Rabu, 24 Desember 2014

RAJA YANG DATANG MELAKUKAN TRANSFORMASI HIDUP

Injil Lukas mengisahkan bahwa berita kelahiran Sang Mesias pertama-tama disampaikan Malaikat Tuhan kepada para gembala. Siapakah mereka? Sebegitu pentingkah peran gembala? Ya, mungkin kita teringat dua tokoh besar dalam Alkitab adalah mantan gembala. Musa dan Daud. Alkitab juga mencatat syair pujian dan nas-nas tentang gembal. Kita bisa menemukannya dalam Mazmur 23 dan Yohanes 10. Betapa mulianya pekerjaan sang gembala itu! Sehingga Yesus pun diberi gelar “Gembala yang baik”. Apakah peran dan penghargaan masyarakat terhadap gembala pada masa kelahiran Yesus masih seperti apa yang disebutkan dalam Kitab Suci?

Peran dan penghargaan para gembala pada masa kelahiran Yesus tidaklah seideal seperti yang diagungkan dalam Kitab Suci. Gembala adalah orang-orang kasar, yang tidak selalu menuruti apa yang menjadi kaidah etik dalam masyarakat. Para rabi Yahudi memandang rendah kepada mereka sebabnya mereka tidak selalu mempedulikan hukum-hukum ritual agama. Di daerah-daerah yang sulit air mereka mengabaikan pembasuhan-pembasuhan yang diwajibkan oleh agama. Dalam kemiskinannya, tentu saja para gembala ini dengan sengaja menggembalakan domba-domba mereka di ladang orang lain. Jadi wajar saja kalau kemudian para rabi atau imam Yahudi menganggap mereka tidak dapat dipercaya sama sekali, sehingga mereka tidak diperbolehkan menjadi saksi di depan pengadilan.

Mungkin saja gembala-gembala yang diceritakan Lukas 2:8 ini berprilaku seperti itu. Pernah disangka bahwa para gembala itu adalah mereka yang berada di sekitar Betelehem yang menyediakan domba-domba untuk keperluan korban persembahan dalam Bait Allah di Yerusalem. Tetapi adakah hal itu merupakan jaminan bahwa mereka lebih saleh dari yang lain? Mungkin ya, tetapi yang mendekati kenyataannya mereka itu sama saja dengan yang lain.

Nah, sama seperti Kristus lahir dalam sebuah kandang (bukan di istana), demikianlah Injil (kabar baik) tetang kelahiran itu pertama-tama diberitahukan kepada para gembala yang miskin dan hina; dan orang-orang ini, yang menurut imam-imam Yahudi tidak boleh ditunjuk menjadi saksi di depan pengadilan, justeru merekalah yang dibuat Tuhan menjadi saksi pertama dari Kristus.

Berita itu berbunyi, “Jangan takut!” Bukankah ada banyak alasan manusia, terlebih para gembala yang miskin dan hina untuk menjadi takut? Ada tiga penjelasan yang diberikan Malaikat, yakni :

1.   Malaikat itu memberitakan. Kata Yunani yang terdapat di sana adalah euangelion artinya : ”aku memberitakan kepadamu kabar baik (Injil). Malaikat itu datang bukan membawa berita buruk atau ancaman tetapi:

2.    Kesukaan besar. Dengan perkataan lain: dengarkan baik-baik, hai para gembala sebab kabar itu akan berisi berita kesukaan besar, dan adakah berita yang lebih berharaga dari itu? Dan berita itu bukan hanya untuk para gembala saja, melainkan:

3.    Bagi seluruh bangsa. Ungkapan ini dapat berarti: untuk seluruh bangsa Israel. Tetapi dengan terjemahan ke dalam bahasa Aram (dalam zaman itu adalah bahasa rakyat) maka artinya dapat meluas menjadi “untuk setiap orang”.

Dan Malaikat itu memberi jawaban untuk mengatasi ketakutan itu, yaitu: Hari ini telah lahir bagimu. Kata hari ini menekankan bahwa kepercayaan Kristen bukanlah berdasarkan salah satu anggapan, ajaran, ilmu gaib, dongeng atau mitos, melainkan berdasarkan kenyataan yang berlangsung di tengah-tengah sejarah dunia. Di negeri Yahudi pada zaman itu. Juga kata telah lahir  menjelaskan kepada kita bahwa Yesus tidak turun ke bumi seperti cara dewa-dewa turun ke bumi dalam mitos-mitos kuno, yaitu dengan menjelma secara sementar dan dengan penampakkan diri sedemikian rupa sehingga mereka terlihat seperti manusia. Tidak! Yesus lahir dari seorang Maria. Artinya, bahwa Ia telah lahir seperti kita, menjadi manusia seperti kita, manusia yang terdiri dari darah dan daging.

Siapakah gerangan anak yang lahir ini?

1.  Ia disebutkan sebagai Juruselamat (Yun: soter) yang berarti bahwa Ia adalah Penyelamat, Pelepas, Penolong , yang hendak menyelamatkan manusia dan dunia. Pada zaman Yesus, para kaisar Romawi juga diberi gelar seperti itu. Lalu apa yang membedakan gelar itu? Kaisar biasanya naik tahta dengan menggunakan kekerasan dan memperluas wilayah kekuasaanya dengan jalan pedang. Mereka menuntut rakyat untuk memuja dan menghormati dengan tekanan dan intimidasi. Yesus berbeda. Yesus datang sebagai Penyelamat dalam kesederhanaan, mengosongkan diri-Nya, menebarkan kasih dan damai sejahtera.

2.   Ia disebut Kristus (Ibr.: Mesias) yang berarti “Yang diurapi” (seperti dalam tradisi Perjanjian Lama, imam dan raja diurapi untuk jabatannya). Dengan perkataan lain: anak yang lahir itu adalah Mesias sejati yang dinanti-nantikan orang Yahudi.

3.  Ia disebut Kyrios yang dapat diterjemahkan dengan Tuhan, tetapi juga dengan kata-kata seperti Tuanku, Gusti.  Gelar ini adalah penegasan terhadap Mesias yang dinanti-natikan itu (Mazmur 110:1)

Tentang kelahiran Yesus, masih dikatakan lagi bahwa itu terjadi di “Kota Daud”, yakni Betlehem. Para gembala itu pergi menuju Betlehem. “...gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain, ‘Mari kita pergi ke Betlehem untuk melihat’...” Kita dapat bertanya kepada siapa ajakan itu disampaikan? Kita biasa mendengar dan manafsirkan, tentunya ajakan itu ditujukan kepada sesama para gembala dan tampaknya logis sekali. Namun, cobalah kita berpikir bahwa bacaan berita Natal ini juga ditujukan kepada Teofilus (pembaca pertama tulisan Lukas) dan selanjutnya kepada pembaca-pembaca Lukas yang lainnya termasuk Anda dan saya. Teks ini membuat siapa saja dapat diajak oleh para gembala untuk bersama-sama pergi ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi dalam wujud yang membuat orang mulai bersimpati kepada Tuhan.

Orang-orang, termasuk kita diajak para gembala untuk ke “Betlehem”. Tempat yang semua orang pada masa itu sudah tahu, kita pun pasti tidak asing lagi. Natal menurut Lukas tidak lain mendapatkan Dia yang lahir di tempat yang bisa dijangkau oleh siapa pun, -di “Betlehem”- boleh jadi dalam diri orang yang kita cinta, boleh jadi dalam kehidupan orang-orang yang kita layani, sangat mungkin Ia “lahir” dalam diri orang-orang tersisihkan (seperti dalam Matius 25). Sang Mesias dapat menjelma dalam diri orang-orang yang membutuhkan damai sejahtera, kesepian bahkan bisa dalam diri kita sendiri yang diajak serta ikut menghadirkannya.

Dunia ini terus-menerus bergerak kepada kebinasaan. Kerusakan alam raya, lingkungan hidup kian tidak terbendung. Spesies makhluk-makhluk hidup setiap hari berkurang karena binasa. Keserakahan merajalela di mana-mana, jangan tanya lagi tentang moralitas. Itulah Betlehem masa kini. Di sinilah Mesias juga harus dilahirkan. Mesia-mesia yang membawa perubahan, transformasi ke arah yang lebih baik. Betlehem bisa bermacam-macam wujud , namun satu hal sama, di situlah Tuhan diam dan menantikan orang datang untuk menyatakan simpati kepada-Nya. Para gembala telah mengajak Anda dan saya, apa respon kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar