Banyak dari antara kita
menghindar dari orang yang tidak mau kita temui. Banyak penyebabnya, yang jelas
semua bermuara ke perasaan tidak suka. Enggan berterus terang, akibatnya hanya
menitipkan pesan bahwa dirinya tidak ada di tempat! Kisah Nasruddin ini menarik:
Suatu hari, Nasruddin Hodja
diundang oleh salah satu orang terkaya di Aksehir untuk datang ke rumahnya.
Tentu saja, Nasruddin merasa amat terhormat. Pada hari yang ditentukan, ia tiba
di depan rumah orang itu dan mulai mengetuk pintunya.
Tok...tok...tok...
“Maaf Tuan, kau mencari
ayahku? Tapi sayang, ayahku tidak ada di rumah, ia sedang pergi,” ujar seorang
anak muda yang membukakan pintu untuk Nasruddin.
Tentu saja, Nasruddin tidak
percaya, ia tadi melihat sang tuan rumah duduk di dekat jendela. Nasruddin
merasa tersinggung, tetapi ia sadar tidak bisa memaksa. Nasruddin menghela
nafas panjang, “Baiklah, tolong sampaikan kepada ayahmu, lain kali kalau mau
pergi, jangan lupa membawa kepalanya ya. Jangan ditinggalkan di jelndela
seperti itu!” Tunjuk Nasruddin ke arah jendela.
Anak sang tuan rumah itu pun
melongo dan tidak bisa menutupi rasa malunya.
Selalu ada celah yang tidak
bisa ditutupi manakala orang berbohong. Apalagi terhadap nurani sendiri. Lebih baik
berkata jujur, apa adanya meski dengan begitu kadang menyakitkan. Namun,
percayalah sesudah itu kita tidak punya utang beban terhadap si nurani!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar