Kamis, 14 Desember 2017

PEWARTA YANG MEMULIHKAN



Ketika kita mulai, saya telah menjinakkan amarah, hawa nafsu dan dusta, dan saya telah sanggup memberkati mereka yang mengutuk saya - saya sudah berhasil! Maka kita akan menemukan tantangan baru: Kesombongan! Yakni agar orang lain melihat diri kita hebat.

"Ego spiritual", kata Jean Vanier selalu menggoda orang-orang yang hebat dalam kehidupan rohani untuk mendapat pengakuan dari komunitasnya.

Tak pelak lagi, Yohanes adalah "orang hebat"! Bayangkan, seharusnya orang berbondong-bondong ke Yerusalem, menuju Rumah TUHAN menghadap para iman dengan hewan persembahan untuk pendamaian dan penebusan dosa mereka. Namun, daya tarik luar biasa memaksa orang untuk meninggalkan Yerusalem dan Yudea menuju padang gurun hanya untuk mendengar hardikannya. Yohanes menarik orang banyak bukan karena ia tukang sulap atau seorang artis top pada zamannya. Namun karena ia menjalani hidup sebagai seorang nabi tulen, hidup yang keras dan tidak kompromi dengan dosa di padang gurun. Ia berseru-seru dan menantang umat, seperti yang dilakukan oleh kebanyakan nabi TUHAN.

Kini, Yohanes sebenarnya hanya cukup mengatakan "Ya" untuk memenuhi ego spiritualnya pada saat begitu banyak orang mengagumi karyanya. Ketika para utusan pembesar Yahudi di Yerusalem bertanya kepadanya tentang jati diri dirinya. Ternyata Yohanes tegas menjawab, "Aku bukan Mesias, bukan juga Elia, atau nabi yang akan datang itu. Bukan!" (Yohanes 1:20-21). Tidak puas dengan jawaban itu, para penanya utusan Yerusalem ini mendesak Yohanes untuk mengatakan siapakah dirinya. Yohanes mengutip Yesaya 40:3, "dialah suara yang berseru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan!" Dengan kata lain, Yohanes menegaskan bahwa dirinya bukanlah orang-orang hebat seperti yang dikatakan mereka, melainkan hanya sebagai pewarta kedatangan Tuhan dan untuk itu dia harus berseru (bersaksi). Ia bukan sekedar suara biasa, melainkan suara yang menyatakan bahwa Allah datang! "Dia yang akan datang", sekarang datang!

Walau Yohanes menyatakan diri bukan seorang nabi yang akan datang itu. Namun, apa yang dikatakannya adalah pekerjaan seorang nabi. Seorang nabi tidak bisa dilepaskan dari tugas perutusan yang mewartakan kehendak dan rencana Allah. Perutusan atau tugas semua nabi adalah menyadarkan umat akan kedatangan Mesias. Untuk menyiapkan hati mereka agar menerima-Nya, untuk mengajak mereka setia kepada Allah dan hukum-hukum-Nya, untuk mendorong mereka agar berbela rasa dengan yang lemah, miskin, menderita, terasingkan, dan mengingatkan mereka untuk tidak jatuh dalam penyembahan berhala. Yohanes adalah yang terakhir dari antara nabi-nabi besar Israel. Tugas perutusan yang dipercayakan kepadanya adalah untuk menyiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.

Ada kesempatan terbuka lebar bagi Yohanes untuk memenuhi tuntutan ego spiritualnya. Mudah baginya untuk segera tenar dan menempati posisi terhormat. Tidak sulit membujuk orang untuk menjadi pengikutnya, karena orang banyak sudah berbondong-bondong datang kepadanya. Namun, ia memilih untuk tetap setia pada posisinya. Dalam kesadarannya Yohanes mengatakan, "Aku membaptis dengan air, tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." (Yoh.1:26,27). Yohanes sadar sebagai pewarta tidak boleh mencuri kemuliaan yang sedang dipersaksikannya. Sebagai saksi ia harus merendahkan diri supaya dapat menunjuk kepada Dia yang diberi kesaksian.

Sebagaimana Yohanes telah dipanggil dan diutus Tuhan sebagai pewarta Mesias, semua murid Yesus di sepanjang  zaman, dipanggil juga untuk menjadi saksi yang mewartakan Mesias yang memulihkan, "Dia inilah pilihan Allah." Dialah yang akan datang itu untuk menyembuhkan hati kita yang terluka, untuk memberikan damai kepada kita dan untuk membawa kita lebih dalam mengenal kebenaran.

Berkaca dari Yohanes, mereka yang menjadi saksi Kristus tidak menyebarkan gagasan, ideologi, atau ajarannya sendiri. Setiap saksi Kristus tidak mencari pengikut untuk diri mereka sendiri sebagai tanda kehebatan diri. Sebaliknya, mereka berusaha membawa orang kepada Yesus. walau untuk itu ia harus menanggung sengsara. Mereka tidak memanipulasi orang atau memaksakan pendapat atau cara hidup mereka kepada orang lain. Mereka percaya akan kekuatan kebenaran yang mampu meyakinkan orang dan menghormati kebebasan orang untuk menerima kebenaran atau tidak. Para saksi Kristus akan berbicara mengenai apa yang telah mereka hayati, mereka alami, mereka lihat, dan mereka dengar dalam hati mereka. Mereka berbicara dengan jelas, dengan benar, dan dengan berani, bahkan juga kalau mereka harus berhadapan dengan perlawanan dan hinaan. Mereka bercerita bagaimana Yesus menyembuhkan hati mereka yang keras seperti batu, membawa mereka masuk ke dalam dunia kasih dan bela rasa universal, dan meruntuhkan hambatan-hambatan budaya, ketakutan, dan dosa yang membuat mereka tertutup dalam diri mereka sendiri. Mereka mengalami dan tahu betul apa itu pemulihan.

Para saksi berkisah mengenai bagaimana Yesus mengubah hidup mereka dan memberi mereka kemerdekaan, damai dan kegembiraan batin. Manusia di dunia ini akan menemukan harapan kalau saja mereka berjumpa dengan pewarta-pewarta yang dapat dipercaya - tidak berdusta sama seperti Yohanes - pribadi-pribadi baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai iman yang hidup, yang memberi kesaksian mengenai kehadiran Allah - lebih dengan hidup mereka, dengan bela rasa mereka yang semakin besar dan kasih mereka yang meneguhkan ketimbang dengan gagasan atau kata-kata mereka. Yesus berkata, orang akan mengenal murid-murid-Nya melalui kasih yang mereka nyatakan satu terhadap yang lain (Yoh.13:35).

Yohanes Pembaptis adalah saksi yang rendah hati. Kalau dia menarik perhatian orang-orang dari Yerusalem dan juga Yudea, hal itu tidak untuk memuaskan ego spiritualnya sendiri, tetapi untuk membawa orang berjumpa dengan Yesus. Yang penting adalah Yesus! Ia bukan apa-apa dibandingkan dengan Yesus. Yohanes - melalui pewartaannya - berhasil memperjumpakan orang dengan Mesias dan mereka yang menyambut Mesias mengalami perbagai pemulihan: yang sakit disembuhkan, buta dicelikkan, kusta ditahirkan, tersisih diraih-Nya, pendosa dirangkul dan diampuni-Nya, sungguh tahun rakhmat Tuhan sudah datang. Berita sukacita - Gaudete!

Tuhan menginginkan berita sukacita ini tidak berhenti pada Anda dan saya. Kita diminta-Nya meneruskan kepada semua makhluk. Menjadi pewarta yang memulihkan tidak mungkin terjadi jika kita sendiri tidak mengalami pemulihan. Kesaksian yang kita sampaikan sangat tidak mungkin terlaksana dengan baik kalau kita sendiri tidak pernah mengalami perjumpaan dengan Sang Pemulih dan mau dipulihkan. Kerendahan hati dan tahu posisi sebagai pewarta adalah sebuah keharusan ketika kita terpanggil menjadi saksi-Nya.

Kini, berhentilah menyebarkan kesaksian tentang pesimisme, berita buruk, apalagi fitnah. Ubah, gunakan pelbagai kesempatan untuk mewartakan tahun rakhmat Tuhan sudah datang. Dia yang memulihkan pelbagai kelemahan akibat dosa-dosa kita telah mengulurkan tangan-Nya. Marilah kita sambut dengan sukacita!

Jakarta, Gaudete 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar