Kamis, 05 Desember 2013

BERBUAT ADIL DAN BENAR SEBAGAI BUAH PERTOBATAN

Adven ke 2/ 2013

Novelis dan teolog Rusia, Leo Tolstoy, pernah menulis kisah Pakhom yang membeli tanah suku Bashkit. Kepala suku mengatakan bahwa Pakhom dapat memiliki tanah seluas yang diinginkannya hanya dengan membayar seribu rubel. Tanah yang bisa dijelajahi dalam satu hari akan menjadi miliknya, dengan satu syarat, ia harus kembali ke titik berangkat sebelum matahari terbenam.

Fajar menyingsing, Pakhom membayar seribu rubel kepada kepala suku dan mulai berjalan sambil menancapakan patok tanah. Ia mempercepat jalannya untuk menambah, menambah dan menambah lagi area tanah yang ingin dimilikinya. Ia tampak telah terlalu jauh berjalan dan harus segera kembali ketitik berangkat semula kalau tidak mau kehilangan seluruh tanah yang telah ia patok. Ia berjalan lebih cepat, berlari dan terus berlari sekuat tenaga. Akhirnya, Pakhom mencapai titik berangkat, kelelahan, kehabisan tenaga, dan nafasnya tersengal-sengal. Jantung Pakhom berhenti berdenyut. Ia mati seketika, dan hanya dibutuhkan sepetak tanah untuk mengubur jasadnya.

Kisah Pakhom adalah peringatan Leo Tolstoy kepada kita agar selalu menjauhkan diri dari ketamakan, tidak menghambakan diri kepada kerakusan. Tuhan tidak tahan melihat orang-orang rakus dan tamak. Ia membenci mereka yang memburu harta lebih berlimpah, meraup kekuasaan tanpa batas dan mengerat rasa bersyukur atas kemurahan dan pemeliharaan Tuhan.

Tuhan membenci Israel karena orang-orang kaya, para pemimpin, termasuk para imamnya menghambakan diri kepada kerakusan dan ketamakan. Yehezkiel 34 :2 menggambarkan bahwa para pemimpin itu mestinya seperti gembala yang baik. Gembala yang mengasihi dombanya, nyatanya mereka lebih rakus dari pada serigala. Mereka mengabaikan peringatan TUHAN lewat para nabinya. TUHAN menghukum mereka karena TUHAN tidak tahan dengan keserakahan dan penindasan yang mereka lakukan. Kerakusan Pakhom harus dibayar dengan nyawa, terlalu mahal untuk seribu rubel. Kerakusan Israel harus dibayar dengan datangnya bangsa-bangsa asing yang menjarah dan menghancurkan Israel.

Bukankah banyak pemimpin negeri ini juga memperlihatkan kerakusan Pakhom? Tidak puas dengan gaji dan tunjangan? Tidak malu-malu dengan jabatan kehormatan; baik anggota dewan yang terhormat, yang mulia penegak hukum, si pandir profesor dan yang lainnya. Tuhan pasti tidak tahan melihat prilaku bangsa kita. Jika Israel yang meyakini diri sebagai umat kesayangan Allah sendiri mengalami penghukuman, maka apa jadinya kita? Pasti Tuhan juga tidak segan menghukum. Tidak ada jalan lain untuk terhindar dari murka Tuhan itu selain berhenti serakah dan rakus, kembali ke jalan Tuhan dan memberlakukan kasih bukan sekedar kata-kata. Tapi mewujud dalam prilaku. Itulah pertobatan yang benar!

Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan itu, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Siapa pun tidak dapat luput dari murka Tuhan jika tidak bertobat. Kelompok Farisi dan Saduki yang menganggap diri linuwih dari yang lain mengira bahwa secara otomatis mereka mendapat hak istimewa di hadapan Allah karena status mereka sebagai keturunan Abraham, namun kali ini Yohanes dengan tegas menunjuk hidung mereka dengan, “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? (Matius 3:7). Jadi jika Farisi dan Saduki yang merupakan pentolan Yahudi saja tidak dapat lolos dari murka Allah, apalagi kita!

Banyak orang yang mengaku Kristen punya pandangan seperti Farisi dan Saduki itu. Asal percaya Yesus, sorga sudah menjadi jaminan! Ternyata Yohanes menggugat pemikiran sempit seperti ini.  Menurut Yohanes, orang yang akan lolos dari murka Allah adalah mereka yang  bertobat dan menghasilkan buah pertobatan itu. Bukan hanya keyakinan belaka! Yohanes mengatakan “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan jangan mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah Bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Matius 3:8-10).

Balik pada kisah Israel jaman Yesaya. Ketika umat itu bertobat. Mereka mecari Allah dan bersedia melakukan kehendak-Nya maka Allah menjanjikan pemulihan. Yesaya menubuatkan akan kehadiran Sang Tunas yang keluar dari tunggul Isai (Yesaya 10:1). Kehadiran Sang Tunas akan membawa perubahan luar biasa. Perubahan itu berupa tatanan kehidupan yang diwarnai oleh kasih, kedamaian dan keadilan.

Menarik, kata Ibrani netzer yang berarti tunas atau taruk yang tumbuh dari batang pohon yang tampaknya mati merupakan akar kata dari nazaret. Di kemudian hari, Yesus disebut sebagai “orang Nazaret” (Matius 2:23, Yun: Nazoraios; Ibrani: netzeri) yang mempunyai makna “orang dari Nazaret” atau “Sang Tunas.” Sang Tunas inilah yang dimaksudkan dengan Mesias. Sang Mesias yang kedatangan-Nya dipersiapkan dan disuarakan oleh Yohanes Pembaptis!

Seseorang yang mengharapkan dan menghargai arti kedatangan Sang Mesias itu tentu akan berusaha untuk menyambut-Nya dengan segala kemampuannya. Hidup sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya. Mencintai apa yang dicintai-Nya; berlaku adil dan benar, serta mengasihi sesama dengan tulus. Membenci yang Dia benci; keserakahan, ketamakan, kerakusan dan segala bentuk penindasan. Jika semua orang menyambut dan memaknai arti kehadiran Mesias di tengah-tengah dunia ini, maka sudah pasti kedamaian dan indahnya hidup di dunia ini akan terjadi. Nubuat nabi Yesaya akan mendapatkan penggenapanya,

“Serigala akan tinggal bersama domba
Dan macan tutul akan berbaring di samping kambing.
Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama,
dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput
dan anaknya akan sama-sama berbaring,
sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung
dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.
Tidak ada yang akan berlaku jahat atau yang berlaku busuk
di seluruh gunung-Ku yang kudus,
sebab seluruh bumi akan penuh dengan pengenalan akan TUHAN,
seperti air laut yang menutupi dasarnya.
Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa;
dia akan dicari oleh suku-suku bangsa
dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”
(Yesaya 11:6-10)

Bagi sebagian orang, nubuat Yesaya bisa saja dipandang sebagai pengharapan utopia, yang tidak bakalan terjadi. Namun, bagi yang menjunjung tinggi makna kehadiran Mesias dan yang mengasihinya, nubuat itu bukan isapan jempol belaka. Bagi mereka inilah yang akan merasakan kedamaian yang sesungguhnya. Semoga kita berada dalam golongan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar