Kamis, 29 Januari 2015

MENGAJAR DAN BERKATA-KATA DENGAN KUASA

Di tengah gunjang-ganjing prahara Polri VS KPK, muncullah beberapa spekulasi pendapat mengenai sosok sang Presiden, Jokowi. Para pengamat politik umumnya berkomentar bahwa sang Presiden sedang gundah-gulana, berada dalam tekanan maha berat sehingga terlihat gamang dalam mengambil keputusan. Seolah menjadi pembenaran bagi para pakar politik ketika sang Presiden menulis status di akun facebook dalam bahasa Jawa, “Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti…” Arti kalimat ini teramat dalam.

Suro : Keberanian yang ada dalam diri manusia. Manusia dianugerahi Tuhan dengan sifat keberanian, namun jika keberaniaan ini tanpa kendali, akibatnya menjadi destruktif. Manusia berani melakukan kesewenangan dan kejahatan.

Diro : Kekuatan, kekuatan yang ada dalam diri manusia bila diberdayakan akan menjadi kekuatan luar biasa, baik kekuatan lahir maupun kekuatan batin.

Joyo : Kejayaan. Apabila manusia sudah meraih kesuksesan/kejayaan dan lepas dari kendali nurani, yang terjadi adalah manusia itu menjadi pongah, sombong, angkuh dan jauh dari prinsip moral dan prikemanusiaan.

Ningrat : Bergelimang dengan kekayaan dan kenikmatan duniawi. Ningrat bisa juga berarti gelar bangsawan yang hidup dalam menara gading, serba mewah.

Lebur : Hancur luluh tak berbekas, sirna atau tunduk menyerah.

Dening : Dengan

Pangastuti : Kasih sayang, kebaikan.

Sederhananya Suro Diro Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti berarti : “Segala sifat keras hati, picik, serakah  dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lemah lembut dan sabar sebagai bentuk nyata dari kasih sayang!

Betulkah kasih sayang berkuasa mengenyahkan segala bentuk keserakahan, penindasan dan penderitaan? Ataukah itu semua hanya sebuah jargon isapan jempol?

Dunia ini penuh dengan penderitaan. Penderitaan menurut kesaksian kitab suci bersumber dari kuasa jahat yang sering dinamai Iblis. Entah itu upaya mencari kambing hitam, melemparkan kesalahan kepada si Iblis agar manusia lepas dari tanggung jawab ataukah benar-benar si Iblis itu nyata, menjadi pengalaman empirik manusia? Pada jamannya dengan pemikiran sederhana, kuasa Iblis yang destruktif itu begitu nyata. Sehingga hampir semua penderitaan yang dialami manusia selalu dikaitkan dengan peran si Jahat itu.

Orang-orang Yahudi, termasuk juga orang-orang yang hidup di dunia kuno – mungkin juga sampai sekarang – percaya kepada setan-setan dan roh-roh jahat yang dapat mengganggu kehidupan manusia. Pertanyaannya kemudian, darimanakah setan-setan dan roh-roh jahat itu berasal. Mengenai pertanyaan ini, secara mitos ada beberapa jawaban: Ada yang percaya bahwa usia setan-setan itu sama tuanya dengan usia awal penciptaan alam semesta. Lalu ada pula yang meyakini bahwa setan-setan itu adalah roh-roh (arwah) orang jahat yang telah meninggal dunia dan yang masih meneruskan melakukan perbuatan jahat. Namun, banyak orang Yahudi yang menghubungkan roh-roh jahat ini dengan cerita lama dalam Kejadian 6 :1-8, tentang kejahatan manusia.

Orang Yahudi mengurai cerita tersebut sebagai berikut. Ada dua malaikat yang meninggalkan Allah dan turun ke bumi karena mereka tertarik pada kecantikan wanita-wanita fana. Nam mereka adalah  Assael dan Syemakhsai. Salah satu kembali kepada Allah. Yang lainnya tetap tinggal di bumi dan memuaskan nafsunya. Nah, roh-roh jahat ini adalah anak-anak yang dilahirkan mereka. Kata kolektif untuk roh-roh jahat adalah mazzikin, yang berarti “ia yang mengganggu”. Dengan demikian, roh-roh jahat adalah makhluk jahat yang berada di antara Allah dan manusia yang mendatangkan kerugian kepada manusia.

Menurut kepercayaan orang Yahudi, roh-roh jahat bisa makan dan minum serta melahirkan anak-anak. Jumlah mereka sangat banyak. Setiap orang memiliki sepuluh ribu roh jahat di tangan kanannya dan sepuluh ribu di tangan kirinya. Mereka tinggal di tempat-tempat kotor, seperti kuburan dan tempat-tempat di mana tidak ada air pembersih. Mereka tinggal di padang gurun di mana gaung suara mereka dapat didengar. Mereka diyakini berbahaya  bagi orang yang sedang melkukan perjalanan seorang diri, bagi perempuan yang sedang melahirkan, bagi pasangan mempelai, bagi anak-anak yang berada di luar rumah pada malam hari. Ada roh jahat yang membuat orang bisa buta, kusta, lumpuh. Ada juga yang membuat orang mengalami sakit jantung. Mereka bisa memindahkan sifat-sifat jahatnya kepada manusia. Misalnya, mata jahat yang bisa mengubah keadaan baik menjadi buruk. Mereka bisa bekerjasama dengan hewan-hewan, seperti: ular, sapi, keledai, dan nyamuk. Mereka bisa menyebarkan penyakit!

Mungkin kita yang hidup di dunia moderen akan tertawa dengan uraian asal-usul roh=roh jahat itu. Namun, setidaknya orang-orang sampai pada jaman Perjanjian Baru mengenalnya demikian. Pengalaman dan keyakinan itu begitu konkrit. Sama seperti suku-suku terasing di negeri kita merasakan begitu nyata roh-roh itu dapat bergaul dengan mereka. Maka firman Allah dalam diri Kristus menyapa “pengalaman yang konkrit itu” dan bukan sekedar menyapanya, melainkan sekaligus menjawab penderitaan dan menunjukkan kuasa-Nya kepada mereka! (Sumber: William Barclay: Injil Markus)

Markus 1:21-28 mengisahkan tentang Yesus mengajar di rumah ibadat di Kapernaun disertai pengusiran roh jahat. Markus lebih suka memotret reaksi orang banyak yang takjub dengan peristiwa itu ketimbang mencatat apa yang diajarkan Yesus. Yesus digambarkan sebagai sosok Guru yang berbeda dari pada rabi-rabi Yahudi yang biasa mengajar. Ia tampil penuh pesona, kharisma dan kuasa.

Tak pelak lagi banyak orang lebih tertarik pada kisah mengenai orang yang kerasukan setan itu. Padahal, Markus hendak menekankan hubungan antara kegiatan Yesus mengajar dan pengusiran roh jahat. Tujuan utama Yesus adalah mengajar. Apa yang diajarkan-Nya, tidak lain : Kerajaan Allah sudah dekat! Karena Kerajaan Allah sudah dekat bahkan sudah datang di dalam diri-Nya, maka kuasa-kuasa jahat harus mundur! Pengusiran roh dan penyembuhan ajaib adalah kelanjutan dari benarnya warta itu, bukan dibalik seperti kekristenan kontemporer yang gemar mengekspose mujizat.

Begitulah pada hari itu, di sebuah tempat ibadat, Ia mulai mewartakan Kerajaan Allah. Orang-orang datang untuk menjalankan ibadah Sabat dan mendengarkan bacaan dari Taurat dan Para nabi serta penjelasannya. Setelah itu mereka juga berbincang-bincang mengenai macam-macam hal. Markus mencatat bagaimana orang takjub mendengar Yesus berkata-kata. Hati mereka tersentuh. Ia dapat menyalurkan kekuatan batin kepada pendengarnya dengan kata-kata pengajaran. Namun, di antara pendengarnya, terselip orang yang kerasukan roh jahat. Apa yang terjadi dengan orang yang kerasukan ini? Tidak tahan! Ia berteriak. Lalu terjadilah dialog antara Yesus dengan kuasa jahat itu. Roh jahat itu merasa terganggu dengan kehadiran Yesus. Ia marah. Namun, Yesus menghardik dan menyuruhnya keluar.

Dalam peristiwa itu, Yesus bukan hanya berkuasa dalam mengusir setan, tetapi juga Ia mengajar dengan penuh kuasa. Markus hendak menyampaikan bahwa, ajaran Yesus dan tindakannya mengeluarkan roh jahat berhubungan erat satu dengan yang lainnya. Keduanya “disertai dengan kuasa”. Injil ini mengajak kita mendekat kepada pribadi Yesus. Bukan kepada sekumpulan ajaran belaka. Keterpukauan orang-orang yang mengenal Yesus itu disampaikan kepada kita supaya kita berani datang mendekat dan mendengarkannya. Markus juga hendak membuat kita melihat bahwa dalam memberi pengajaran, Yesus juga menyingkirkan pengaruh roh jahat yang mengancam kita. Inilah kebesarannya. Inilah kuasanya. Dan kita diajak mendekat kepadanya. (sumber: Agustinus Gianto, dlm: “Wah…Apa itu?”)

Kini kuasa-kuasa jahat itu dapat menjelma dari diri siapa pun.  Kuasa itu tercermin dalam diri manusia yang serakah, tamak dan gemar menindas. Dulu Yesus mengusirnya dengan pewartaan Kerajaan Allah. Inti Kerajaan Allah adalah kasih sayang-Nya kepada semua makhluk. Benar, kata Jokowi dalam statusnya di facebook, kuasa-kuasa demonic itu akan hancur lebur apabila setiap orang yang percaya kepada-Nya menghadirkan Kerajaan Allah! Kerajaaan cinta kasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar