Jumat, 03 Mei 2013

HIKMAT ALLAH DAN HIKMAT MANUSIA

“Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat”
(1 Korintus 1:22)

Manusia sering terjebak dengan pengertiannya sendiri. Maka tidaklah mengherankan jika manusia suka menganggap suatu kebodohan terhadap perkara yang belum ia fahami dengan baik. Gambaran ini terjadi di Korintus, sebuah kota yang dihuni oleh pelbagai kalangan terpelajar. Karena ketidak mengertian, mereka menganggap berita tentang keselamatan di dalam Kristus yang tersalib itu merupakan kebodohan.
             
Bagi kalangan Yahudi, berita tentang salib merupakan batu sandungan. Mengapa? Mereka bergelut dengan Taurat dan tradisinya. Mereka menuntut tanda atau bukti kemahakuasaan Sang Mesias, bukannya penderitaan dan kematian! Tidak mungkin mesias menderita dan disalibkan. Salib dipandang sebagai kenistaan. Itulah yang disebut batu sandungan. Sedangkan bagi kalangan Yunani, berita salib merupakan isapan jembol dan kebodohan. Nalar mereka tidak bisa menerima bahwa melalui salib, Allah memberikan rahmat-Nya. Salib hanya pantas untuk para pemberontak dan penjahat!
            

Namun, bagi Paulus, justeru melalui peristiwa Yesus yang   tersalib itu, hikmat Allah dinyatakan kepada dunia. Allah yang semula jauh, sulit dijangkau karena dosa manusia, kini menjadi nyata di dalam diri Kristus. Salib, bagi mereka yang terpanggil adalah bukti cinta kasih Allah yang kasat mata! Salib menjadi kabar sukacita apabila seseorang bersedia menanggalkan sikap “tinggi hikmat”, merasa diri bijak dan pandai. Karena sepandai-pandainya hikmat seseorang, tidak pernah akan menandingi hikmat Allah!   

Kristus adalah hikmat Allah kasat mata bagi dunia, belajarlah kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar