Jumat, 29 November 2013

MENYAMBUT KEHADIRAN-NYA

Adven 1/2013

Pelatihan di NASA untuk penerbangan ke dan mengitari bulan super ketat dan cermat. Para calon astronot telah menjalani simulasi untuk setiap tahapan penerbangan itu, baik dalam hal jangka waktu maupun kegiatan sehari-hari yang akan dikerjakan, sampai orang boleh mengatakan bahwa mereka “telah pergi ke bulan dan kembali lagi” meskipun masih berada di bumi!

Sesungguhnyalah, begitu ketat dan cermatnya pelatihan itu sehingga Edgar Michell hampir tidak merasakan takut atau apa pun ketika mereka tinggal landas, karena segalanya sudah begitu akrab dan “normal”, ia sudah terbiasa dengan itu! Rasa tidak asing ini berlanjut selama dalam perjalanan menuju bulan, segala sesuatunya berjalan dengan lancar, sesuai dengan jadwal, dan para awak itu sampai merasa hampir seperti robot. Kini tibalah saatnya, mereka harus memasuki area “sisi gelap bulan.” Ini pun, seperti semua yang lain, telah dilatih berulang-ulang. Menurut rencana, perjalanan itu hanya akan memakan waktu sekitar satu jam. Satu hal yang mereka ketahui tentang keberadaan mereka di sisi gelap bulan adalah bahwa untuk pertama kalinya selama perjalanan itu, mereka tidak dapat memandang bumi, dan tidak ada gelombang radio atau televisi yang mampu menembus bulan atau mengambil jalan melingkar. Para astronot itu akan kehilangan komunikasi secara total dengan bumi!

Menurut Edgar Mitchell, mereka masih merasa baik-baik saja sampai lima menit pertama di sisi gelap itu, tetapi apa yang terjadi setelah itu? Simulasi pelatihan yang pernah mereka jalani pelan-pelan mulai kehilangan pengaruh. Edgar mulai merasa khawatir, takut, dan khayalnya mulai mengganggu. Ia mulai memikirkan bumi, lebih dari pada sebelumnya – memikirkan istri dan anak-anaknya dan tempat-tempat pertemuan mereka -  juga berubahnya warna-warni ketika musim-musim silih berganti.

Sementara imajinasinya berkembang, waktu mulai teras lama, seperti ketika Anda menunggu seseorang yang Anda sayangi yang datang terlambat. Akan tetapi kali ini tidak hanya satu atau dua orang yang sedang ditunggu oleh Mitchell. Mereka adalah semua orang dan segala sesuatu yang disayanginya. Ia mulai cemas tentang kemungkinan adanya pengaruh aneh akibat berada di sisi gelap bulan, juga tentang kemungkinan ia dan kawan-kawannya terperangkap selamanya dalam kegelapan abadi. Dalam laporannya, Edgar Mitchell menyatakan bahwa menit-menit mulai terasa seperti berhari-hari, waktu di balik bulan menjadi sebuah keabadian.

Setelah seperti berabad-abad menunggu, akhirnya mereka berada kembali di sisi bulan yang lain. Mereka dapat memandang bumi kembali. Akan tetapi bumi yang sekarang tidak seperti yang pernah ada dalam bayangannya. Dahulu bumi seperti sebuah planet raksasa tempat rumah dan keluarganya berada. Sedangkan yang tampak olehnya sekarang hanyalah sebuah planet biru yang sangat mungil, mengapung di ruang gelap yang sangat luas. Di sekelilingnya semacam selimut tipis berwarna putih, yang tidak lain adalah atmosfir kita. Edgar Mitchell merasa bahwa seakan-akan ia dapat mengulurkan tangannya, menjentik bumi, seperti menjentik sebutir mutiara yang mungil.

Kesadaran yang datang secara tiba-tiba tentang betapa rapuhnya bumi tempat tinggal kita di tengah jagat raya yang dasyat dan perkasa, langsung mengubah paradigma dalam diri Edgar Mitchell. Setibanya lagi di bumi, ia merasakan kasih dan kepedulian yang jauh lebih besar kepada semua makhluk, bahkan memutuskan akan mengabdikan sisa hidupnya untuk membantu melindungi planet unik dan indah yang sangat rapuh ini. (sumber: Tony Buzan, The Powerof  Spiritual Intelligence)

Kisah Edgar Mitchell sebagai astronot yang mengitari sisi gelap bulan barang kali tidak ada kaitannya dengan Adven sebagai awal dari kalender tahun gerewi. Namun, spiritual di balik perjalanan itu buat saya sarat dengan nilai-nilai spiritual Adven itu. Secara umum kita mengenal Adven sebagai sebuah periode waktu dalam kalender gereja di mana kita bersiap diri untuk menyambut dan merayakan kedatangan Kristus. Menyambut Natal! Menyambut bayi mungil Yesus yang lahir di kandang domba. Namun,  bukankah kelahiran-Nya telah terjadi dan merupakan bagian masa lalu? Benar! Kedatangan-Nya yang pertama telah berlalu tetapi tidak berarti semua orang telah menyambut Dia di dalam hatinya. Maka momen Adven adalah saat yag tepat untuk kita berbenah diri; apakah Yesus yang telah lahir di Betlehem itu lahir juga dalam hati kita? Adven juga mempunyai makna buat kita menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus yang kemudian, di mana Dia datang bukan lagi sebagai bayi Natal, melainkan datang sebagai hakim Agung yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati!

Kembali ke kisah Edgar Mitchell. Ia  menjalani pelatihan super ketat dan cermat sebelum ia diijinkan terbang mengitari bulan. Saking cermat dan ketatnya pelatihan itu, Edgar Mitchell telah merasa aman, nyaman dan terbiasa. Namun, apa yang terjadi ketika ia dan krunya memasuki area sisi gelap bulan? Cemas dan takut menguasai mereka. Mereka takut ditelan sisi gelap bulan dan tidak pernah kembli lagi ke bumi! Mereka yang sudah bersiap diri toh  pada akhirnya mengalami ketakutan luar biasa. Apa jadinya jika persiapan dan pelatihan itu dikerjakan dengan asal-asalan atau tidak pernah melakukan persiapan sama sekali?

Sekarang, persiapan atau pelatihan seperti apa yang  telah kita lakukan dalam menyambut Sang Hakim Agung itu? Kedatangan Kristus sebagai Hakim Agung tidak pernah dapat diprediksi. Kedatangan-Nya pasti lebih dasyat dari apa yang dialami Edgar Mitchell dan teman-temannya di area sisi gelap bulan. Kedatangan Sang Hakim Agung itu seperti datangnya air bah pada jaman Nuh, kedatangan Kristus yang kedua tidak pernah dapat diduga (Matius 24:37-39). Seperti dua orang di ladang, kedatangan Tuhan itu tiba-tiba dan mengejutkan, karena membawa yang satu dan meninggalkan yang lain (Matius 24:40). Seperti dua orang yang mempersiapkan makanan, kedatangan Tuhan itu tiba-tiba dan mengejutkan karena mengakibatkan keterpisahan keduanya, yang satu dibawa dan yang lain ditinggalkan (Matius 24:41). Karena saat yang pasti dari kedatangan Kristus itu tidak dapat diketahui, maka satu-satunya jalan yang terbaik adalah menyiapkan diri dengan berjaga-jaga (Matius 24:44). Bentuk terbaik dari sikap berjaga-jaga adalah mengerjakan semua perintah dan kehendak-Nya dengan setia seolah-olah besok Tuhan akan datang segera (Matius 24:45-46).

Edgar Mitchell membutuhkan persiapan untuk terbang ke bulan. Mestinya, kita pun menyiapkan diri untuk terus berlatih melakukan kehendak-Nya itu setiap hari hingga terbiasa tiba pada kesadaran Tuhan benar-benar “hadir” di sini, di tengah kita. Kesadaran akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita, mau tak mau akan membuat kita berubah. Ketika Nabi Yesaya merefleksikan bahwa TUHAN hadir di tengah-tengah umat-Nya, maka segala bangsa akan datang kepada-Nya, mereka bersedia mendengar dan melakukan kehendak-Nya (Yesaya 2:1-5). Lalu, perubahan itu akan sangat nyata melalui semangat untuk berhenti saling memusnahkan, yang diganti dengan saling menyejahterakan, “...maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang...” (ay.4).

Pengalaman Edgar Mitchell pun membuahkan pembaruan dalam cara pandangnya terhadap planet bumi ini. Kini ia semakin mencintai bumi dan orang-orang yang ada di dalamnya serta bertekad memelihara dan menjaga bumi ini. Pemahaman Adven sebagai masa penantian pun mestinya mengubah prilaku kita. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak mendukung kesiapan dalam menyambut kedatangan Tuhan seharusnya ditinggalkan dan diubah menjadi kebiasaan-kebiasaan baik. Paulus mengatakan itulah hidup baru; cara pandang baru. Perubahan itu nyata, bukan teori ketika kita tidak lagi hidup semaunya, egois dan mengejar kenikmatan untuk diri sendiri (pesta pora, mabuk-mabukan dan mengumbar hawa nafsu), tidak lagi mengutamakan kepentingan diri sendiri dan senang berselisih dangan orang lain (Roma 13:13,14). Sebaliknya, hidup dengan sopan, berani berjuang melawan kegelapan dan mengenakan Kristus (artinya; memakai nilai-nilai yang diajarkan Kristus dalam hidup sehari-hari). Nah, bagaimana dengan persiapan kita menyambut kedatangan Tuhan? Ternyata tidaklah cukup hanya dengan menyiapkan pohon Natal beserta ornamennya, atau baju baru. Ada yang lebih penting, yaitu pembaruan hati dan akal budi kita. Mari siapkan diri kita sebaik-baiknya seolah Tuhan akan datang esok hari! Selamat memasuki masa Adven!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar