Rabu, 25 Desember 2013

ALLAH MENJADI MANUSIA, MUNGKINKAH?



Pada suatu hari ada seorang sedang serius mengamati gundukan sarang semut. Setiap saat semut bergerak terarah. Mereka sangat sibuk. Masing-masing punya tugasnya sendiri dan tahu apa yang harus dilakukannya. Ada yang menggotong telur. Ada yang membawa makanan. Ada yang menjaga rumah mereka. Sepertinya ada semacam organisasi pemerintahan semut yang teratur rapi. Bagaimana cara mereka berkomunikasi? Bagaimana mereka bisa hidup bersama dengan sedemikian teratur? Semua mengherankan orang itu. Lalu ia bergumam, “Bagaimana pun untuk dapat memahami itu semua, aku terlebih dahulu harus menjadi seekor semut!”
            Tuhan ingin mengenal kehidupan manusia di atas bumi ini, maka Ia lahir ke dunia ini dalam lingkungan hidup, budaya dan tradisi manusia yang serba terbatas agar mengerti  pergumulan manusia. Yohanes mencatat, Dia adalah Sang Firman yang bersama-sama dengan Allah, bahkan Allah sendiri dan segala sesuatu dijadikan oleh-Nya (Yoh.1:1,2) mau menjelma menjadi manusia dan diam di antara manusia (Yoh.1:14) demi keselamatan umat manusia, supaya manusia mengerti bahasa cinta kasih Allah.
            Di malam Natal ini mestinya kita bersyukur atas cinta kasih Allah. Allah yang turun ke dunia ini menjadi manusia seolah tidak ada lagi batas. Ia bergumul dan bergaul dengan manusia. Allah ingin manusia mengerti kehendak-Nya. Natal selain perayaan Allah yang mau membumi, sekaligus juga merupakan momentum untuk kita melakukan kehendak-Nya, hidup dalam pertobatan dan dalam kasih karunia.
           






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar