“Susulah yang kuberikan kepadamu, bukan
makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya...”
(1 Korintus 3:3)
Para peneliti kehidupan burung
dibuat tercengan ketika mereka mengamati prilaku rajawali. Burung ini membuat
sarang di pohon atau tebing yang tinggi lagi curam. Rajawali pertama kali
meletakkan ranting-ranting berduri, batu-batu tajam dan benda runcing lainnya
sebagai dasar sarang. Lalu dia menutupnya dengan bulu-bulu halus dan kulit
binatang yang menjadi mangsanya. Sarang itu tampaknya nyaman untuk bayi
rajawali yang baru menetas. Tetapi akan tiba saatnya, ketika anak-anak rajawali
itu harus keluar sarang. Sang induk akan mengobrak-abrik sarang itu. Dengan
cakarnya yang kuat, sang induk akan mengarahkan duri dan benda-benda tajam ke
tubuh anaknya. Setelah sarang itu diobrak-abrik, rajawali kecil tidak nyaman
lagi berada di dalam sarang. Kini mereka harus belajar terbang!
Kehidupan
rohani yang digambarkan Paulus kepada jemaat Korintus, mirip-mirip siklus hidup
rajawali. Paulus sedih melihat kehidupan jemaat ini. Mereka digambarkan sebagai
orang yang belum dewasa dalam Kristus. Pertumbuhan iman mereka masih seperti
bayi yang hanya bisa mencerna susu bukan makanan keras. Tanda-tanda iman yang
belum dewasa itu adalah iri hati dan perselisihan (1 Korintus 3:3).
Iri hati
dan perselisihan bersumber pada pementingan diri atau egoisme. Sebenarnya
Paulus menginginkan jemaat ini telah tumbuh menjadi jemaat dewasa. Tidak
tinggal dalam sarang kenyamanan sendiri. Namun, dapat terbang dan menjadi
berkat bagi jemaat-jemaat yang lain.
Ciri orang dewasa adalah berani
meninggalkan ruang nyaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar