Rabu, 19 Juni 2013

SERUKANLAH SUARA KENABIANMU

Kantor berita Reuters, melaporkan berita menarik. Muak dengan para politisi yang mereka juluki “tikus”, sekelompok pemuda di Xalapa, Meksiko timur, menemukan kandidat yang tepat untuk menjadi wali kota baru: seekor kucing bernama Morris. Sergio Chamorro, warga Xalapa yang mengadopsi kucing itu Agustus tahun lalu, mengatakan, ide itu berawal dari senda gurau teman-temannya yang frustasi dengan tindakan pemerintah Negara Bagian Veracruz yang mengekang kebebasan berbicara. Chamorro lalu membuat akun Facebook mempromosikan pencalonan Morris pada Mei. Awal Juni, penggemar akun Facebook itu menembus angka 125.000 orang. “Muak memilih tikus-tikus? Pilihlah kucing,” demikian salah satu poster dengan gambar kucing berwarna hitam belang putih.

Peningkatan popularitas Morris membuat di pelbagai penjuru muncul kampanye menyalonkan ayam dan keledai untuk mengisi jabatan publik pada pemilu 7 Juli mendatang. Morris tidak tercantum dalam surat suara yang memuat tujuh calon wali kota Xalapa. Namun, Morris meminta pendukungnya menulis “Morris” atau gambar kucing di surat suara. Ayo, Morris! (Sumber: Kompas 19 Juni 2013)

Muak terhadap politisi dan pejabat rupanya bukan milik suatu bangsa tertentu. Semua orang pasti merasakan hal yang sama: muak dan marah, manakala pejabat publik yang diharapkan memerjuangkan kepentingan bersama ternyata hanya mencari kekuasaan, kenyamanan dan kekayaan bagi dirinya sendiri. Sangat mudah mengatasnamakan rakyat, kenyataannya dagelan yang sedang dipertontonkan. Kemarin, (18 Juni 2013) kita disuguhkan dengan dagelan itu. Sidang Dewan Yang Terhormat, Wakil Rakyat yang akan mengesahkan perubahan anggaran belanja negara, termasuk di dalamnya menyetujui atau tidaknya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) diwarnai komentar-komentar yang tidak pada tempatnya. Sementara di luar gedung parlemen, mahasiswa, pelajar dan wartawan menyerukan agar para politisi itu punya hati nurani dan kearifan. Sangat kontras di luar mereka bersitegang dengan aparat keamanan sementara di dalam tawa canda, saling ledek-meledek terjadi. Saya menyaksikan acara tersebut, betapa para elite politik yang terhormat ini telah mempermainkan rakyat jelata. Bahkan mempermainkan Tuhan dan ayat-ayatnya! Saya bisa mengerti apabila Sergio Chamorro mencalonkan kucingnya sebagai wali kota. Apakah saya juga harus mencalonkan Si Hachi, Cika, Shainy, dan Si Jecko, anjing-anjing saya untuk jadi calon legislatif 2014 mendatang?

Saya menyaksikan perjalanan bangsa ini mirip-mirip seperti Israel dalam Trito Yesaya. Yesaya mengeluh mengapa bangsanya ditimpa malapetaka. Mengapa Israel berada di tangan bangsa Babel, bukankah mereka umat pilihan TUHAN sendiri? Mengapa Tuhan berdiam diri? (Yesaya 63). Kini pun banyak saudara sebangsa kita sedang mengeluh dengan beban-beban berat kehidupan ini. Harga-harga melambung tinggi, pekerjaan kian sulit diraih, biaya pendidikan dan kesehatan melambung selangit.

TUHAN menjawab keluh kesah Yesaya bahwa diri-Nya telah berulang-kali memberikan petunjuk, menyatakan diri, mengulurkan tangan kepada bangsa itu (Yesaya 65:1,2). Tetapi Israel tidak memedulikan TUHAN, bahkan menyakiti dan berpaling dari pada-Nya, menyembah berhala! Lebih dari Israel, banyak elite politik kita memakai nama TUHAN, tak segan-segan mengusung agama dan TUHAN dalam perjuangan politiknya. Lalu menyebut diri pembela rakyat namun kenyataannya tidak lebih baik dari serigala. Tega memangsa saudaranya sendiri! Memakai kedok kepedulian sosial, membagikan dana tunai yang sebenarnya membunuh kreatifitas dan mendidik bangsa ini sebagai bangsa peminta-minta. Betapa kekuatan dan kekuasaan destruktif itu kini sedang menggerogoti kehidupan bangsa ini.

Kekuatan dan kekuasaan destruktif ini membuat keadaan tidak normal, jauh dari kewajaran apalagi kondisi ideal. Ya, idealnya negeri ini adalah negeri yang dianugerahi TUHAN dengan pelbagai kekayaan alam. Hampir tidak ada daerah di Indonesia ini yang tidak memiliki potensi alam. Indonesia adalah negeri kaya! Namun, mengapa kini jamrud khatulistiwa masuk ke dalam kelompok negara miskin dengan hutang yang besar? Kebodohan ditambah keserakahan, ketamakan dan ketidakpedulian para penguasa itulah jawabnya.

Bangsa ini bagaikan seorang pria dari Gerasa yang dirasuki oleh ribuan setan (Lukas 8:26-39). Setan-setan itu membuat si pria ini hidup tidak normal. Ia keluar dari koridor kewajaran dan standar hidup yang baik. Pada umumnya orang tinggal di dalam rumah tetapi ia malah meninggalkan rumah. Biasanya orang menjagai harkat dan martabat dirinya, namun orang ini justeru menistakan dirinya. Yang wajar, orang mengenakan pakaian, ia malah tidak berpakaian! Selalu ada daya destruktif yang siap menghancurkan diri dan orang yang dekat dengannya.

Yang wajar bangsa ini memelihara hidup dengan standar yang baik dan normal, saling memelihara dan menghargai. Yang ada kuasa destruktif; kekuatan yang menghancurkan itu bertebaran di mana-mana dan celakanya dibiarkan menjadi brutal tak terkendali. Gerakan-gerakan intoleran sama sekali tidak mendapat sangsi hukuman manakala menganiaya dan membinasakan sesamanya. Yang wajar manusia itu tinggal di dalam rumah dan memperindah rumah; Indonesia adalah rumah kita bersama, seharusnya kita bisa saling menyapa dan berbagi kasih. Namun nyatanya ada banyak yang tidak menyukai, lalu berusaha memberangus “rumah bersama itu”. Yang wajar bangsa ini harus “berpakaian moral”, kenyataan yang ada bangsa ini sedang mempertontonkan “aurat amoralnya”. Para koruptor bukannya malu, malah cengengesan tebar pesona di kantor KPK! Banyak lagi contoh-contoh ketelanjangan moral jika mau disingkap!

Jika dibiarkan, pria dari Gerasa ini pasti binasa. Namun, Yesus berhasil menghardik setan-setan itu. mereka masuk dalam dua ribu babi dan terjun ke jurang. Yesus lebih menghargai nyawa seorang anak manusia ketimbang dua ribu babi. Bagaimana dengan negeri ini?

Apakah kuasa destruktif itu layak dibiarkan? Jawaban TUHAN kepada Yesaya menarik, “Aku tidak akan tinggal diam, malah Aku akan mengadakan pembalasan, ya pembalasan atas diri mereka, atas segala kesalahan mereka sendiri, maupun atas kesalahan nenek moyangnya,..”(Yes.65:6,7). TUHAN tidak pernah mendiamkan kesalahan. Dia mengutus para nabi-Nya untuk menegur, mengingatkan bahkan menyatakan hukuman-Nya. Akan selalu ada para nabi di setiap zaman untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran TUHAN.

Namun, sang nabi tidak selamanya hanya menegur dan menyatakan hukuman dari TUHAN, ia juga dipakai untuk menyatakan bela rasa TUHAN terhadap mereka yang dengan setia mengabdi kepada-Nya. Orang yang setia kepada TUHAN tetap diperhitungkan-Nya, “Seperti kata orang jika pada tandan buah anggur masih terdapat airnya: jangan musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat! Demikianlah Aku akan bertindak oleh karena hamba-hamba-Ku, yakni Aku tidak akan memusnahkan sekaliannya.” (Yes 65:8)

Setiap orang yang mendengar suara TUHAN mestinya berada dalam “arus TUHAN”, arus konstruktif, membangun dan memulihkan bukan sebaliknya menghancurkan dan membinasakan. Para nabi dahulu telah dipakai oleh TUHAN untuk menyatakan pesan Ilahi kepada manusia di bumi. Kini, tugas itu berlaku bagi siapa saja yang telah mengalami perjumpaan dengan TUHAN. Di tengah bangsa ini, TUHAN menempatkan kita, bukan secara kebetulan. Di sinilah Dia ingin kita menyuarakan suara kenabian itu. walau mungkin dengan menyuarakan suara TUHAN itu kita mengalami aniaya dan penderitaan, namun yakinlah seperti kata Yesaya, “Jika pada tandan buah anggur masih terdapat airnya: jangan musnahkan itu, sebab di dalamnya masih ada berkat!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar