Saat ini sangat mungkin Anda
sedang mengenggam telepon pintar. Beraktivitas di dunia maya dan bersosial
media. Begitu banyak informasi yang kini ada dalam genggaman tangan Anda.
Konon, Indonesia adalah salah satu negara peringkat atas pengguna sosial media.
Dari beragam informasi yang tersaji tak dipungkiri banyak sekali yang
bermanfaat. Namun, tidak sedikit pula yang mencoba menggiring Anda pada opini
menyimpang dari kebenaran dan mengarahkan pada gaya hidup egoisme-hedonisme.
Konsep-konsep yang keliru
dalam prisip kehidupan terus-menurus membombardir kita. Tidak ada waktu jeda
dan ruang private, semua dapat di tembus - kecuali tidak ada signal, kuota
habis atau baterai sekarat. Konsep-konsep itu keliru oleh karena dibangun di
atas landasan kebenaran yang tidak utuh atau penuh dengan kebohongan. Lihatlah
ketika seseorang mengunggah berita penuh opini tidak benar atau nestapa
manusia, kita diminta untuk me -"like" atau menuliskan
"amin" dan "share". Kelihatannya biasa-biasa saja atau
sangat saleh, namun justeru di balik itu ada nilai komersil yang dia kejar. Dia
mengumpulkan kekayaan atas berita bohong dan derita orang lain. Orang dipacu
untuk mendapat banyak follower ;
"jadilah nomor satu!"
Setiap saat kita disajikan
berita-berita degradasi moral dalam dunia moderen ini. Politisi dan penguasa
menggunakan kewenangan mereka secara tidak pantas. Pengusaha kongkalikong
dengan penguasa. Penegak hukum membela siapa yang membayar tinggi, rohaniwan
terlibat perselingkuhan dan penggelapan uang jemaat. Pelecehan seksual,
pembunuhan, pembakaran, narkoba, prostitusi dan lain sebagainya. Semua itu,
jika dikaji lebih dalam dimulai dengan langkah pertama yang fatal, seperti
langkah yang diambil oleh Adam dan Hawa yang menyebabkan keterpisahan mereka
dari Allah di taman Eden. Mereka menolak untuk setia dan menysukuri nikmat
Allah. Dosa itu tampaknya menyenangkan, namun sebenarnya buruk dan mematikan.
Dosa kebalikan dari keindahan. Dosa membimbing manusia kepada kehancuran. Di
sinilah kita menemukan jawaban, mengapa Tuhan tidak bosan-bosannya menegur,
mengingatkan, mengancam, bahkan menghukum manusia ketika hidup dalam dosa. Dia
tidak ingin manusia yang diciptakan sesuai dangan citranya itu berakhir dengan
kebinasaan!
Sejak manusia jatuh dalam
dosa, tidak henti-hentinya Allah terus menyerukan agar manusia kembali
kepada-Nya. Para nabi diutus untuk berseru agar Israel bertobat dan percaya.
Bahkan bangsa asing pun diperingati-Nya agar tidak binasa. Yesus pun
menyampaikan tema yang sama, "pertobatan!" Lalu, kalau temanya sama
dengan nabi-nabi terdahulu untuk apa lagi Yesus melakukannya, Yohanes pembaptis
juga melakukan itu? Benar, seruan tobat Yohanes dan Yesus sama (lihat Markus
1:4 dan 15). Namun, ada yang membedakan yakni, alasan untuk pertobatan itu.
Perhatikan ayat 15, "Saatnya sudah
genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil
itu!" Berbeda dari Yohanes, bahwa pertobatan dan tanda baptisan itu
akan penghasilkan pengampunan, Yesus menyatakan bahwa alasan tobat itu bukan
hanya bebas dari hukuman Allah, melainkan karena "waktunya telah genap".
"Waktu' (kairos) yang dimaksud Yesus adalah waktu
penggenapan dari nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama. Ketika Yesus mengatakan
bahwa di dalam diri-Nya telah genap apa yang dinubuatkan itu, artinya bahwa
kini Allah mulai bertindak secara baru supaya janji-janji-Nya itu benar-benar
terwujud maka untuk itu, manusia harus mengambil keputusan yang tegas.
Waktunya telah genap, menyatakan
pula bahwa dengan tampilnya Yesus, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Raja itu
nyata di dalam diri Yesus Kristus. Kerajaan
Allah sudah dekat, juga dapat berarti jarak,
Kerajaan Allah yang menjelma di dalam diri Yesus tidak ada lagi sekat, jaraknya
sekarang begitu dekat: Ia dapat dilihat, disentuh, dialami dan dirasakan
kehadiran-Nya sebab, apa yang dikatakan Yesus adalah sabda Allah sendiri dan
apa yang dilakukan Yesus adalah tindakan Allah sendiri. Oleh karena itu, bila
manusia berjumpa dengan Yesus maka ia akan merasakannya. Kerajaan Allah dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sudah pasti sangat berbeda dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam kerajaan dunia ini. Itulah sebabnya -tidak
mengherankan - apabila Yesus berucap dan bertindak berbeda sekali dari nilai,
pandangan dan tindakan yang dianut oleh dunia ini. Yesus datang bukan untuk
menyenangkan manusia melainkan untuk memerjumpakan manusia dengan Allah
seutuhnya. Dalam perjumpaan itu bisa terjadi dua kemungkinan: menolak atau
menerima-Nya. Bila manusia yang berjumpa dengan Yesus itu taat kepada-Nya, maka
ia taat kepada Allah. Bila manusia menolak Dia, maka ia menolak Allah sendiri.
Hal lain yang membedakan dari
seruan tobat Yohanes, Yesus mengajak orang-orang yang mendengar seruan-Nya
untuk "....percayalah kepada
Injil" Injil adalah Kabar Baik.
Orang yang mau bertobat dan percaya kepada-Nya akan merasakan seperti apa Kabar
Baik itu. Hidup dalam Kerajaan Allah bukan saja Kabar Baik tetapi sekaligus
pengalaman merasakan kebaikan Allah itu menjadi begitu nyata! Oleh karena itu
seruan Yesus untuk bertobat tidak hanya mempunyai arti berbalik dari dosa, tetapi lebih jauh dari itu yakni, menyambut
Pemerintahan Allah. Di sini orang diajak membuka diri untuk hidup dalam
norma-norma baru.
Hidup dalam Kerajaan Allah
kita akan berjumpa dengan konsep, logika berpikir dan tindakan yang baru. Kita
belajar bahwa Allah itu baik, Ia menyatakan Kabar Baik dan Kabar Baik itu nyata
dalam diri Yesus Kristus. Kita diajak melihat segala sesuatu dari perspektif
kebaikan Allah. Di dalam Kerajaan Allah, kita akan melihat bagaimana solusi
mengatasi keinginan daging atau nafsu kita. Banyak orang gagal mengatasi nafsu
(epithumia) hanya dengan tekad dan
doa penuh dengan linangan air mata, tetapi nyatanya tidak bebar-benar berubah.
Rob Bell pernah mengatakan, "Jika saya berjuang sendirian melawan hawa
nafsu saya, maka pasti saya akan kalah...Apa pun yang menjerat Anda, maka Anda
tidak akan pernah bebas sebelum Anda menemukan sesuatu yang lebih. Pergumulan
ini bukan soal membuang hawa nafsu. Pergumulan ini adalah soal memberi diri
kepada gairah yang lebih besar, lebih baik dan lebih berkuasa...Hidup ini bukan
soal menyesuaikan diri atau menekan gairah hidup yang telah diberikan Allah.
Hidup ini adalah soal menyalurkan dan memfokuskan atau mengarahkannya kepada
sesuatu yang indah."
Allah telah menyediakan fokus atau
arah hidup itu, yakni Yesus. Banyak orang gagal menjalani hidup pertobatan oleh
karena fokus mereka adalah menekan dan memerangi pelbagai nafsu itu. Seharunya,
kita fokus pada Kristus. Lihatlah Yesus ketika Ia dicobai Iblis. Tiga kali
Iblis mencobai-Nya dengan pencobaan-pencobaan yang tidak main-main. Yesus
menang oleh karena fokus dan arah hidup-Nya adalah ketaatan kepada Bapa-Nya.
Ingatlah, ketika Anda dan saya fokus kepada Yesus Kristus, Sang Firman yang
hidup itu, maka godaan-godaan yang ada di sekitar kita akan kehilangan daya
tariknya.
Ketika fokus kita pada
Kerajaan Allah kita tidak akan bergairah lagi untuk menyebarkan berita bohong
dan mengeksploitasi keburukan orang lain agar kita terlihat lebih saleh. Kita tidak
tertarik lagi untuk menyombongkan diri, tidak menunjuk-nunjuk kesalah orang
lain. Hidup dalam Kerajaan Allah membuat kita semakin tidak egois, tidak serakah
dan tidak tamak. Hidup terarah pada Kristus membuat gairah kita berkobar, untuk
berbagi, melayani orang lain dengan penuh cinta kasih, memakai waktu yang ada
sebaik-baiknya untuk memuliakan nama-Nya. Di sinilah makna hakiki dari sebuah
pertobatan. Dunia yang berdosa dan mengarah kepada kebinasaan memerlukan Kabar
Baik, yakni pertobatan dan hidup dalam Kerajaan Allah. Semua itu dimulai dari
diri sendiri, dari Anda dan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar