Apa yang Anda akan lakukan
jika tiba-tiba Anda mendapatkan uang Rp. 66 miliar? Tentu banyak hal yang bisa diperbuat
dengan 66 miliar! John Lewis (56) yang berdomisili di area Saranac Lake, Yew
York, Amerika Serikat adalah orang yang beruntung memenangi hadiah lotre
sebesar 5 juta dollar AS, setara Rp. 66 Miliar. Sebelumnya Lewis tidak pernah
membeli lotre apalagi keranjingan. Hari itu ia pergi ke sebuah toko sebelum
berangkat ke tempat kerjanya. Ia berniat membeli jamur untuk saus spageti,
resep kuno peninggalan sang ayah. Uang kembalian 10 dollar ia belikan satu set kupon
loter melalui sebuah mesin otomatis di toko itu. "Saya tidak pernah
mengeluarkan uang untuk hal-hal seperti ini," katanya. Tentu saja ia
sangat gembira mendapat uang sebanyak itu. Lalu apa yang dilakukan Lewis dengan
uang itu? Ternyata ia memilih hadiah lotre itu diterimanya dalam bentuk cicilan
172.068 dollar AS per tahun. Lewis berencana uang itu digunakan untuk
pengobatan anggota keluarganya yang sedang sakit!
Sementara banyak orang memakai
pelbagai cara mendapatkan uang untuk memerkaya diri sendiri, hidup dalam
kemewahan dan hedonisme, kita masih menemukan masih saja ada segelintir orang
yang menggunakan kekayaannya untuk menolong sesamanya. Padahal bagi kebanyakan
orang uang dan kuasa yang ada di tangan dapat digunakan untuk kepentingan dan
kenyamanan sendiri.
Mesias, Anak Allah yang hidup!
Demikian pengakuan Petrus terhadap Yesus. Sangat mungkin dalam benaknya bahwa
Sang Mesias inilah yang akan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para
pengikut-Nya. Banyangkan, Petrus dan teman-temannya telah banyak menyaksikan
kehebatan Yesus. Ia dapat menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, berjalan di
atas air, memberi makan banyak orang hanya dengan lima roti dan dua ekor ikan,
dan seterusnya. Kenyakinan mereka kini Sang Mesias akan tanpil digdaya, sakti
mandra guna dan menumpas semua lawan-laman mereka. Sesuadah itu tampuk
kekuasaan segera menanti. Mereka bukan lagi rakyat jajahan! Ternyata semua
angan ini keliru. Sang Mesias harus menderita demi melaksanakan kehendak
Bapa-Nya. ALih-alih menubuatkan Mesias heroik, Yesus mengatakan bahwa Ia akan
menderita dan dibunuh, seperti yang sudah dirancangkan oleh orang Farisi
(Mat.12:14).
Tentu - dengan pemikiran
kepentingan yang sangat manusiawi dan duniawi - pernyataan Yesus ini sulit
dicerna oleh para murid. Lagi-lagi Petrus tampil mewakili para murid yang lain.
Ia menegur Yesus sambil menghalangi jalan-Nya. Ia menyerukan belaskasihan Allah
(hiles soi) kepada Yesus. Allah tidak mungkin
membiarkan Anak-Nya ditimpa penderitaan itu. Di sini Petrus tanpa sadar menirukan
kata-kata yang diucapkan oleh Iblis kepada Yesus ketika berada di atas bubungan
Bait Suci (Mat.4:5,6). Teguran Petrus yang mau membelokkan Yesus dari
jalan-Nya, ditanggapi Yesus dengan teguran yang lebih keras lagi. Petrus yang
baru saja dikukuhkan sebagai "batu
karang", kini dicela sebagai "batu sandungan". Petrus yang
baru saja dikatakan bahagia karena menerima pernyataan Bapa (Mat.16:17),
sekarang dikutuk karena mengikuti penalaran dan kehendak manusiawinya.
Apa yang terjadi dengan
para murid yang menyangkal bahwa Sang Guru ini akan menderita sengsara dan
mati? Tidak lain karena mereka takut akan implikasi atau dampak yang harus
mereka terima. Bayangkan, Sang Mesias, pemimpin mereka saja bisa dianiaya dan
dihukum mati, bagaimana nanti dengan para pengikut-Nya!
Mau hidup aman, nyaman
dan tidak mau terkena dampak yang menyulitkan dan membuat sengsara itulah
tabiat dan penalaran manusia. "Enyahlah
Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa
yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Matius
16:23). Ternyata dalam pandangan Yesus: egoisme, memikirkan kenyamanan sendiri
merupakan pikiran manusia yang sejajar dengan tabiat Iblis. Petrus disejajarkan
dengan Iblis oleh karena pernyataannya sekarang bertolak belakang dengan
pemikiran Allah.
Cara Petrus menolak
pernyataan bahwa Mesias harus menderita, mengungkapkan apa yang spontan ada
dalam hati setiap pengikut Yesus, yakni keengganan untuk menerima penderitaan
dan kematian sebagai bagian dari jalan Tuhan untuk mencapai tujuan-Nya.
Pengikut Yesus menutup mata terhadap sisi sengsara Yesus karena takut
konsekuensi bagi dirinya. Keengganan itu dapat membelokkan kita dari jalan
hidup yang digariskan Tuhan bagi manusia.
Manusia tertarik untuk
mengikuti aspirasi hidup kaya, banyak uang, nyaman, masyur, sukses, berkuasa
dan seterusnya. Inilah pemikiran umum manusia. Namun, jalan itu tidak
memberikan hidup sejati yang akan bertahan. Jalan itu hanya akan menghantar
orang kepada tebing tinggi yang selanjutnya jatuh ke dalam kebinasaan.
Sebaliknya, mengikut Yesus akan membawa serta orang dalam tugas pelayanan, pengorbanan,
penderitaan dan salib. Namun, yang tak terduga akan membuahkan hasil kehidupan
kekal yang tidak pernah akan hilang, juga tidak dalam kematian atau pun
pengadilan. Di sinilah letak pengharapan itu sehingga setiap orang yang mampu
melihatnya akan dapat menyangkal diri dan memikul salib! Mengesampingkan
egoisme, pementingan diri sendiri dan "menempatkannya di belakang"
Yesus.
Di sinilah letak cinta
kasih Yesus. Ia tidak membiarkan para murid larut dalam ambisi mereka. maka
Yesus menghardik dan menyadarkan dengan keras, "Enyahlah!" Lengkapnya berbunyi, "Enyahlah, di belakang Aku!" Petrus
yang mencoba menghalangi jalan Yesus dihardik supaya ada "di belakang
Yesus ("...mau mengikut AKu"),
begitu juga sekarang semua murid diajak untuk berjalan di belakang Yesus, ikut
dari belakang menempuh jalan Yesus. Implikasinya adalah melepaskan kepentingan
diri sendiri, kenyamanan, dan ambisinya. Inilah makna dari "menyangkal
diri" dan "memikul salib". Para murid yang sudah mengakui Yesus
sebagai Mesias dan Anak Allah, kini diajar juga untuk menerima-Nya sebagai Anak
Manusia yang harus menderita dan dibunuh untuk bangkit dan masuk dalam
kemuliaan Bapa.
Kondisi kita mungkin
saja tidak seperti John Luwis dengan uang 66 Miliarnya. Namun, kita
menghidupkan harapan Yesus di manapun kita berada. Hidup tidak mementingkan
diri, berusaha memberdayakan orang lain, menyalurkan cinta kasih Allah dapat
dilakukan dengan hal-hal yang sangat sederhana. Sesederhana memberikan senyuman
tulus, membukakan pintu buat orang lain, berbagi makanan, membantu
menyeberangkan jalan bagi seorang nenek, menunjukkan dengan tepat orang yang
mencari alamat, berbagi tempat dan ruang, dan seterusnya. Bisa saja apa yang
kita lakukan membuat sedikit banyak kita kerepotan, namun percayalah ada
sesuatu yang lain akan menyebar dari kedalaman hati kita, itulah kebahagiaan.
Itulah jalan pemikiran yang Tuhan inginkan terjadi dalam kehidupan kita!
Jakarta, 30 Agustus
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar