. Cinta itu, asmara itu mestinya terus berkobar dan hanya maut yang dapat
menghentikannya!
Cinta itu energi, energi
membara yang harus dan terus menerus disalurkan. "Seperti nyala api
Tuhan.." kata penulis Kidung Agung. Mestinya dalam taataran ini cinta
asmara setiap anak Tuhan berpijak. "Seperti nyala api Tuhan...seperti
Tuhan mencintai." Cinta itu memberi bukan menuntut, kecuali menuntut pada
diri sendiri untuk memberi yang terbaik bagi orang yang dicintainya.
"Orang yang tidak dewasa berpola pikir: Aku mencintaimu karena aku
membutuhkanmu. Sedangkan orang yang berpola pikir dewasa: Aku membutuhkanmu
karena aku mencintaimu." (Erich Fromm).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar