“..., sebab mereka melihat, bahwa hikmat
dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.”
(1 Raja-raja 3:28)
Nasruddin Hodja dikenal sebagai
orang yang berhikmat namun suka nyeleneh. Segerombolan anak duduk di
tepi sungai dan merendam kaki mereka. Pada waktu itulah Nasruddin lewat, timbul
keinginan mereka untuk mengusilinya. “Tuan, tolonglah kami!” teriak mereka.
“Lihat, kaki kami tertukar. Kami tidak tahu, yang itu kaki siapa, yang ini kaki
siapa,” lanjut mereka saat Nasruddin mendekat. Nasruddin memicingkan mata, ia
sadar dirinya sedang dikerjai anak-anak. “Cepatlah Tuan, kami tidak bisa
pulang jika kami tidak menemukan kaki yang cocok,” pinta anak-anak itu lagi.
Nasruddin
tidak menjawab. Ia malah mematahkan ranting sebuah pohon, dan ikut berendam
bersama-sama anak-anak itu. Cetaaarrr...cetaaarrr...Nasruddin memukuli
anak-anak itu. Tentu saja anak-anak itu terkejut dan kesakitan. Mereka langsung
berdiri dan lari. “Nah, sekarang kalian sudah menemukan kaki kalian
masing-masing, kan?” teriak Nasruddin puas.
Dalam
kehidupan ini kita selalu diperhadapkan untuk bersikap dan mengambil tindakan
apakah itu untuk diri sendiri atau orang lain. Apakah perkaranya main-main atau
menyangkut hidup dan matinya seseorang. Salomo pernah diperhadapkan dengan
persoalan pelik. Dua orang ibu memperebutkan seorang anak. Dengan hikmat yang
telah dimintanya dari Allah, Salomo berhasil memutuskan perkara itu dengan
baik. Dengan sikap hikmatnya itu, Salomo menjadi terkenal sebagai raja yang
berhikmat tiada tanding. Bila setiap saat kita dituntut menentukan sikap, maka
mintalah hikmat kepada Tuhan supaya tidak keliru.
Keputusan yang tepat dilahirkan
oleh hikmat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar