“jika engkau mencarinya seperti mencari
perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,..”
(Amsal 2:4)
Lazimnya setiap orang akan bekerja
keras agar kehidupan menjadi layak. Kebutuhan terpenuhi dan keinginan dapat
tersalurkan. Untuk itu sering kita dengar istilah-istilah dasyat dalam
menggambarkan perjuangan heroik mendapatkan pundi-pundi rupiah. Misalnya saja,
bekerja membanting tulang. Siang jadi malam, malam dibuat siang, dan
sebagainya. Adakah yang salah? Tentu tidak! Malah Alkitab mengajarkan agar
manusia menghindari kemalasan. Bahkan Paulus memberi peringatan keras, jika
orang tidak mau bekerja sebaiknya ia tidak usah makan (2 Tesalonika 3:10).
Makanan
kita perlukan untuk menjamin kelangsungan hidup. Untuk makanan dan kebutuhan
hidup, kita rela mengorbankan apa saja. Sejak kecil kita dipersiapkan untuk
mencari nafkah. Lalu, apakah dengan terpenuhinya semua kebutuhan lahiriah,
manusia akan merasa betul-betul bahagia? Banyak orang tidak merasa terpuaskan
dengan itu! Hal ini menunjukan bahwa ada sesuatu yang lebih berharga ketimbang
materi duniawi. Manusia akan terpuaskan apabila ia memahami makna hidup yang
sesungguhnya. Itulah hikmat! Amsal
mencatat bahwa hikmat lebih berharga daripada emas dan perak (Amsal 16:16).
Tidak
semudah membalikkan telapak tangan untuk memperoleh hikmat. Amsal mengajarkan
jika kita tidak mencarinya seperti mencari perak atau harta karun maka mustahil
mendapatkannya (Amsal 2:4,5). Perangkat pencarian untuk apa yang dianggap
berharga sudah ada pada diri kita. Kini arahkanlah perangkat itu untuk mencari
hikmat!
Carilah hikmat Tuhan seperti Anda
mencari harta karun terpendam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar