Minggu Prapaskah 1 ,2015
Tetuka diasuh di alam khayangan oleh Narada. Narada sendiri sedang
menghadapi lawan yang cukup tangguh, yakni Patih Sekipu dari Kerajaan
Trabelasuket yang diutus untuk melamar bidadari Batari Supraba. Katotkaca
dihadapkan sebagai lawan Sekipu oleh Batara Narada. Sekipu kewalahan, semakin
dihajar justeru Tetuka semakin kuat. Gemblengan Narada tidak sebatas
menghadapkan Tetuka menjadi lawan Sekipu, selanjutnya ia menceburkan Tetuka
ke kawah Candradimuka, di Gunung
Jamurdipa, kawah mendidih dan berbau belerang. Para dewa kemudian melemparkan
berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah itu.
Beberapa waktu kemudian, Tetuka muncul ke permukaan dengan penampilan
berbeda. Kini, ia telah menjadi lelaki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa
telah melebur menjadi satu dengan tubuhnya. Kemudian Tetuka bertarung melawan
Sekipu dan berhasil membunuhnya dengan gigitan taringnya. Kresna dan para
Pandawa saat itu menyusul ke kahyangan untuk memotong taring Tetuka serta
menyuruhnya menghilangkan sifat-sifat kaum raksasa. Batara Guru, raja kahyangan
menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma untuk
dipakai Tetuka, dan sejak saat itu berganti nama menjadi Gatotkaca. Dengan
gemlengan Kawah Candradimuka dan perlengkapan pakaian pusaka Gatotkaca mampu
terbang menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona. Selanjutnya,
Gatotkaca membantu Pandawa dalam menghadapi peperangan melawan Kurawa dan
berhasil membunuh beribu-ribu pasukan Kurawa sampai akhirnya ia gugur di tangan
Kubakarna. Ia gugur sekaligus menyelamatkan nyawa pamannya, Arjuna!
Yesus Kristus jelas bukan Gatotkaca. Namun, ada hal yang mirip. Sebelum
memasuki “medan perang”, Yesus pun digemleng dalam “Kawah Candradimuka”. Ketika
Yesus akan memulai kiprahnya dalam menjalankan misi Bapa, yakni memberitakan
Injil Kerajaan Allah, Ia memulai dengan suatu perjalanan panjang, kurang-lebih
seratus kilometer, dari Nazaret, kampung halaman-Nya ke tanah Galilea ke sungai
Yordan. Ia ditempa di sana. Meski tidak berdosa, Ia solider dengan keberdosaan
manusia. Ia menceburkan diri, dibaptis dan ikut dalam gerakan moral pertobatan!
Setelah itu, dilanjutkan dengan tempaan yang lebih dasyat di padang gurun. Bila
Tetuka selalu diawasi oleh Narada dan para dewa yang kemudian memberikan
senjata-senjata pusaka, Yesus seorang diri menahan panas terik dan dinginnya
malam gurun pasir gersang tanpa makanan dan minuman. “Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar…”(Markus
1:13b). Padang gurun menggambarkan ketandusan, godaan, pencobaan, kesukaran,
bahaya dan kejahatan.
Benar, sebelum memasuki padang gurun, dalam baptisan-Nya ada sebuah “pengakuan dan penegasan” dari Yang Mahatinggi. Hal ini menjadi
sebuah persiapan yang pertama dan utama. Penegasan bahwa Yesus adalah Anak
Allah dan Ia diutus untuk memberitakan kabar keselamatan kepada dunia. Pengakuan dan penegasan bahwa Yesus adalah
Anak Allah tidak membebaskan diri-Nya luput dari gemblengan dan tempaan yang mahadasyat.
Pencobaan tersebut juga menunjukkan bahwa “jalan” yang
akan ditempuh oleh Yesus dalam memberitakan Injil bukanlah jalan yang mudah. Justeru, semakin tidak mudahnya jalan yang akan
ditempuh seseorang, maka semakin serius persiapan yang harus dilakukan sebelum
perjalanan itu dimulai. Ketika kita akan mengadakan perjalanan juah dengan
bahaya dan resiko besar, maka persiapannya pasti berbeda dengan ketika kita
akan berangkat ke kantor atau ke sekolah. Pemberitaan Injil jelas bukan masalah
sepele, bukan main-main maka persiapannya pun tidak bisa asal-asalan. Yesus akan menemukan berbagai macam kesulitan dalam tugas yang harus
diemban-Nya. Namun, hal menarik dari semua “persiapan” berat yang dijalani oleh Yesus adalah persiapan itu sendiri sudah menjadi sebuah
pemberitaan kabar sukacita: kuasa Iblis sudah dikalahkan!
Setiap keberhasilan tentulah harus melalui proses yang tidak mudah. Ada
tempaan dan gemblengan. Semakin berat gemblengan yang diterima seseorang maka
akan semakin kuat ia menghadapi pelbagai-bagai tantangan kehidupan. Kita menempa
anak-anak kita, mereka harus disiplin, belajar, bersekolah dan membiasakan
hal-hal yang baik dan benar oleh karena tidak ingin anak-anak kita menjadi
pecundang. Kita mengharapkan mereka berhasil dalam hidup bukan hanya materi
tetapi karakter dan spiritualitasnya. Belajar dari kisah Yesus dicobai di
padang gurun, maka tidak mustahil setiap orang yang percaya tidak terlepas dari
pencobaan itu. Orang Kristen tidak imun dari pencobaan, bahkan bisa jadi
pencobaan yang Tuhan ijinkan akan lebih berat dari pada orang lain. Jika
demikian bagaimanakah menghadapinya? Tidak ada jalan lain, kecuali belajar dari
apa yang Yesus lakukan.
Hubungan Yesus dengan Bapa-Nya begitu intim, sangat dekat, bukan hanya simbolik.
Baptisan yang diterima-Nya jelas bukanlah hanya sekedar simbol. Setelah
baptisan-Nya, Ia mengalami pemurnian di padang gurun. Kita dapat menghadapi
pelbagai-bagai pencobaan bukan hanya dengan kiasan simboloik. Itu tidak cukup!
Baptisan jelas adalah tindakan simbolik, pada dirinya tidak mengandung kekuatan
apa-apa, hanya sebuah tindakan jasmani. Petrus mengatakan, “Juga kamu diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan
untuk membersihkan kenajizan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani
yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus,..”(I Petrus 3:21).
Baptisan yang kita terima juga adalah tindakan simbolik. Namun, melalui
itu seharusnya ada dorongan yang kuat
dalam diri kita untuk memunculkan sebuah tekad memurnikan hati di hadapan
Allah. Semakin dekat dan bergantung kepada-Nya!
Hari ini mungkin Anda bertanya,
“Koq setelah saya ikut Yesus,
dibaptiskan di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, masalah tidak kunjung reda.
Beban terasa begitu berat dan menyesakkan dada. Apakah Allah lupa terhadap
janji-Nya? Tidak! Allah tidak pernah lupa terhadap janji-Nya. Jangan mudah
menyerah, pandanglah dari sisi positif bahwa setiap pergumulan dan pencobaan
yang tampaknya begitu berat, itu pertanda bahwa Tuhan tidak main-main dengan
rencana-Nya dalam hidup Anda. Ada rancangan yang besar yang sedang dirajut-Nya
buat Anda. Bisa jadi – melalui Anda – Tuhan berencana agar Injil-Nya tersentuh
oleh banyak orang. Ada orang-orang di sekitar Anda yang melihat bahwa tangan
kuasa-Nya begitu besar. Yakin dan percayalah bahwa sejak semula kuasa Iblis
sudah dikalahkan. Hanya sekarang fokuslah kepada Tuhan, pasti Ia akan bertindak
dan tidak membiarkan kita dicobai melampaui kekuatan Anda! Setelah selesai itu
semua maka Anda akan melihat pelangi yang indah seperti Nabi Nuh dan
keluarganya melihat busur membentang berwarna-warni sangat indah setelah air
bah usai!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar