“cicak yang dapat kautangkap dengan
tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.”
(Amsal 30:28)
Cicak, siapa pun pasti mengenal. Binatang ini akrab dengan
kehidupan manusia. Cicak mungkin binatang menjijikan bagi sebagian orang,
binatang ini lemah dan mudah ditangkap. Di balik karakteristiknya itu, ternyata
cicak punya kelebihan. Agur bin Yake, penulis Amsal mengamati bahwa cicak bisa
hadir di istana raja! Bayangkan, istana yang dijaga ketat, tidak sembarangan
orang bisa masuk ke dalamnya. Dalam kenyataannya, cicak bisa hadir dengan
leluasa di sana!
Dari cicak
kita belajar minimal dua hal, yakni adaptasi dan kesabaran. Cicak bisa hadir di
rumah sederhana sampai di istana-istana raja hal ini menunjukan bahwa binatang
itu dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia ada.
Orang yang mempunyai hikmat akan mampu menempatkan diri, diterima bahkan
menjadi berkat di mana saja dia berada. Untuk dapat menjadi berkat di mana kita
berada, Paulus menyarankan supaya kita melakukan tindakan kasih dengan tidak
pura-pura, selalu melakukan yang baik, saling mendahului memberi hormat ,
bersukacita dengan orang yang bersukacita dan menangis dengan orang yang
menangis.
Cicak juga mengajarkan kesabaran.
Coba lihat, cicak di dinding, ia tidak bisa terbang karena tidak punya sayap.
Ia hanya menunggu nyamuk yang bisa terbang itu mendekat. Setelah sekian lama
menunggu, barulah si cicak menikmati mangsanya. Paulus juga menasihati supaya
kita mempunyai kesabaran, “...,sabarlah
dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”(Roma 12:12b).
Kepekaan terhadap lingkungan dan
bersikap sabar adalah kunci dapat diterima di mana pun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar