Jumat, 10 Mei 2013

BEKERJA BAGI KEBAIKAN BERSAMA

Mengejutkan! Kata itu yang paling tepat untuk menggambarkan situasi penjara Matrosskaya Tishina. Betapa tidak, penjara berpenjagaan ketat di Rusia ini ternyata tidak mampu menjaga Oleg Topalov. Seorang narapina yang telah membunuh seorang pengusaha dan sopirnya pada tahun 2011. Harian Telegraph, Rabu 7 Mei 2013 memberitakan, Oleg Topalov kabur dengan jalan melubangi atap selnya.  “Dia berada di atap sel dua tingkat yang dihubungkan dengan pagar utama, tinggal melompat ke pagar lalu keluar penjara,” kata juru bicara penjara Sergei Tsyganko. Sedangkan menurut penuturan saksi, Topalov turun dari pagar mengunakan tali. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana caranya ia melubangi atas sel itu. dalam penyelidikan, satu-satunya benda yang ditemu di dalam selnya hanyalah sebuah sendok. Sendok itulah yang diduga sebagai alat melubangi atap sel penjara!

Berita tentang lolosnya Oleg Topalov dari penjara super ketat di Rusia hanya dengan menggunakan sebuah sendok menjadi berita mancanegara. Mengejutkan, sekaligus mengherankan mengingat selama dua puluh tahun terakhir ini hanya ada empat orang yang berhasil kabur dari penjara Rusia dan yang terakhir adalah Oleg Topalov!

Saya membayangkan, apabila peristiwa Paulus dan Silas yang dijebloskan ke penjara terjadi di era komunikasi global dan kebebasan pers seperti sekarang, pasti beritanya jauh lebih dasyat. Mengapa? Paulus dan Silas - jika mau melarikan diri -  tidak perlu sendok dan bekerjasama dengan sipir penjara. Cukup dengan doa dan pujian, maka hal dasyat itu terjadi! Kejadiannnya seperti berikut: “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengar mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.” (Kisah Para Rasul 16: 25-26).

Apakah Paulus dan Silas menggunakan kesempatan ini untuk kabur? Bagi kebanyakan orang hal seperti ini merupakan kesempatan emas. Mungkin juga bagi orang beriman sekalipun! Mengapa? Ya, terang saja: sebelumnya di dalam penjara itu mereka berdoa dan memuji Allah, segera sesudah itu ada gempa dan sendi-sendi penjara termasuk pintu dan belenggu terbuka, bukankah itu jawaban doa? Bukankah sangat logis kalau pada saat itu mereka melihat pintu-pintu dan belenggu yang terbuka kemudian berpikir inilah “jalan” yang disediakan Allah untuk kabur? Syukurlah Paulus dan Silas bukanlah seperti orang-orang yang berpikiran pendek yang segera menyimpulkan, jika ada peluang maka itu kehendak dan suara Tuhan! Mereka tidak mau mencampuradukan suara sendiri dengan suara Tuhan.

Kita lihat pemandangan lain. “Ketika kepala penjara itu terjag dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.” (Kisah Para Rasul 16:27). Salut! Itulah yang pantas diucapkan kepada kepala penjara ini. Ia mau bertanggungjawab atas kecerobohannya meskipun investigasi belum dilakukan dan belum diketahui ada yang kabur atau tidak. Bunuh diri bisa diartikan sebagai bukti tanggung jawab. Meskipun bisa saja orang melihatnya sebagai bentuk pelarian dari tanggungjawab. Tapi masih mending begitu ketimbang para pejabat di negeri ini yang suka berkelit, melemparkan tanggungjawab, menyalahkan orang lain dan mencari-cari celah hukum agar luput dari hukuman!

Penjara, sebuah tempat yang tidak satu pun orang suka, kecuali yang terpanggil menjadi pembina narapidana. Dari dalam bui itulah justeru kabar baik, berita keselamatan, Injil berkumandang. Kepala penjara tersungkur di kaki Paulus dan Silas yang tidak mau kabur itu. Ia mendengar suara Paulus yang mencegahnya melakukan tindakan bunuh diri. Kesaksian hidup dari Paulus dan Silas yang tidak menggunakan “kesempatan emas” itu untuk kabur, ternyata merupakan jalan dimana Injil itu dapat dengan mudah diterima. Kepala penjara itu berujar, “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” (ayat 16). Coba kita banyangkan, andaikata Paulus dan Silas meloloskan diri dari penjara, apa yang terjadi? Mungkin saja mereka menghirup udara bebas, tetapi ada satu orang yang binasa, kepala penjara itu! Dari sini kita bisa merenungkan, sering kita tidak peduli dengan sikap dan tutur kata kita, padahal bisa jadi dengan apa yang kita perbuat dan kita katakan di sana tergantung hidup dan matinya seseorang.

Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” Jawab Paulus kepada kepala penjara itu. Paulus berhasil menghantar kepala penjara dan keluarganya kepada keselamatan. Sampai pada saat ini pun Paulus dan Silas tidak menggunakan kesempatan itu untuk memuliakan diri mereka sendiri, Yesuslah yang mereka muliakan!

Penjara identik dengan penjahat, ia berisi oarang-orang yang memusuhi kemanusiaan, membungkam nurani dan memanjakan ego. Namun, mengapa Paulus dan Silas mendekam di sana. Mengapa pula orang-orang yang memperjuangkan nilai-nilai luhur kemanusia: kebenaran, keadilan, pendek kata mereka yang memperjuangkan hak-hak azazi manusia sering kali harus meringkuk dalam bui? Jawabnya sederhana: karena perjuangan mereka membuat rasa aman dan nyaman yang sedang berkuasa terusik.

Ada tuan-tuan yang terusik oleh ulah Paulus dan Silas. Diceritakan, “Pada suatu kaliu ketika kami pergi ke tempat sembahyang itu, kami bertemu dengan seorang hamba perempuan yang mempunyai roh tenung; dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Ia mengikuti Paulus dan kami dari belakang sambil berseru, katanya: ‘orang-orang ini adalah hamba Allah yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan.’ Hal itu dilakukannya  beberapa hari lamanya. Tetapi ketiuka Paulus tidak tahan lagi akan gangguan itu, ia berpaling dan berkata kepada roh itu: ’Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini.’ Seketika itu juga keluarlah roh itu.” (Kis.16:16-18). Rupanya ketika roh tenung itu keluar dari perempuan itu maka segeralah hilang kemampuannya untuk melakukan praktek paranormal. Hal ini berdampak kepada majikannya. Sang majikan sekarang tidak lagi memperoleh uang dari praktek paranormal hamba perempuannya ini. Kebetulan sang tuan merupakan orang yang berpengaruh di kota Filipi itu. Dengan mudah ia dapat mempengaruhi pejabat-pejabat setempat untuk menjebloskan Paulus dan Silas ke dalam penjara dengan tuduhan menyebarkan keyakinan Yahudi di tengah masyarakat Hellenis-Romawi

Apa yang dilakukan Paulus  dan Silas bukanlah tindakan kejahatan melawan kemanusiaan, justeru mereka sedang menyatakan kabar baik: Keselamatan di dalam Kristus, tetapi karena ada orang yang merasa dirugikan maka mereka dipenjarakan. Sejarah mencatat ada begitu banyak orang-orang seperti Paulus dan Silas mereka bekerja, berjuang demi kebaikan bersama tetapi dengan resiko penjara atau kematian. Apakah penjara dan kematian mampu membungkam perjuangan mereka? Alih-alih bungkam justeru di tempat-tempat seperti itulah kebenaran dan Injil Allah lebih nyaring terdengar. Bukankah hal ini juga yang menjadi janji Tuhan Yesus. Dalam doa-Nya, menjelang saat-saat akhir dalam pelayanan-Nya di dunia, Yesus berdoa, meminta perlindungan kepada Bapa-Nya, agar orang-orang yang percaya kepada-Nya dilindungi. Yesus tidak meminta supaya mereka diangkat dan dibebaskan dari penderitaan. Ia memohon kepada Bapa-Nya, “Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.” (Yohanes 17:15). Yesus juga meminta kepada Bapa-Nya, agar keesaan diri-Nya dengan Sang Bapa, yanng menandakan hubungan kasih kekal itu juga dialami oleh setiap murid-Nya. “....supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjad satu,m...” (Yoh.17:22,23).

Mestinya ketika kita menghayati doa Tuhan Yesus ini, kita mampu melakukan tugas seperti Paulus dan Silas: Mereka berjuang memberitakan Injil dengan keyakinan bahwa Tuhan senantiasa menyertai mereka.

Apa yang kini sedang kita kerjakan? Apakah sedang bekerja mendatangkan rakhmat Tuhan bagi kebaikan bersama ataukah kini kita sedang memperjuangkan ego dan ambisi. Ingatlah apa pun juga yang kita lakukan sekarang, kelak Tuhan menuntut pertanggungjawaban dari kita. Ingatlah perkataan Yesus pada kedatangan-Nya yang kemudian, “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatan-Nya.” (Wahyu 22:12).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar