Mengejutkan! Kata itu yang
paling tepat untuk menggambarkan situasi penjara Matrosskaya Tishina. Betapa
tidak, penjara berpenjagaan ketat di Rusia ini ternyata tidak mampu menjaga
Oleg Topalov. Seorang narapina yang telah membunuh seorang pengusaha dan sopirnya
pada tahun 2011. Harian Telegraph, Rabu
7 Mei 2013 memberitakan, Oleg Topalov kabur dengan jalan melubangi atap
selnya. “Dia berada di atap sel dua
tingkat yang dihubungkan dengan pagar utama, tinggal melompat ke pagar lalu
keluar penjara,” kata juru bicara penjara Sergei Tsyganko. Sedangkan menurut
penuturan saksi, Topalov turun dari pagar mengunakan tali. Tidak diketahui
dengan pasti bagaimana caranya ia melubangi atas sel itu. dalam penyelidikan,
satu-satunya benda yang ditemu di dalam selnya hanyalah sebuah sendok. Sendok itulah
yang diduga sebagai alat melubangi atap sel penjara!
Berita tentang lolosnya Oleg
Topalov dari penjara super ketat di Rusia hanya dengan menggunakan sebuah
sendok menjadi berita mancanegara. Mengejutkan, sekaligus mengherankan
mengingat selama dua puluh tahun terakhir ini hanya ada empat orang yang
berhasil kabur dari penjara Rusia dan yang terakhir adalah Oleg Topalov!
Saya membayangkan, apabila
peristiwa Paulus dan Silas yang dijebloskan ke penjara terjadi di era
komunikasi global dan kebebasan pers seperti sekarang, pasti beritanya jauh
lebih dasyat. Mengapa? Paulus dan Silas - jika mau melarikan diri - tidak perlu sendok dan bekerjasama dengan
sipir penjara. Cukup dengan doa dan pujian, maka hal dasyat itu terjadi!
Kejadiannnya seperti berikut: “Tetapi
kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian
kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengar mereka. Akan tetapi
terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan
seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.”
(Kisah Para Rasul 16: 25-26).
Apakah Paulus dan Silas
menggunakan kesempatan ini untuk kabur? Bagi kebanyakan orang hal seperti ini
merupakan kesempatan emas. Mungkin juga bagi orang beriman sekalipun! Mengapa?
Ya, terang saja: sebelumnya di dalam penjara itu mereka berdoa dan memuji
Allah, segera sesudah itu ada gempa dan sendi-sendi penjara termasuk pintu dan
belenggu terbuka, bukankah itu jawaban doa? Bukankah sangat logis kalau pada
saat itu mereka melihat pintu-pintu dan belenggu yang terbuka kemudian berpikir
inilah “jalan” yang disediakan Allah untuk kabur? Syukurlah Paulus dan Silas
bukanlah seperti orang-orang yang berpikiran pendek yang segera menyimpulkan,
jika ada peluang maka itu kehendak dan suara Tuhan! Mereka tidak mau
mencampuradukan suara sendiri dengan suara Tuhan.
Kita lihat pemandangan lain. “Ketika kepala penjara itu terjag dari
tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak
membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah
melarikan diri.” (Kisah Para Rasul 16:27). Salut! Itulah yang pantas
diucapkan kepada kepala penjara ini. Ia mau bertanggungjawab atas
kecerobohannya meskipun investigasi belum dilakukan dan belum diketahui ada
yang kabur atau tidak. Bunuh diri bisa diartikan sebagai bukti tanggung jawab. Meskipun
bisa saja orang melihatnya sebagai bentuk pelarian dari tanggungjawab. Tapi masih
mending begitu ketimbang para pejabat di negeri ini yang suka berkelit,
melemparkan tanggungjawab, menyalahkan orang lain dan mencari-cari celah hukum
agar luput dari hukuman!
Penjara, sebuah tempat yang
tidak satu pun orang suka, kecuali yang terpanggil menjadi pembina narapidana. Dari
dalam bui itulah justeru kabar baik, berita keselamatan, Injil berkumandang.
Kepala penjara tersungkur di kaki Paulus dan Silas yang tidak mau kabur itu. Ia
mendengar suara Paulus yang mencegahnya melakukan tindakan bunuh diri. Kesaksian
hidup dari Paulus dan Silas yang tidak menggunakan “kesempatan emas” itu untuk
kabur, ternyata merupakan jalan dimana Injil itu dapat dengan mudah diterima. Kepala
penjara itu berujar, “Tuan-tuan, apakah
yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” (ayat 16). Coba kita
banyangkan, andaikata Paulus dan Silas meloloskan diri dari penjara, apa yang
terjadi? Mungkin saja mereka menghirup udara bebas, tetapi ada satu orang yang
binasa, kepala penjara itu! Dari sini kita bisa merenungkan, sering kita tidak
peduli dengan sikap dan tutur kata kita, padahal bisa jadi dengan apa yang kita
perbuat dan kita katakan di sana tergantung hidup dan matinya seseorang.
“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau
dan seisi rumahmu.” Jawab Paulus kepada kepala penjara itu. Paulus berhasil
menghantar kepala penjara dan keluarganya kepada keselamatan. Sampai pada saat
ini pun Paulus dan Silas tidak menggunakan kesempatan itu untuk memuliakan diri
mereka sendiri, Yesuslah yang mereka muliakan!
Penjara identik dengan
penjahat, ia berisi oarang-orang yang memusuhi kemanusiaan, membungkam nurani
dan memanjakan ego. Namun, mengapa Paulus dan Silas mendekam di sana. Mengapa pula
orang-orang yang memperjuangkan nilai-nilai luhur kemanusia: kebenaran,
keadilan, pendek kata mereka yang memperjuangkan hak-hak azazi manusia sering
kali harus meringkuk dalam bui? Jawabnya sederhana: karena perjuangan mereka
membuat rasa aman dan nyaman yang sedang berkuasa terusik.
Ada tuan-tuan yang terusik
oleh ulah Paulus dan Silas. Diceritakan, “Pada
suatu kaliu ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan
seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya
tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Ia mengikuti Paulus dan kami dari
belakang sambil berseru, katanya: ‘orang-orang ini adalah hamba Allah yang
Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.’ Hal itu
dilakukannya beberapa hari lamanya. Tetapi
ketiuka Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata
kepada roh itu: ’Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan
ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu.” (Kis.16:16-18). Rupanya ketika
roh tenung itu keluar dari perempuan itu maka segeralah hilang kemampuannya
untuk melakukan praktek paranormal. Hal ini berdampak kepada majikannya. Sang majikan
sekarang tidak lagi memperoleh uang dari praktek paranormal hamba perempuannya
ini. Kebetulan sang tuan merupakan orang yang berpengaruh di kota Filipi itu.
Dengan mudah ia dapat mempengaruhi pejabat-pejabat setempat untuk menjebloskan
Paulus dan Silas ke dalam penjara dengan tuduhan menyebarkan keyakinan Yahudi
di tengah masyarakat Hellenis-Romawi
Apa yang dilakukan Paulus dan Silas bukanlah tindakan kejahatan melawan
kemanusiaan, justeru mereka sedang menyatakan kabar baik: Keselamatan di dalam
Kristus, tetapi karena ada orang yang merasa dirugikan maka mereka
dipenjarakan. Sejarah mencatat ada begitu banyak orang-orang seperti Paulus dan
Silas mereka bekerja, berjuang demi kebaikan bersama tetapi dengan resiko
penjara atau kematian. Apakah penjara dan kematian mampu membungkam perjuangan
mereka? Alih-alih bungkam justeru di tempat-tempat seperti itulah kebenaran dan
Injil Allah lebih nyaring terdengar. Bukankah hal ini juga yang menjadi janji
Tuhan Yesus. Dalam doa-Nya, menjelang saat-saat akhir dalam pelayanan-Nya di
dunia, Yesus berdoa, meminta perlindungan kepada Bapa-Nya, agar orang-orang
yang percaya kepada-Nya dilindungi. Yesus tidak meminta supaya mereka diangkat
dan dibebaskan dari penderitaan. Ia memohon kepada Bapa-Nya, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil
mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.”
(Yohanes 17:15). Yesus juga meminta kepada Bapa-Nya, agar keesaan diri-Nya
dengan Sang Bapa, yanng menandakan hubungan kasih kekal itu juga dialami oleh
setiap murid-Nya. “....supaya mereka
menjadi satu, sama seperti kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di
dalam Aku supaya mereka sempurna menjad
satu,m...” (Yoh.17:22,23).
Mestinya ketika kita
menghayati doa Tuhan Yesus ini, kita mampu melakukan tugas seperti Paulus dan
Silas: Mereka berjuang memberitakan Injil dengan keyakinan bahwa Tuhan
senantiasa menyertai mereka.
Apa yang kini sedang kita
kerjakan? Apakah sedang bekerja mendatangkan rakhmat Tuhan bagi kebaikan
bersama ataukah kini kita sedang memperjuangkan ego dan ambisi. Ingatlah apa
pun juga yang kita lakukan sekarang, kelak Tuhan menuntut pertanggungjawaban
dari kita. Ingatlah perkataan Yesus pada kedatangan-Nya yang kemudian, “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa
upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatan-Nya.” (Wahyu
22:12).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar