Makan Siang Termahal

Berapa harga makan siang Anda yang paling mahal? Satu juta, lima juta, sepuluh juta atau seratus juta rupiah? Roman Abramovich, salah seorang terkaya di Russia dan pemilik kapal pesiar anti Paparazzi bernama Eclipse telah menghabiskan uang sebesar US$ 52.000 (sekitar Rp.520 juta) hanya untuk sekali makan siang, hal itu dilakukannya di Chelsea Football Club bersama dengan 10 temannya. Ternyata masih ada makan siang yang jauh lebih mahal dari jamuannya Abramovich. Makan siang itu bernama “Power Lunch with Warren Buffett” yang diselenggarakan oleh The Glide Foundation, sebuah oraganisasi amal yang berbasis di San Fransisco, Amerika Serikat. Acara makan siang ini biasanya dilelang dan pemenang lelang itu boleh makan bersama Warren Buffett (investor dan salah seorang terkaya di dunia) di New York Smith and Wollensky steak house. Pada tahun 2011 seseorang yang tidak mau disebutkan namanya menjadi pemenang lelang makan siang tersebut dengan nilai US$ 2.626.411 (setara hampir Rp. 27 Miliar). Jumlah ini jauh meningkat di tahun 2012 dengan US$ 3.456.789 (setara hampir Rp.35 Miliar).

Bayangkan Rp. 35 Miliar untuk sekali makan! Oop, tunggu dulu. Alkitab pernah mencatat ada makan siang yang tidak kala mahalnya. Menu makan siang itu bukan steak atau makanan mewah. Sederhana sekali: semangkuk kacang merah! Ceritanya, satu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Esau memohon kepada Yakub untuk memberikan kacang merah yang sedang dimasaknya. Yakub menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan hak kesulungan dari kakaknya. Negosiasi pun terjadi, karena lapar dan tertarik pada masakan kacang merah itu, tanpa berpikir panjang, Esau melepaskan hak kesulungannya itu. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungannya itu. (Kejadian 25:29-34). Menu sederhana: roti dan kacang merah harus dibayar dengan hak kesulungan. Bukan harga murah jika kita mengerti hak kesulungan dan dampaknya di kemudian hari.

Dalam tradisi Timur Tengah, khususnya Israel,  anak sulung mempunyai hak istimewa. Hak itu adalah menjadi orang pertama setelah bapaknya (Kejadian 43:33), berhak menjadi imam dalam keluarganya, mendapat warisan dua kali lipat ( Ulangan 21: 15-17), memperoleh berkat dan kekuasaan serta berhak mengembangkan keluarganya menjadi bangsa yang besar. Esau tidak menganggap berharga akan hak itu. Ia lebih mementingkan keinginan sesaat, memuaskan hasrat laparnya sehingga “semangkuk” kacang merah itu terlihat jauh lebih menarik dan berharga ketimbang hak kesulungannya!

“Semangkuk kacang merah” itu bisa berupa uang, kekuasaan, narkoba, pemuasan nafsu syahwat, dan pemanjaan diri melalui hedonisme. Banyak orang rela menjual nilai-nilai luhur berharga yang bersifat ilahi dengan “semangkuk kacang merah” itu. Seorang hakim punya nilai luhur ilahi. Ia adalah wakil Tuhan di bumi untuk menyatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah kepadanya diberi wewenang untuk memutuskan nasib seseorang. Namun, ada hakim yang rela menukar nilai-nilai luhur yang melekat pada dirinya itu dengan “semangkuk kacang merah”. Seorang polisi punya nilai luhur yang melekat pada dirinya, yakni penegak dan pembela kebenaran. Namun, betapa banyaknya polisi yang tersandung karena “ semangkuk kacang merah” itu. Hal yang sama terjadi pada banyak pejabat publik di negeri ini. Rasanya tidak cukup kesempatan untuk membicarakan orang-orang yang diberikan Tuhan “hak kesulungan” namun kemudian menjual murah dengan “semangkuk kacang merah” itu!

Bagaimana dengan kita? Kepada kita, Allah telah memberikan Anak-Nya yang Tunggal supaya kita memperoleh hidup yang kekal. Paulus menyebut Yesus Kristus itu adalah buah sulung dari kebangkitan. “...Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal...Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.”  (I Korintus 15:20-22). Di dalam Kristus, kita telah menerima “hak kesulungan” itu. Sudahkah kita mempertahankannya? Ataukah demi “semangkuk kacang merah” itu, kita akan menjualnya juga?