Ketika kita mulai, saya telah
menjinakkan amarah, hawa nafsu dan dusta, dan saya telah sanggup memberkati
mereka yang mengutuk saya - saya sudah berhasil! Maka kita akan menemukan
tantangan baru: Kesombongan! Yakni agar orang lain melihat diri kita hebat.
"Ego spiritual",
kata Jean Vanier selalu menggoda orang-orang yang hebat dalam kehidupan rohani
untuk mendapat pengakuan dari komunitasnya.
Tak pelak lagi, Yohanes adalah
"orang hebat"! Bayangkan, seharusnya orang berbondong-bondong ke
Yerusalem, menuju Rumah TUHAN menghadap para iman dengan hewan persembahan
untuk pendamaian dan penebusan dosa mereka. Namun, daya tarik luar biasa
memaksa orang untuk meninggalkan Yerusalem dan Yudea menuju padang gurun hanya untuk
mendengar hardikannya. Yohanes menarik orang banyak bukan karena ia tukang sulap
atau seorang artis top pada zamannya. Namun karena ia menjalani hidup sebagai
seorang nabi tulen, hidup yang keras dan tidak kompromi dengan dosa di padang
gurun. Ia berseru-seru dan menantang umat, seperti yang dilakukan oleh
kebanyakan nabi TUHAN.
Kini, Yohanes sebenarnya hanya
cukup mengatakan "Ya" untuk memenuhi ego spiritualnya pada saat
begitu banyak orang mengagumi karyanya. Ketika para utusan pembesar Yahudi di
Yerusalem bertanya kepadanya tentang jati diri dirinya. Ternyata Yohanes tegas
menjawab, "Aku bukan Mesias, bukan juga Elia, atau nabi yang akan datang
itu. Bukan!" (Yohanes 1:20-21). Tidak puas dengan jawaban itu, para
penanya utusan Yerusalem ini mendesak Yohanes untuk mengatakan siapakah
dirinya. Yohanes mengutip Yesaya 40:3, "dialah
suara yang berseru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan!" Dengan
kata lain, Yohanes menegaskan bahwa dirinya bukanlah orang-orang hebat seperti
yang dikatakan mereka, melainkan hanya sebagai pewarta kedatangan Tuhan dan
untuk itu dia harus berseru (bersaksi). Ia bukan sekedar suara biasa, melainkan
suara yang menyatakan bahwa Allah datang! "Dia yang akan datang",
sekarang datang!
Walau Yohanes menyatakan diri
bukan seorang nabi yang akan datang itu. Namun, apa yang dikatakannya adalah
pekerjaan seorang nabi. Seorang nabi tidak bisa dilepaskan dari tugas perutusan
yang mewartakan kehendak dan rencana Allah. Perutusan atau tugas semua nabi
adalah menyadarkan umat akan kedatangan Mesias. Untuk menyiapkan hati mereka
agar menerima-Nya, untuk mengajak mereka setia kepada Allah dan
hukum-hukum-Nya, untuk mendorong mereka agar berbela rasa dengan yang lemah,
miskin, menderita, terasingkan, dan mengingatkan mereka untuk tidak jatuh dalam
penyembahan berhala. Yohanes adalah yang terakhir dari antara nabi-nabi besar
Israel. Tugas perutusan yang dipercayakan kepadanya adalah untuk menyiapkan
jalan bagi kedatangan Tuhan.
Ada kesempatan terbuka lebar
bagi Yohanes untuk memenuhi tuntutan ego spiritualnya. Mudah baginya untuk
segera tenar dan menempati posisi terhormat. Tidak sulit membujuk orang untuk
menjadi pengikutnya, karena orang banyak sudah berbondong-bondong datang
kepadanya. Namun, ia memilih untuk tetap setia pada posisinya. Dalam
kesadarannya Yohanes mengatakan, "Aku
membaptis dengan air, tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu
kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun
aku tidak layak." (Yoh.1:26,27). Yohanes sadar sebagai pewarta tidak
boleh mencuri kemuliaan yang sedang dipersaksikannya. Sebagai saksi ia harus
merendahkan diri supaya dapat menunjuk kepada Dia yang diberi kesaksian.
Sebagaimana Yohanes telah
dipanggil dan diutus Tuhan sebagai pewarta Mesias, semua murid Yesus di
sepanjang zaman, dipanggil juga untuk
menjadi saksi yang mewartakan Mesias yang memulihkan, "Dia inilah pilihan
Allah." Dialah yang akan datang itu untuk menyembuhkan hati kita yang
terluka, untuk memberikan damai kepada kita dan untuk membawa kita lebih dalam
mengenal kebenaran.
Berkaca dari Yohanes, mereka
yang menjadi saksi Kristus tidak menyebarkan gagasan, ideologi, atau ajarannya
sendiri. Setiap saksi Kristus tidak mencari pengikut untuk diri mereka sendiri
sebagai tanda kehebatan diri. Sebaliknya, mereka berusaha membawa orang kepada
Yesus. walau untuk itu ia harus menanggung sengsara. Mereka tidak memanipulasi
orang atau memaksakan pendapat atau cara hidup mereka kepada orang lain. Mereka
percaya akan kekuatan kebenaran yang mampu meyakinkan orang dan menghormati
kebebasan orang untuk menerima kebenaran atau tidak. Para saksi Kristus akan
berbicara mengenai apa yang telah mereka hayati, mereka alami, mereka lihat,
dan mereka dengar dalam hati mereka. Mereka berbicara dengan jelas, dengan
benar, dan dengan berani, bahkan juga kalau mereka harus berhadapan dengan
perlawanan dan hinaan. Mereka bercerita bagaimana Yesus menyembuhkan hati
mereka yang keras seperti batu, membawa mereka masuk ke dalam dunia kasih dan
bela rasa universal, dan meruntuhkan hambatan-hambatan budaya, ketakutan, dan
dosa yang membuat mereka tertutup dalam diri mereka sendiri. Mereka mengalami
dan tahu betul apa itu pemulihan.
Para saksi berkisah mengenai
bagaimana Yesus mengubah hidup mereka dan memberi mereka kemerdekaan, damai dan
kegembiraan batin. Manusia di dunia ini akan menemukan harapan kalau saja
mereka berjumpa dengan pewarta-pewarta yang dapat dipercaya - tidak berdusta
sama seperti Yohanes - pribadi-pribadi baik laki-laki maupun perempuan yang
mempunyai iman yang hidup, yang memberi kesaksian mengenai kehadiran Allah -
lebih dengan hidup mereka, dengan bela rasa mereka yang semakin besar dan kasih
mereka yang meneguhkan ketimbang dengan gagasan atau kata-kata mereka. Yesus
berkata, orang akan mengenal murid-murid-Nya melalui kasih yang mereka nyatakan
satu terhadap yang lain (Yoh.13:35).
Yohanes Pembaptis adalah saksi
yang rendah hati. Kalau dia menarik perhatian orang-orang dari Yerusalem dan
juga Yudea, hal itu tidak untuk memuaskan ego spiritualnya sendiri, tetapi
untuk membawa orang berjumpa dengan Yesus. Yang penting adalah Yesus! Ia bukan
apa-apa dibandingkan dengan Yesus. Yohanes - melalui pewartaannya - berhasil
memperjumpakan orang dengan Mesias dan mereka yang menyambut Mesias mengalami
perbagai pemulihan: yang sakit disembuhkan, buta dicelikkan, kusta ditahirkan,
tersisih diraih-Nya, pendosa dirangkul dan diampuni-Nya, sungguh tahun rakhmat
Tuhan sudah datang. Berita sukacita - Gaudete!
Tuhan menginginkan berita
sukacita ini tidak berhenti pada Anda dan saya. Kita diminta-Nya meneruskan
kepada semua makhluk. Menjadi pewarta yang memulihkan tidak mungkin terjadi
jika kita sendiri tidak mengalami pemulihan. Kesaksian yang kita sampaikan
sangat tidak mungkin terlaksana dengan baik kalau kita sendiri tidak pernah
mengalami perjumpaan dengan Sang Pemulih dan mau dipulihkan. Kerendahan hati
dan tahu posisi sebagai pewarta adalah sebuah keharusan ketika kita terpanggil
menjadi saksi-Nya.
Kini, berhentilah menyebarkan
kesaksian tentang pesimisme, berita buruk, apalagi fitnah. Ubah, gunakan
pelbagai kesempatan untuk mewartakan tahun rakhmat Tuhan sudah datang. Dia yang
memulihkan pelbagai kelemahan akibat dosa-dosa kita telah mengulurkan tangan-Nya.
Marilah kita sambut dengan sukacita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar