Angin utara membawa kabar yang
tidak sedap. Sebanyak 83 pegawai negeri sipil atau aparatur sipil negara yang
berstatus terpidana kasus tindak pidana korupsi masih aman-aman dan
santai-santai saja bekerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan
15 pemerintahan kabupaten/kota. Di Gorontalo juga ada 31 PNS terpidana kasus
korupsi yang berkekuatan hukum tetap ternyata masih asyik-asyik bekerja dan
menikmati remunerasi seperti biasa....Bagaimana tiupan angin timur, barat,
selatan, atau lainnya? Berdasarkan data Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN),
ada 594 ASN yang menjalani hukuman penjara karena korupsi. Mereka tersebar di
Jawa Timur (64 orang), DKI Jakarta (40), Bengkulu (38), Riau (32), Sumatera
Utara (29), Jawa Barat (29), Jawa Tegah (18), dan Banten (4).
Persoalan ini agak sulit
dicerna akal sehat. Bagaimana mungkin para ASN yang korup - dan ada yang
kasusnya sudah berkekuatan hukum tetap - masih bisa bertahan menduduki kursi
empuk di pemerintahan, mengenakan seragam Korpri "kebanggaan" sebagai
abdi negara, bahkan ketika pensiun pun masih dibayari negara. Betapa nikmatnya
hidup di negeri ini: ditanggung negara walaupun sudah melakukan perbuatan
tercela. Begitulah sebagian dari celotehan Mohamad Subhan SD dalam rubrik Catatan Politik dan Hukum (Kompas, 25 Januari 2018).
Korupsi di negeri ini telah
dikategorikan sebagai tindak kejahat luar biasa. Mengapa? Dampaknya luar biasa
menyengsarakan dan membahayakan kehidupan orang banyak. Bayangkan, jika sebuah
bendungan atau jempatan dananya dikorupsi. Besi dan semen, pondasi dan material
di bawah standar, sudah pasti membahayakan. Kita juga dapat membayangkan jika
vaksin-vaksin yang digunakan mencegah pelbagai penyakit mematikan kualitasnya
di bawah standar bahkan dipalsukan karena uangnya dikorupsi. Sudah pasti
korbanya adalah anak-anak bangsa. Korupsi dapat mengubah dan memutarbalikkan
kebenaran. Yang benar bisa salah dan yang salah dibenarkan. Cinta akan uang
menebarkan virus bencana kemanusia. Tragedi!
Korupsi hanyalah salah satu
dari penyebab tragedi manusia. Masih banyak lagi yang lainnya, umpamanya
kesombongan, perimordialisme, penindasan oleh yang kuat kepada yang lemah, dan
lain sebagainya. Pada umumnya tragedi-tragedi kemanusiaan ini disebabkan oleh
dua hal saja yakni, egoisme dan tinggi hati. Egoisme melahirkan keserakahan,
ketamakan, pementingan diri, ketidak pedulian, dan lainnya. Sedangkan tinggi
hati membuahkan kesombongan, primordial, penindasan, pelecehan, penghakiman,
kesombongan rohani dan semacamnya.
Mengapa manusia dikuasai oleh
ego dan kesombongannya? Meminjam kajian psikologis maka kita bisa menelusuri seseorang
dikuasai oleh sifat atau karakter egoisme dan tinggi hati itu. Bisa karena ia
hidup dalam keluarga atau lingkungan yang punya kecenderungan seperti itu
sehingga menerapkan pola asuh yang serupa terhadap anak mereka. Kajian ilmu
sosial dan antropologi akan mengamati mengapa seseorang begitu rakus dan tamak
serta tega menindas sesamanya dari sudut budaya dan hubungan-hubungan sosial
serta ancaman-ancama yang ada di sekitar mereka. Sisi pandang dunia medis,
khususnya neoroscience mengungkapkan
bahwa otak manusia mengendalikan prilakunya; mengapa ada orang yang bisa begitu
baik mengorbankan segalanya untuk menolong orang lain. Namun, di pihak lain ada
orang-orang yang begitu kejam dan tidak berperasaan, ternyata ada struktur
dalam otak manusia yang berbeda-beda. Betapa pun setiap kajian keilmuan
berbeda, namun dapat kita simpulkan bahwa manusia yang dikuasai oleh
sifat-sifat egoisme dan tinggi hati akan berdampak buruk dan menimbulkan
tragedi yang memilukan.
Tentu saja pada zaman Yesus perkembangan
ilmu pengetahuan tidak seperti sekarang. Dalam Kitab Suci, penyebab kekacauan
dan penderitaan adalah kuasa roh jahat. Roh setan yang merasuki manusia akan
merusak kehidupan, bukan cuma moralnya - tetapi menurut pandangan zaman antar Perjanjian, roh itu juga merusak kesehatan jiwa dan
raganya (Markus 1:34, 9:25). Roh jahat merasuk manusia, ia membuat manusia
tidak lagi bisa membedakan mana yang baik, benar dan pantas. Dampaknya,
menimbulkan kekacauan, kesengsaraan, penderitaan bahkan kematian, tidak hanya
untuk dirinya sendiri melainkan juga bagi orang lain. Sederhana saja, mereka
melihat penderitaan manusia itu disebabkan oleh kekuatan besar yang menguasai
mereka. Akibatnya, manusia bisa sakit, kehilangan kendali diri, destruktif,
najis, dan bahkan kematian. Bagaimana mengatasinya? Sederhana juga; enyahkan
ikatan dan belenggu kuasa jahat itu maka manusia akan mengalami damai
sejahtera. Lihatlah, setelah "setan" itu keluar, mereka dapat
melihat, berjalan, sembuh!
Injil Markus mementaskan Yesus
berhadapan dengan kuasa yang mengekang orang, kuasa itu destruktif, itulah
kuasa roh jahat (Markus 1: 21-28). Kuasa roh jahat itu ada dalam rumah ibadah
dan ia merasuki pengunjung ibadah itu. Ketika melihat Yesus, roh itu berteriak
dan Yesus menghardiknya! Dalam Minggu epifani
IV, Markus menyajikan bahwa apa yang diajarkan Yesus bukan perkataan hampa
melainkan sabda penuh dengan kuasa. Sebelumnya, dalam Markus 1 :15 Yesus
memaklumkan waktunya sudah genap dan
Kerajaan Allah telah dekat! Di sinagoge Kapernaun kuasa itu menjadi
kenyataan: pengajaran Yesus berbeda dari rabi-rabi lainnya, pengajaran-Nya penuh
kuasa. Dalam diri Yesus orang menyaksikan bahwa Kerajaan Allah dan kuasanya itu
benar-benar hadir. Pengajaran dan tindakan Yesus menampakan (epifani) Allah sendiri. Seperti terang,
di mana terang itu hadir maka dalam sekejap kegelapan sirna. Hadirnya Yesus
berdampak tersingkirnya kuasa roh jahat. Yesus memiliki kuasa ilahi, dengan
demikian Ia punya otoritas atas roh jahat, Ia mampu memerintahkannya pula.
Yesus pernah mengatakan bahwa
selama Dia ada di dunia ini, "Pemerintahan
Allah ada di tengah-tengah kamu" (Lukas 17:21), artinya Yesus
menyamakan pemerintahaan kuasa Kerajaan Allah itu identik dengan kehadiran-Nya,
"JIka Aku, dengan kuasa Allah,
mengusir setan, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang" (Lukas
11:20). Namun, walaupun Kerajaan Allah sudah datang pada saat Yesus
mengatakannya, hal ini tentu belum final. Kerajaan Allah adalah suatu yang
dinamis, bukan suatu tempat atau struktur yang permanen. Jadi, Kerajaan Allah
bukanlah dua hal yang berbeda: Kerajaan Allah ketika Yesus datang dan satunya
lagi Kerajaan Allah yang akan datang. Bukan! Tetapi sebuah proses yang terus
berkembang. Pemerintahan Allah adalah Yesus sendiri yang awalnya hanya dikenal
oleh segelintitr orang, tetapi kemudian seperti "biji sesawi" tumbuh
menjadi besar dan meluas menjangkau banyak orang demi menuntaskan tugas dari
Sang Bapa.
Yesus telah memulai Kerajaan
Allah itu secara konkrit. Kemunculannya mengenyahkan kuasa jahat yang
destruktif. Jadi ketika kita berdoa seperti kalimat tema, "Lepaskanlah kami daripada yang jahat", jawabannya
sederhana, "Masuklah dalam pusaran kuasa Kerajaan Allah itu maka dengan
sendirinya kita akan terlepas dari kuasa jahat!" Masalahnya, bagaimana
caranya kita masuk dalam Kerajaan Allah itu? Tomas pernah bertanya kepada
Yesus, "Bagaimana kami dapat menemukan jalan (kepada Sang Bapa)?"
Lalu Yesus menjawab, "Akulah jalan,
kebenaran, dan hidup. Tidak ada
seorang pun yang dapat datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
(Yohanes 14:6). Masuk ke dalam Kerajaan Allah adalah tindakan bersekutu dengan
Yesus. Ini bukan perkara basa-basi atau tindakan politik. Yang pasti juga bukan
tindakan politik gereja dalam memperbanyak jumlah anggota atau orang Kristen.
Orang bisa masuk ke dalam
pemerintahan Allah hanya melalui satu jalan, yakni kasih. Jalan itu tidak hanya
mengarahkan kepada Yesus. Jalan itu sendiri adalah Yesus. Salah seorang Bapa
Gereja, Agustinus pernah mengatakan, "Ke
mana kita harus pergi selain kepada Dia? Dan bagaimana kita harus pergi selain
melalui Dia? Jadi, Dia pergi kepada diri-Nya sendiri melalui diri-Nya sendiri,
dan kita pergi kepada Dia melalui Dia, dan kita berdua - Dia dan kita - tiba
kepada Sang Bapa." Jadi Yesus bukan saja harapan dan jawaban doa,
"Lepaskanlah kami daripada yang jahat" melainkan bagaimana kita juga
berjuang untuk mewujudkan doa kita sendiri. Sebab, apalah artinya kita berdoa
seperti kalimat tema itu sementara justeru kita sendiri sedang mabuk dirasuk
oleh kuasa "jahat" itu? Bagaimana mungkin kita beralih ke dalam
persekutuan dengan Yesus sementara kita masih gemar mengumbar hawa nafsu dan
memanjakan diri dengan kesenangan dunia?
Yang harus kita kerjakan
adalah benar-benar hidup dalam kuasa Kerajaan Allah itu. Artinya, sama seperti
murid-murid-Nya dulu mau ikut dan tinggal bersama dengan Yesus. Jika hal ini
terjadi, maka sama seperti para murid - setelah mereka tinggal bersama dan
menjadi murid Yesus - maka kuasa Kerajaan Allah pun menyertai mereka.
Akibatnya, mereka dapat mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, dan banyak
lagi pemulihan yang dirasakan orang banyak sebagai dampak hidup bersekutu
dengan Yesus.
Kini, bukankah kuasa jahat itu
terus mengancam kehidupan manusia dan dunia ini. Di sinilah tantangan, tugas
dan tanggungjawab kita sebagai murid-Nya diuji. Apakah kita juga berhasil
mengenyahkan kuasa-kuasa jahat itu dengan pelbagai ilmu dan talenta yang kita
miliki. Atau justeru kita sendiri yang sekarang sedang menjadi lawan dari kuasa
Kerajaan Allah itu? Hanya Tuhan dan setiap pribadi kita sendiri yang dapat
menjawabnya!
* AYUK JOIN DAN RASAKAN SENSASI BERMAIN *
BalasHapusAgen S128
Agen Sabung Ayam
Arena Sabung Ayam
Sabungayam
Sejarah Sabung Ayam
Sabung Ayam Online Terpercaya
* KUNJUNGI SITUS KAMI DI *
http://www.bakarayam.com
* HANYA DI SINI ANDA BISA MERASAKAN KEMENANGAN TERUS MENERUS *
http://gorengayammarketing.blogspot.com/2018/09/9-tehnik-berlaga-sabung-ayam-bangkok.html