Senin, 16 Desember 2013

IMANUEL, ALLAH HADIR DAN DIAM DI ANTARA KITA

Imanuel dalam bahasa Ibrani berarti “Allah beserta kita.” Hanya tiga ayat dalam Alkitab yang menulis “Imanuel”, yaitu dalam Yesaya 7:14; 8:8; dan Matius 1:23. Mari kita perhatikan dua dari tiga ayat-ayat itu yang menjelaskan tentang makna dari Imanuel itu. Yang pertama, Yesaya 7:14 mengatakan, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan manamakan Dia Imanuel.” Ayat yang kedua dari Matius 1:23, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel – yang berarti: Allah menyertai kita.”

Sangatlah gamlang bahwa kedua ayat ini “saling bersautan”. Yesaya 7:14 merupakan nubuat akan lahirnya Imanuel sedangkan Matius 1:23 merupakan penggenapan dari nubuat itu. Anak dara itu adalah Maria. Maria melahirkan seorang bayi laki-laki yang kemudian oleh Yusuf diberinya nama Yesus (Matius 1:25). Jadi dengan demikian Sang Imanuel itu adalah Yesus sendiri!

Yesus adalah Imanuel, itu berarti melalui kelahiran Yesus, Allah datang ke dunia untuk menyertai dan menolong umat manusia. Allah bukan lagi Allah yang jauh dan sulit digapai oleh manusia. Melalui Yesus manusia dapat merasakan bahwa kini Allah itu begitu dekat. Ia hadir, memahami dan turut serta dalam pergumulan umat manusia. Sebaliknya, dari sisi manusia: Manusia dapat melihat, mengerti, memahami esensi dari karakter Allah itu. Jika manusia ingin tahu tentang kasih Allah, Yesuslah jawabannya! Hidup Yesus merupakan gambaran yang utuh dari cinta kasih Allah yang disebut agave itu. Ia mengasihi tanpa syarat dan tanpa pandang bulu. Jika manusia ingin tahu tentang pengampunan Allah, Yesuslah jawabannya! Melalui penderitaan-Nya di kayu salib, Yesus tidak menuntut pembalasan tetapi mengampuni setiap orang yang telah menganiaya dan memperlakukan-Nya dengan diadab. Melalui Yesus manusia mengenal kehendak Allah itu maka dengan demikian kita tahu sekarang bahwa Yesus adalah Allah yang memperkenalkan diri-Nya sendiri dan datang ke dalam dunia.

Allah yang hadir itu ternyata lahir di tempat yang tidak semestinya. Di kandang domba, setidaknya itu yang dituturkan oleh Lukas 2:1-20. Penginjil Lukas menempatkan kelahiran Yesus dalam sejarah dunia pada masa kaisar Agustus. Nama lengkap Kaisar ini adalah Gaius Julius Cesar Octavianus yang berkuasa tahun 30 SM sampai 14 M. Ia memiliki gelar “Agustus” yang berarti “yang mulia” dan “penambah/pelipat ganda”. Ia dianggap sebagai kaisar terbesar sepanjang sejarah kekaisaran Romawi. Dia dimuliakan bagaikan dewa dan dianggap sebagai “Juruselamat”. Ada hal yang menarik ketika Lukas menempatkan kisah kelahiran Sang Imanuel ini pada masa keemasan Kaisar Agustus. Seakan-akan kisah itu berkata bahwa di jaman pemerintahan Kaisar Agustus yang mulia itu, lahirlah Juruselamat sejati. Demikian pula melalui sensus penduduk yang diadakan saat itu, Yesus yang lahir itu justeru sah sebagai keturunan Daud baik secara Yahudi maupun tercatat dalam pemerintahan Romawi.

Pada saat itu semua penginapan penuh terisi oleh orang-orang yang hendak melakukan sensus sehingga tidak ada tempat buat Maria yang sudah genap waktunya melahirkan. Yang ada hanyalah semacam res area di mana orang-orang bisa beristirahat sekedarnya dan memberi makan atau minum ternak mereka. Memang kemudian ada yang menyebutnya dengan kandang atau gua. Di situlah Sang Imanuel hadir, di tempat umum! Demikianlah kelahiran Yesus. Ia hadir di ruang publik, bukan di ruang privat (penginapan atau istana). Karena berada di tempat yang mudah terjangkau, maka dengan mudah pula para gembala (orang-orang kecil yang sederhana) dapat segera menemukan-Nya. Pada akhirnya, para gembalalah yang datang memberikan pengertian kepada semua orang di tempat peristirahatan umum itu tentang siapa sebenarnya bayi yang baru lahir itu, dan setelah itu mereka pergi dengan sukacita.

Kini Sang Imanuel itu telah lahir, Ia memberikan hidup-Nya untuk keselamatan umat manusia. Segenap hidup-Nya adalah wujud cinta kasih Allah yang sejati sehingga setiap orang dapat menghampiri-Nya. Si gembala, si kusta, si penzinah, pemungut cukai dan semua orang berdosa tidak ditolak-Nya. Mereka yang mau menyambut Sang Imanuel hidupnya mengalami pemulihan. Kehadirann-Nya nyata: membawa damai sejahtera!

Kini Sang Imanuel itu menginginkan kita meneruskan karya-Nya. Sudahkah melalui kita orang-orang di sekeliling kita merasakan kehadiran Allah itu? Sudahkah cinta kasih Sang Imanuel terpancar dalam hidup kita? Selamat menjadi imanuel!

SELAMAT HARI NATAL 25 DESEMBER 2013 DAN TAHUN BARU 1 JANUARI 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar