Pada suatu hari ada seorang
sedang serius mengamati gundukan sarang semut. Setiap saat semut bergerak
terarah. Mereka sangat sibuk. Masing-masing punya tugasnya sendiri dan tahu apa
yang harus dilakukannya. Ada yang menggotong telur. Ada yang membawa makanan.
Ada yang menjaga rumah mereka. Sepertinya ada semacam organisasi pemerintahan
semut yang teratur rapi. Bagaimana cara mereka berkomunikasi? Bagaimana mereka
bisa hidup bersama dengan sedemikian teratur? Semua mengherankan orang itu.
Lalu ia bergumam, “Bagaimana pun untuk dapat memahami itu semua, aku terlebih
dahulu harus menjadi seekor semut!”
Tuhan ingin mengenal kehidupan manusia di atas bumi ini,
maka Ia lahir ke dunia ini dalam lingkungan hidup, budaya dan tradisi manusia
yang serba terbatas agar mengerti
pergumulan manusia. Yohanes mencatat, Dia adalah Sang Firman yang
bersama-sama dengan Allah, bahkan Allah sendiri dan segala sesuatu dijadikan
oleh-Nya (Yoh.1:1,2) mau menjelma menjadi manusia dan diam di antara manusia
(Yoh.1:14) demi keselamatan umat manusia, supaya manusia mengerti bahasa cinta kasih Allah.
Di malam Natal ini mestinya kita bersyukur atas cinta
kasih Allah. Allah yang turun ke dunia ini menjadi manusia seolah tidak ada
lagi batas. Ia bergumul dan bergaul dengan manusia. Allah ingin manusia
mengerti kehendak-Nya. Natal selain perayaan Allah yang mau membumi, sekaligus
juga merupakan momentum untuk kita melakukan kehendak-Nya, hidup dalam
pertobatan dan dalam kasih karunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar