Jumat, 03 Mei 2013

MENGEJAR HIKMAT SEPERTI MEMBURU HARTA KARUN


“jika engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam,..”

(Amsal 2:4)
Lazimnya setiap orang akan bekerja keras agar kehidupan menjadi layak. Kebutuhan terpenuhi dan keinginan dapat tersalurkan. Untuk itu sering kita dengar istilah-istilah dasyat dalam menggambarkan perjuangan heroik mendapatkan pundi-pundi rupiah. Misalnya saja, bekerja membanting tulang. Siang jadi malam, malam dibuat siang, dan sebagainya. Adakah yang salah? Tentu tidak! Malah Alkitab mengajarkan agar manusia menghindari kemalasan. Bahkan Paulus memberi peringatan keras, jika orang tidak mau bekerja sebaiknya ia tidak usah makan (2 Tesalonika 3:10).
            
Makanan kita perlukan untuk menjamin kelangsungan hidup. Untuk makanan dan kebutuhan hidup, kita rela mengorbankan apa saja. Sejak kecil kita dipersiapkan untuk mencari nafkah. Lalu, apakah dengan terpenuhinya semua kebutuhan lahiriah, manusia akan merasa betul-betul bahagia? Banyak orang tidak merasa terpuaskan dengan itu! Hal ini menunjukan bahwa ada sesuatu yang lebih berharga ketimbang materi duniawi. Manusia akan terpuaskan apabila ia memahami makna hidup yang sesungguhnya. Itulah hikmat!  Amsal mencatat bahwa hikmat lebih berharga daripada emas dan perak (Amsal 16:16).
            
Tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk memperoleh hikmat. Amsal mengajarkan jika kita tidak mencarinya seperti mencari perak atau harta karun maka mustahil mendapatkannya (Amsal 2:4,5). Perangkat pencarian untuk apa yang dianggap berharga sudah ada pada diri kita. Kini arahkanlah perangkat itu untuk mencari hikmat!


Carilah hikmat Tuhan seperti Anda mencari harta karun terpendam!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar