Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu.
Kemesraan ini ingin ku kenang selalu.
Hatiku damai, jiwaku tentram di sampingmu.
Hatiku damai, jiwaku tentram bersamamu...
Itulah refrain syair lagu "Kemesraan" karya Franky dan Johny Sahilatua (1988) yang populer dinyanyikan oleh Iwan Fals. Nyanyian ini sangat digembari banyak orang karena diciptakan dan dilantuntan dengan baik serta aransimen musik yang apik. Selain itu, syair ini menarik oleh karena dapat mewakili perasaan manusia ketika menghadapi suasana sedih dalam perpisahan. Ada perasaan berat dan tentu saja menginginkan kemesraan itu tidak cepat berlalu. Pada saat berpisah dengan orang yang begitu berarti dalam hidupnya, seseorang akan merasakan ada yang hilang dalam dirinya. Hal ini memaksa reaksi tubuh mengungkapkan kegundahannya. Bisa dengan menangis, tatapan kosong dan bengong.
Bengong dan melihat ke langit, begitulah kira-kira yang terjadi ketika para murid melihat Guru dan Tuhan mereka tiba-tiba terangkat... dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Saya dapat membanyangkan seandainya berada di tengah-tengah mereka saat itu. Saya merasakan kekecewaan yang begitu mendalam. Bayangkan, setelah kurang lebih tujuh minggu sebelumnya, saya menyaksikan bagaimana cacian, luapan kebencian, siksaan dan akhirnya kematian yang begitu mengerikan. Pada saat itu, saya kehilangan pengharapan sama sekali terhadap Yesus sebagai Mesias yang akan datang itu. Sama seperti Yohanes Pembaptis dahulu dalam penjara yang meragukan kemesiasan Yesus. Namun, harapan itu muncul lagi ketika ternyata Yesus mengalahkan kuasa maut, Ia bangkit. Tidak mati.
Kembali ketika saya berada bersama Petrus, Yohanes, Yakubus, dan dua orang murid yang menuju Emaus dapat bergairah lagi. Antusias! Dia benar-benar Mesias yang akan datang itu. Maut saja dapat dikalahkan-Nya, apalagi kaisar Romawi dan antek-anteknya. Pasti suatu saat akan dilibas-Nya! Oleh karena itu, bukanlah hal yang muluk-muluk jika saya dan murid-murid bertanya kepada-Nya, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (Kis.1:6). Toh dengan pulihnya kerajaan Israel seperti pada waktu Daud dan Salomo, bukankah akan lebih mudah untuk melaksanakan semua ajaran-ajaran-Nya? Bukankah dengan penaklukan Roma, dunia akan tahu kehebatan Sang Mesias itu?
Namun, ternyata saya dan para murid yang lain harus kembali mengubur dalam-dalam keinginan itu. Dia tidak menjawab keinginan kami! Kini, kami berdiri lesu menatap langit. Ternyata kini, Dia kembali meninggalkan kami, bahkan untuk selamanya. Hancur sudah harapan kami!
Beruntunglah dalam situasi bengong itu, tiba-tiba berdiri dua orang berpakaian putih - tidak salah lagi mereka adalah utusan Tuhan. Mereka adalah malikat! "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kis.1:11). Teguran itu bagaikan hardikan yang menyentak sehingga murid-murid disadarkan akan apa yang telah berulang kali dikatakan oleh Sang Guru tentang tugas kemesiasan-Nya. Maka kembalilah mereka ke Yerusalem dengan sukacita.
Kisah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dicatat dengan dalam dua bagian kitab, Lukas dan Kisah Para Rasul. Kedua buku ini ditulis oleh penulis yang sama, yang menamakan diri Lukas. Dalam Injil Lukas, kisah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga disajikan sebagai semacam "meterai" seluruh hidup Yesus dan Injil:Kristus diangkat ke dalam kemuliaan surgawi. Ia memasuki kemuliaan itu dengan tubuh yang mulia. Para murid yang merupakan saksi dari peristiwa itu menyembah Yesus yang sudah mulia itu. Hari itu adalah hari kemenangan total bagi Yesus.
Dalam Kisah Para Rasul I, pengangkatan Yesus ke dalam kemuliaan-Nya menginagurasi sebuah zaman baru bagi para murid dan selanjutnya Gereja serta misinya. Sebelumnya, Yesus sudah berkali-kali menampakkan diri kepada para murid-Nya untuk menguatkan mereka, menjelaskan kepada mereka tentang tugas kemesiasan-Nya. Selama kurun waktu empat puluh hari, Dia menjelaskan bahwa diri-Nya adalah Mesias yang bukan seperti apa yang diharapkan oleh orang-orang Yahudi yakni, yang dapat menaklukkan kekuasaan Romawi. Melainkan Mesias yang berpihak kepada orang-orang kecil dan lemah. Mesias yang menerjemahkan firman dan kehendak Allah dalam hidup nyata. Mesias yang menghidupkan kasih, kepedulian, belarasa dan pengampunan. Sehingga orang melihat firman itu menjadi nyata dan hidup. Dialah Sang Firman yang menjadi Manusia!
Dengan kenaikan-Nya ke sorga terjadi dua hal dalam komunitas yang dibangun Yesus yakni, discontinuitas. Secara fisik kehadiran Yesus bersama-sama para murid telah berakhir di sini. Ia tidak lagi terlihat berjalan dan mengajar; berdoa dan menyembuhkan. Dia sudah kembali ke tempat asal-Nya. Namun yang kedua, continuitas. Ketika Yesus kembali kepada Bapa-Nya, Ia menugasi para murid untuk melakukan dan meneruskan segala apa yang telah dilakukan dan diajarkan-Nya. Teguran dua malaikat kepada para murid adalah dalam rangka meneruskan mandat perutusan Yesus. Tidak hanya diam, bengong atau pun mungkin terpesona dengan kejadian itu, melainkan harus ada yang segera dilakukan.
Yerusalem adalah tempat mereka untuk kembali memulai tugas misi melanjutkan karya Yesus. Yesus mengingatkan kepada mereka untuk menantikan karya pencurahan Roh Kudus. Mereka harus bertekun di dalam doa dan kesehatian. Pada saatnya, Roh Kudus akan melengkapi mereka dengan kuasa dari tempat Tinggi. Pada saat itulah mereka akan menjalankan tugas kesaksian itu.
Gereja dan semua orang percaya mestinya menyadari bahwa peristiwa Kenaikan Yesus ke Sorga bukan hanya sekedar keyakinan bahwa Yesus mengalahkan maut dan kini Ia mendapat tempat yang mulia yakni, di sebelah kanan Allah Bapa. Melainkan, harus siap sedia meneruskan tugas, pekerjaan, ajaran, dan teladan Yesus. Kisah Rasul ditulis Lukas untuk menyatakan bahwa kini dari Yerusalem, Samaria, Yudea dan sampai ujung-ujung bumi Injil Tuhan tersebar. Tentu menyebarkan Injil Tuhan bukan sesederhana membagikan traktat, melainkan dengan komrehensif seperti apa yang Yesus sudah lakukan. Injil itu harus membumi, menjadi hidup oleh karena setiap orang percaya melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Menyebarkan Injil juga tidak dipahami sebagai upaya triumpalistik kristenisasi dengan membangun "kerajaan-kerajaan" Kristen dan menara-menara "Babel" yang menunjukkan kemegahan Kekristenan. Bukan itu! Sebab kalau demikian, apa bedanya dengan pertanyaan para murid kepada Yesus tentang pemulihan Kerajaan Israel yang tidak ditanggapi Yesus itu?
Meneruskan mandat Yesus berarti menjadi Firman Allah itu kembali hidup, kini dan di sini. Firman itu hidup di dalam kehidupan murid Tuhan dan seluruh aspek pelayanan Gereja. Benar, melakukan tugas ini tentu banyak tantangan dan hambatan. Namun, belajar dari para murid, mereka dapat melakukannya sampai Injil itu benar-benar sampai ke ujung-ujung bumi.
Adalah baik untuk mempunyai visi dan misi menyebarkan Injil seluas-luasnya bahkan ke daerah-daerah pedalaman yang belum tersentuh. Namun, jangan pernah lupa. Tuhan juga menghadirkan orang-orang di sekitar kita yang belum mengenal Injil-Nya. Nah, apakah melalui sikap, tutur kata dan perbuatan kita mereka dapat merasakan kehadiran Tuhan yang menyapa dan mengasihi mereka? Atau justeru sebaliknya, mereka menganggap kita sebagai ancaman dan sumber ketakutan? Selamat merayakan Kenaikan Yesus Ke Sorga dan selamat menunaikan tugas panggilan dari Tuhan!
Anyer, Hari Kenaikan Yesus Kristus ke Sorga, 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar