“Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya,...”
(Kejadian 1:27)
“Makin
serupa Yesus, Tuhanku,
inilah sungguh kerinduanku;
Makin bersabar, lembut dan merendah,
makin setia dan rajin bekerja.”
inilah sungguh kerinduanku;
Makin bersabar, lembut dan merendah,
makin setia dan rajin bekerja.”
Bait pertama karya Charles H. Gabriel ini,
sering kita nyanyikan. Kita mengenalnya dalam NKB 138. Syair ini mengajak kita
semakin serupa dengan Yesus. Mengapa Yesus? Ya, karena Yesus merupakan tipikal manusia
ideal ciptaan Allah. Ia adalah citra Allah yang utuh yang dapat disentuh
manusia. Yesus memilih taat dan setia kepada Bapa-Nya, sekalipun punya
kebebasan untuk memilih. Manusia seperti Yesus itulah menjadi teladan bagi
semua orang agar citra Allah dalam manusia menjadi utuh kembali.
Diadokhus dari Photike, seorang teolog Yunani
yang lahir sekitar tahun 400 M pernah mengatakan "Kita semua, manusia, diciptakan hidup menurut citra Allah. Tetapi
untuk menjadi serupa dengan-Nya hanya tersedia bagi mereka yang dengan
kesadaran dan cintanya yang besar telah menambatkan kebebasannya kepada
Allah."
Setiap manusia, diciptakan menurut citra Allah (Kej. 1:27). Meskipun diciptakan menurut gambar-Nya, kepada manusia, Allah
mem-
berikan kebebasan penuh. Manusia dapat memilih: menuruti kehendak-Nya atau
tidak. Allah tidak pernah mendikte manusia. Hanya manusia ariflah yang
menggunakan kebebasannya itu ditambatkan kembali kepada Allah. Saat itulah
manusia menemukan hakekatnya sebagai gambar Allah!
Kita akan menjadi serupa
dengan-Nya apabila mengikatkan kebebasan kita kepada-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar