Rabu, 08 Mei 2013

TINGGALKANLAH BERKAT-MU!

Tarik ulur harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak dapat dipungkiri telah meresahkan masyarakat. Belum lagi naik, harga kebutuhan yang lain sudah meroket. Di sana-sini BBM subsidi sudah menghilang dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), kalau pun ada antriannya begitu panjang dan sudah berganti harga. Spekulan memanfaatkan momen ini dengan berusaha menimbun BBM bersubsidi. Di sisi lain, pemerintah terkesan gamang menentukan harga BBM ini. Sebentar ada wacana BBM akan diberlakukan dengan dua harga. Ada harga untuk masyarakat “kecil”, yakni kendaraan umum dan sepeda motor. Untuk kalangan ini harga BBM tidak akan mangalami kenaikan. Harga baru akan diterapkan untuk kalangan masyarakat yang dianggap mampu. Mereka tidak bisa mengonsumsi BBM dengan harga untuk kalangan miskin. Belakangan wacana ini pun batal. Alasannya, pemerintah mendengar aspirasi dari rakyat! Itu kata Menteri ESDM, Jero Wacik. Kini, menteri yang sama menebarkan wacana lain, bahwa kenaikan itu akan terjadi, tidak ada lagi pembedaan antara harga untuk si miskin dan si kaya, semua akan naik!

Harga BBM naik adalah sebuah keniscayaan. Subsidi untuk BBM setiap tahunnya terus meningkat, pada gilirannya hal ini akan menggerogoti Anggaran Belanja Negara. Selain itu memang ada benarnya bahwa subsidi yang digelontorkan oleh pemerintah dinikmati oleh sebagian besar kalangan kelas menengah ke atas. Mereka yang punya perusahaan dan kendaraan. Namun, jika harga itu dinaikkan tetap saja berimbas kepada masyarakat menengah ke bawah. Kita sepakat jika harga BBM naik merupakan keniscayaan, namun mengapa hal ini dipersoalkan? Ya, alasannya sederhana. Momen kenaikan harga BBM dipandang sebagai isu “seksi” bagi para politikus yang bukan negarawan. Bagi pemegang kekuasaan, inilah momen yang tepat menjelang PEMILU. Harga BBM dinaikkan, kemudian ada konpensasi. Konpensasi itu berupa subsidi-subsidi dan dana-dana jaring pengaman. Anggaran-anggaran konpensasi dan subsidi seperti ini sudah menjadi rahasia umum dapat disulap sebagai “pencitraan” bahwa penguasa berpihak kepada “wong cilik”! Kemurahan hati seperti ini merupakan investasi untuk meraup suara di pemilu yang akan datang!

Sedangkan bagi lawan-lawan politik yang sedang berkuasa, momen kenaikan harga BBM akan digunakan untuk menunjukkan bahwa mereka berpihak kepada masyarakat kecil. Betulkah, tujuannya semulia itu? Jika dikritisi, belum tentu juga kalau mereka berhasil berkuasa akan dapat menahan harga BBM supaya tidak naik. Hampir semua presiden dalam masa berkuasannya telah menaikkan harga BBM.  

Kini “lampu sorot” tertuju pada orang nomor satu di negeri ini. Banyak yang “kecele”, di akhir April lalu. Pasalnya banyak orang menantikan  sang presiden akan mengumumkan kenaikan harga BBM, setidaknya itu yang diungkapkan oleh Menteri ESDM Jero Wacik dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Ketua Bappenas, Armida Alisjahbana (29/4) namun, nyatanya berita itu tidak benar. Pihak istana, melalui juru bicara presiden membantah berita itu! Jadi, tidaklah salah kalau rakyat melihat penguasa sedang gamang atau galau bahkan plintat-plintut dalam menentukan harga BBM. Tidak bisa disalahkan juga kalau akhirnya muncul spekulasi-spekulasi politik. Politik pencitraan yang melekat pada pemerintah sekarang sulit untuk terelakkan!

Lantas banyak orang bertanya, bukankah kali ini jabatan sang presiden adalah untuk yang terakhir karena sudah dua periode? Seharusnya tidak ada gunannya lagi membangun pencitraan. Kini tinggal all-out, membuktikan komitmen dan janji politiknya semasa pemilu dulu. Benar, saat ini sang presiden tidak akan naik lagi ke tampuk kekuasaan. Namun, setidaknya ia harus mewariskan kepemimpinan kepada orang-orang yang dapat dipercayainya. Agar apa yang sudah “ditanamnya” dahulu tidak “dicabut” orang kemudian hari. Untuk itu pencitraan tetap dibutuhkan dan untuk menjamin rasa aman itu bagaimana pun partainya harus menang dalam pemilu yang akan datang. Oleh karena itu ia rela turun dari ketua tinggi menjadi ketua umum di partainya.

Dalam panggung politik kita dapat belajar tentang kepentingan dan kekuasaan. Apa pun akan dimainkan demi mempertahankan, memperpanjang dan memperluas kekuasaan. Berbeda dengan negarawan sejati, ia akan mewariskan bukan polemik kekuasaan dan kekuatiran namun berkat bagi negerinya. Ambilah contoh seorang Mahatma Gandhi atau Nelson Mandela. Mereka dikenal sebagai pemimpin yang meletakkan dasar dan karakter bangsa: anti kekerasan (Gandhi) dan semangat rekonsiliasi / perdamaian (Mandela). Dunia mengapresiasi warisannya. Peninggalan mereka adalah berkat bagi dunia. Masih banyak lagi para pemimpin negarawan yang tidak mengamankan aset-asetnya, melainkan menjadi suluh bagi bangsanya bahkan bagi dunia ini.

Memberi berkat bagi dunia itulah yang dilakukan Yesus. Selama tiga tahun lebih Ia tinggal bersama dengan para murid-Nya. Para murid diajarkan tentang cinta kasih, pengampunan dan ibadah yang benar. Ketika para murid kocar-kacir karena kematiaan-Nya, Ia hadir kembali menghimpunkan mereka yang tercecer. Empat puluh hari Yesus secara berulang menguatkan kembali mereka. Memperlihatkan dengan kasat mata bahwa kematian bukan segala-galanya. Kematian telah Ia kalahkan. Mereka melihat Yesus yang bangkit! Kini, para murid melihat dengan jelas visi dan misi Kristus itu. Bukan untuk melanggengkan “partai” Yesus atau memelihara kesinambungan aset-aset Yesus, karena Yesus tidak punya aset seperti yang didambakan oleh manusia yang rakus. Melainkan mendatangkan syalom bagi dunia ini! Itu Misi-Nya di dunia ini!

Kini, saatnya sudah cukup bagi Yesus untuk mempercayakan tugas pemawartaan ini kepada para murid. Ia tidak mewariskan harta dan kuasa yang membuat risau dan diperebutkan manusia. Kini, Ia harus benar-benar undur secara fisik untuk kembali ke asal, kembali kepada Bapa! Kini para murid tidak lagi tergantung pada “darah dan daging”, Yesus yang kelihatan hadir bersama-sama mereka. Kini mereka menghayati bahwa Sang Pemimpin mereka, Yesus tidak lagi dibatasi ruang dan waktu. Spirit, Roh Kristus itulah yang mewarnai gerakan para murid. Roh Yesus ada di hati mereka. Roh itulah yang menggerakan seluruh olah daya mereka di dunia. Itulah warisan tak ternilai di mana visi, misi Sang Guru dihayati dan dihidupkan kembali oleh banyak orang.

Bagi para murid kenaikan Yesus ke sorga merupakan awal sebuah karya. Ternyata mereka dipercaya mengemban tugas menjadi saksi dari Yerusalem, Yudea, Samaria bahkan sampai ke ujung bumi! (Kisah Rasul 1:8). Tugas yang tidak ringan, namun mereka yakin bahwa Tuhan mereka yang kini naik ke sorga akan tetap memelihara dan menyertai. Tuhan sudah mempercayakan tugas kesaksian kepada mereka. Mereka meneruskan apa yang telah dilakukan Yesus. Meneruskan bukan hanya melalui perkataan belaka melainkan tepat seperti yang Yesus sudah lakukan.

Kini Yesus pun mempercayakan tugas-tugas itu kepada Anda dan saya. Tidak hanya sekedar mewartakan dalam bentuk tutur kata dan wacana. Ia ingin kita hidup, berpikir dan berkarya seperti Dia dahulu hidup, berpikir dan berkarya hingga kabar sukacita sampai ke ujung-ujung bumi! Untuk tugas itu Tuhan sudah membekali dengan berkat-Nya: Ia memberikan Roh Kudus! Roh yang selalu hadir menemani dan menolong kita, kini berkat itu harus kita disalurkan kepada semua orang.  Selamat hari Kenaikan Yesus ke Sorga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar