“...bersembunyilah manusia dan isterinya
itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman”
(Kejadian 3:7)
Duuttt....tamu di rumah Nasruddin kentut. Sang tamu berusaha
menutupi suara kentutnya dengan menggesekkan sepatunya ke lantai. Usahanya
berhasil, suara kentutnya tertutup oleh suara decit sepatunya. “Kau kentut ya?”
selidik Nasruddin pada tamunya yang gugup dan tersipu malu. ‘Bagaimana kau bisa
tahu?” tanya sang tamu. “Kau bisa saja menutupi suaranya dengan suara decit
sepatumu. Tapi, kau lupa untuk menutupi baunya!” sahut Nasruddin sengit sambil
membuka lebar-lebar jendela rumahnya.
Ilmu
pengetahuan atau kepandaian sering disalah- gunakan oleh manusia. Bukan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan melainkan untuk menyalurkan hasrat ambisi dan menutupi aibnya. Pasangan manusia
pertama jatuh dalam dosa. Mereka melanggar ketentuan Allah. Adam dan Hawa makan
buah pengetahuan. Logikanya, memakan buah pengetahuan itu berarti bertambah
pengetahuannya lebih tahu mana yang baik dan mana yang jahat. Namun, alih-alih
bertambah hikmat, mereka lari dan bersembunyi dari hadapan Tuhan. Selanjutnya
ketika Allah menegur, mereka berkelit mencari kambing hitam dan saling
menyalahkan.
Allah
adalah sumber ilmu pengetahuan dan hikmat, mestinya semakin manusia bertambah
pengetahuannya bertambah juga hikmatnya. Bertambah juga kesadarannya bahwa di
hadapan Allah tidak ada yang tersembunyi. Dengan kesadaran begitu maka
seseorang tidak akan menggunakan ilmu pengetahuan atau hikmatnya untuk
kepentingan diri sendiri apalagi menutupi kesalahannya.
Ilmu pengetahuan mestinya berjalan
beriringan membawa manusia lebih mengenal kehendak-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar