Injil Lukas mengisahkan bahwa
berita kelahiran Sang Mesias pertama-tama disampaikan Malaikat Tuhan kepada
para gembala. Siapakah mereka? Sebegitu pentingkah peran gembala? Ya, mungkin
kita teringat dua tokoh besar dalam Alkitab adalah mantan gembala. Musa dan
Daud. Alkitab juga mencatat syair pujian dan nas-nas tentang gembal. Kita bisa
menemukannya dalam Mazmur 23 dan Yohanes 10. Betapa mulianya pekerjaan sang
gembala itu! Sehingga Yesus pun diberi gelar “Gembala yang baik”. Apakah peran dan
penghargaan masyarakat terhadap gembala pada masa kelahiran Yesus masih seperti
apa yang disebutkan dalam Kitab Suci?
Peran dan penghargaan para
gembala pada masa kelahiran Yesus tidaklah seideal seperti yang diagungkan
dalam Kitab Suci. Gembala adalah orang-orang kasar, yang tidak selalu menuruti
apa yang menjadi kaidah etik dalam masyarakat. Para rabi Yahudi memandang
rendah kepada mereka sebabnya mereka tidak selalu mempedulikan hukum-hukum
ritual agama. Di daerah-daerah yang sulit air mereka mengabaikan
pembasuhan-pembasuhan yang diwajibkan oleh agama. Dalam kemiskinannya, tentu
saja para gembala ini dengan sengaja menggembalakan domba-domba mereka di
ladang orang lain. Jadi wajar saja kalau kemudian para rabi atau imam Yahudi
menganggap mereka tidak dapat dipercaya sama sekali, sehingga mereka tidak
diperbolehkan menjadi saksi di depan pengadilan.
Mungkin saja gembala-gembala
yang diceritakan Lukas 2:8 ini berprilaku seperti itu. Pernah disangka bahwa
para gembala itu adalah mereka yang berada di sekitar Betelehem yang
menyediakan domba-domba untuk keperluan korban persembahan dalam Bait Allah di
Yerusalem. Tetapi adakah hal itu merupakan jaminan bahwa mereka lebih saleh
dari yang lain? Mungkin ya, tetapi yang mendekati kenyataannya mereka itu sama
saja dengan yang lain.
Nah, sama seperti Kristus
lahir dalam sebuah kandang (bukan di istana), demikianlah Injil (kabar baik)
tetang kelahiran itu pertama-tama diberitahukan kepada para gembala yang miskin
dan hina; dan orang-orang ini, yang menurut imam-imam Yahudi tidak boleh
ditunjuk menjadi saksi di depan pengadilan, justeru merekalah yang dibuat Tuhan
menjadi saksi pertama dari Kristus.
Berita itu berbunyi, “Jangan takut!” Bukankah ada banyak alasan
manusia, terlebih para gembala yang miskin dan hina untuk menjadi takut? Ada
tiga penjelasan yang diberikan Malaikat, yakni :
1. Malaikat
itu memberitakan. Kata Yunani yang
terdapat di sana adalah euangelion
artinya : ”aku memberitakan kepadamu kabar baik (Injil). Malaikat itu datang
bukan membawa berita buruk atau ancaman tetapi:
2. Kesukaan besar. Dengan perkataan lain:
dengarkan baik-baik, hai para gembala sebab kabar itu akan berisi berita
kesukaan besar, dan adakah berita yang lebih berharaga dari itu? Dan berita itu
bukan hanya untuk para gembala saja, melainkan:
3. Bagi
seluruh bangsa. Ungkapan ini dapat
berarti: untuk seluruh bangsa Israel. Tetapi dengan terjemahan ke dalam bahasa
Aram (dalam zaman itu adalah bahasa rakyat) maka artinya dapat meluas menjadi “untuk
setiap orang”.
Dan Malaikat itu memberi
jawaban untuk mengatasi ketakutan itu, yaitu: Hari ini telah lahir bagimu. Kata hari ini menekankan bahwa kepercayaan Kristen bukanlah berdasarkan
salah satu anggapan, ajaran, ilmu gaib, dongeng atau mitos, melainkan
berdasarkan kenyataan yang berlangsung di tengah-tengah sejarah dunia. Di negeri
Yahudi pada zaman itu. Juga kata telah
lahir menjelaskan kepada kita bahwa
Yesus tidak turun ke bumi seperti cara dewa-dewa turun ke bumi dalam
mitos-mitos kuno, yaitu dengan menjelma secara sementar dan dengan penampakkan
diri sedemikian rupa sehingga mereka terlihat seperti manusia. Tidak! Yesus
lahir dari seorang Maria. Artinya, bahwa Ia telah lahir seperti kita, menjadi
manusia seperti kita, manusia yang terdiri dari darah dan daging.
Siapakah gerangan anak yang
lahir ini?
1. Ia
disebutkan sebagai Juruselamat (Yun: soter) yang berarti bahwa Ia adalah
Penyelamat, Pelepas, Penolong , yang hendak menyelamatkan manusia dan dunia.
Pada zaman Yesus, para kaisar Romawi juga diberi gelar seperti itu. Lalu apa
yang membedakan gelar itu? Kaisar biasanya naik tahta dengan menggunakan
kekerasan dan memperluas wilayah kekuasaanya dengan jalan pedang. Mereka
menuntut rakyat untuk memuja dan menghormati dengan tekanan dan intimidasi.
Yesus berbeda. Yesus datang sebagai Penyelamat dalam kesederhanaan,
mengosongkan diri-Nya, menebarkan kasih dan damai sejahtera.
2. Ia
disebut Kristus (Ibr.: Mesias) yang
berarti “Yang diurapi” (seperti dalam tradisi Perjanjian Lama, imam dan raja
diurapi untuk jabatannya). Dengan perkataan lain: anak yang lahir itu adalah
Mesias sejati yang dinanti-nantikan orang Yahudi.
3. Ia
disebut Kyrios yang dapat diterjemahkan
dengan Tuhan, tetapi juga dengan
kata-kata seperti Tuanku, Gusti. Gelar ini adalah penegasan terhadap Mesias
yang dinanti-natikan itu (Mazmur 110:1)
Tentang kelahiran Yesus, masih
dikatakan lagi bahwa itu terjadi di “Kota Daud”, yakni Betlehem. Para gembala
itu pergi menuju Betlehem. “...gembala-gembala
itu berkata seorang kepada yang lain, ‘Mari kita pergi ke Betlehem untuk
melihat’...” Kita dapat bertanya kepada siapa ajakan itu disampaikan? Kita
biasa mendengar dan manafsirkan, tentunya ajakan itu ditujukan kepada sesama
para gembala dan tampaknya logis sekali. Namun, cobalah kita berpikir bahwa
bacaan berita Natal ini juga ditujukan kepada Teofilus (pembaca pertama tulisan
Lukas) dan selanjutnya kepada pembaca-pembaca Lukas yang lainnya termasuk Anda
dan saya. Teks ini membuat siapa saja dapat diajak oleh para gembala untuk
bersama-sama pergi ke Betlehem menyaksikan kebesaran ilahi dalam wujud yang
membuat orang mulai bersimpati kepada Tuhan.
Orang-orang, termasuk kita
diajak para gembala untuk ke “Betlehem”. Tempat yang semua orang pada masa itu
sudah tahu, kita pun pasti tidak asing lagi. Natal menurut Lukas tidak lain
mendapatkan Dia yang lahir di tempat yang bisa dijangkau oleh siapa pun, -di “Betlehem”-
boleh jadi dalam diri orang yang kita cinta, boleh jadi dalam kehidupan
orang-orang yang kita layani, sangat mungkin Ia “lahir” dalam diri orang-orang
tersisihkan (seperti dalam Matius 25). Sang Mesias dapat menjelma dalam diri
orang-orang yang membutuhkan damai sejahtera, kesepian bahkan bisa dalam diri
kita sendiri yang diajak serta ikut menghadirkannya.
Dunia ini terus-menerus bergerak kepada kebinasaan. Kerusakan
alam raya, lingkungan hidup kian tidak terbendung. Spesies makhluk-makhluk
hidup setiap hari berkurang karena binasa. Keserakahan merajalela di mana-mana,
jangan tanya lagi tentang moralitas. Itulah Betlehem masa kini. Di sinilah
Mesias juga harus dilahirkan. Mesia-mesia yang membawa perubahan, transformasi
ke arah yang lebih baik. Betlehem bisa bermacam-macam wujud , namun satu hal
sama, di situlah Tuhan diam dan menantikan orang datang untuk menyatakan
simpati kepada-Nya. Para gembala telah mengajak Anda dan saya, apa respon kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar